Jakarta, CNN Indonesia --
Snow White ternyata tidak seburuk berbagai kontroversi yang sejak awal merongrong film tersebut. Versi Live-action dari film animasi Disney Princess ikonis itu tetap bersinar, terutama berkat penampilan gemilang Rachel Zegler.
Film ini hadir sebagai proyek live-action reimagining dari Snow White and the Seven Dwarfs, film animasi panjang pertama Disney yang rilis pada 1937. Predikat reimagining membuat Snow White punya perbedaan dengan versi asli yang lebih kontras dari remake biasanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Langkah ini cukup masuk akal jika menilik kemasan film pertama yang sudah berusia 80 tahun lebih. Snow White versi pertama itu punya cerita dan penulisan karakter yang relatif ringan layaknya sebuah dongeng anak-anak.
Marc Webb dari kursi sutradara bersama Erin Cressida Wilson membuat perubahan itu lewat naskah dan arah cerita. Narasi Snow White dalam kisah ini tidak lagi hanya mendamba cinta dan kecupan dari Prince Charming.
Snow White (Rachel Zegler) digambarkan sebagai perempuan berdaya yang memiliki tekad untuk merebut kembali kerajaan dari belenggu Evil Queen. Erin Wilson kemudian mengemas ide tersebut menjadi ramah segala usia dan tak terlalu sporadis.
Review film Snow White:Versi Live-action dari film animasi Disney Princess ikonis itu tetap bersinar, terutama berkat penampilan gemilang Rachel Zegler. (dok. Marc Platt Productions/The Walt Disney Company/Walt Disney Pictures via IMDb)
Selain itu, Webb dan Wilson juga mengubah karakter Prince Charming dengan kehadiran Jonathan (Andrew Burnap). Ia adalah warga biasa yang menjadi pemberontak dan turut menginspirasi Snow White agar lebih berani dalam bertindak.
Kemunculan Jonathan membantu memodernisasi cerita sekaligus mempertahankan elemen ikonis dari dongeng Snow White, seperti kecupan dari cinta sejati yang membuat sang Putri Salju terbangun dari tidur abadinya.
Webb dan Wilson juga mempertahankan elemen penting lainnya, seperti keterlibatan hewan-hewan ajaib, tujuh kurcaci legendaris, dan tipu muslihat Evil Queen dengan apel beracun ciptaannya.
Penyesuaian yang cukup seimbang ini memang tidak selalu berjalan mulus. Beberapa bagian terasa hanya disambung sedemikian rupa tanpa memerhatikan dampaknya terhadap karakter Snow White.
Namun, eksekusi Marc Webb masih menghibur, apalagi jika melihat risiko kekacauan yang mungkin saja terjadi ketika pendekatan itu digarap dengan gaya berbeda.
Rachel Zegler, sang Putri Salju, kemudian menghidupkan cerita berkat aktingnya yang memesona. Ia membawa karakter itu menjadi berenergi dengan ekspresi dan tatapan yang nyata.
Review film Snow White:penampilan 'powerhouse' Rachel Zegler itu tidak sanggup diimbangi Gal Gadot yang dipercaya memerankan Evil Queen. (dok. Marc Platt Productions/The Walt Disney Company/Walt Disney Pictures via IMDb)
Pengalaman Rachel Zegler yang pernah bekerja dengan Steven Spielberg hingga memikul peran utama di waralaba Hunger Games menjadi satu dari berbagai alasan di balik penampilannya yang brilian.
Aktris kelahiran 2001 itu juga memegang jam terbang tinggi ketika berurusan dengan tarik suara, termasuk mondar-mandir di panggung Broadway.
Alhasil, Zegler mampu melantunkan setiap lagu dengan mulus dan tanpa banyak kendala. Suara merdu Rachel Zegler itu juga membantu salah satu lagu baru Snow White, Waiting on a Wish, menjadi layak bersanding dengan lagu-lagu ikonis seperti Heigh-Ho dan Whistle While You Work.
Akting menawan Rachel Zegler ini pun membuat saya iba dengan sang aktris. Ia menghadapi jalan yang begitu terjal sejak pertama kali diumumkan sebagai Snow White.
Sebut saja banjir kritik terhadap Zegler yang dianggap tampilan fisiknya tak sesuai dengan penggambaran Snow White. Belum lagi ucapannya tentang narasi Snow White era 1937 tidak lagi relevan dengan zaman yang menuai kecaman.
Gelombang kecaman dan komentar jahat itu sayangnya tak ditanggapi dengan tegas oleh Disney. Studio itu tampak tidak melindungi Rachel Zegler, sehingga sang aktris seolah harus menghadapi cibiran itu seorang diri.
Sebab, ketika Snow White akhirnya dirilis, penampilan Rachel Zegler pula yang membuat film itu menawan dan memantik lebih banyak penonton.
Di sisi lain, penampilan 'powerhouse' Rachel Zegler itu tidak sanggup diimbangi Gal Gadot yang dipercaya memerankan Evil Queen. Gadot gagal menambah warna baru lewat villain ikonis tersebut. Ia bahkan tidak menyuguhkan akting yang memadai, setidaknya supaya Evil Queen menjadi lebih hidup.
Penampilan musikal Gadot saat membawakan All Is Fair juga membosankan. Ia memang tampak berusaha menampilkan Evil Queen yang bengis dan semena-mena, tetapi semua menjadi tidak natural ketika muncul di layar.
Gal Gadot sekali lagi membuktikan berbagai kritik yang tertuju kepadanya. Rasanya, ia memang selalu kesulitan memancarkan pesona meski semua lampu sudah menyorot ke arahnya.
Namun, terlepas dari catatan miringnya, Snow White masih mampu menjadi tontonan menghibur. Interpretasi era modern yang dibuat Marc Webb dan Erin Wilson juga tidak terlalu mengusik, meski tidak ada lagi sosok Prince Charming.
Snow White bahkan menjadi salah satu live-action yang apik, terutama jika dibandingkan dengan remake Disney Princess lainnya yang kerap mengecewakan.
(end)