FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Status Awas yang kembali disandang Semeru bukanlah kejadian tiba-tiba. Gunung yang dijuluki ‘paku bumi Pulau Jawa’ ini punya sejarah panjang erupsi besar. Sepanjang 2025 saja, PVMBG mencatat sudah ada 2.802 letusan dari kawah Jonggring Seloko.
“Gunungapi (Semeru) terlihat jelas hingga tertutup Kabut 0 - II. Asap kawah tidak teramati. Cuaca mendung, angin lemah ke arah utara, tenggara dan selatan,” tulis laporan visual PVMBG, dikutip Jumat (21/11/2025).
Sejarah letusan Semeru sudah muncul sejak 1818. Berbagai catatan menunjukkan aktivitas yang terus berulang, mulai dari rentetan letusan 1941–1942, erupsi panjang 1977 dengan awan panas 10 km, hingga kejadian mematikan tahun 2021 saat 51 orang meninggal dan ribuan lainnya mengungsi.
Pada 2008, PVMBG mencatat empat kali awan panas menuju Besuk Kobokan dengan jarak 2.500 meter. Karakter letusan Semeru yang bersifat vulkanian dan strombolian membuat aktivitasnya bisa muncul 3–4 kali setiap jam.
"Volume endapan material vulkanik yang teramati mencapai 6,4 juta m3. Awan panas juga mengarah ke wilayah Besuk Kobokan,” tulis Abdul Muhari dari BNPB.
Rangkaian erupsi ini juga menjelaskan kenapa pemerintah menetapkan status tanggap darurat selama tujuh hari. Selain untuk mempercepat evakuasi, status itu memberi ruang bagi pemerintah menggunakan dana darurat tanpa proses administratif panjang.
Dengan sejarah panjang dan aktivitas yang terus meningkat, PVMBG mengingatkan bahwa kawasan permukiman di jalur awan panas selalu memiliki risiko tinggi. Masyarakat diminta tetap mengikuti informasi resmi dan menjauhi zona merah minimal 8 km dari puncak. (Wahyuni/Fajar)
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:













































