Jakarta, CNN Indonesia --
Suara radio SSB seakan ikut mengisi hari-hari warga Agats di Asmat, Papua Selatan untuk mendapatkan informasi sebelum medio 2000. Salah satu warga yang merasakan adalah Kepala Puskesmas Agats, Willem R.R Pomeo yang menyaksikan perubahan pada tahun-tahun tersebut.
Dia menuturkan ada perubahan yang terjadi setelah wilayahnya mendapatkan akses internet, di antaranya dari layanan internet gratis Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (BAKTI Kominfo) usai medio 2000.
Willem mengawali ceritanya dari radio SSB yang sempat menjadi andalan untuk berkomunikasi dengan dokter spesialis di wilayah lain. Ia menyebut dokter yang tersedia di wilayahnya hanya dokter umum, dan beberapa kasus mengharuskan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Satu kali kami ketemukan satu pasien dengan tidak bisa melahirkan, bayi tidak bisa keluar. Maka jalan yang bisa kita lakukan adalah, radio SSB itu [diletakkan] dekat dengan ruang bersalin," katanya.
Kondisi sulit tersebut kini tak lagi akrab dengan tenaga medis di Agats usai pemerataan akses internet digenjot demi misi transformasi digital Indonesia, yang khususnya menyoroti wilayah 3T (terpencil, terluar dan tertinggal).
Saat ini, para dokter bisa konsultasi ke dokter spesialis dengan mudah lewat aplikasi pesan WhatsApp, baik dengan teks untuk memberikan status pasien; dengan gambar untuk memperlihatkan kondisi pasien; atau bahkan melakukan panggilan video untuk bimbingan dalam penindakan.
Distrik Agats, ibu kota Kabupaten Asmat merupakan wilayah pertama yang menikmati jaringan internet menggunakan fasilitas Palapa Ring Paket Timur sejak 2019. Fasilitas internet gratis ini hadir di fasilitas layanan publik, di antaranya puskesmas.
Selain itu, ada juga layanan BAKTI AKSI yang turut hadir di sejumlah titik fasilitas Agats. Puskesmas Agats jadi salah satu tempat yang mendapat layanan internet tersebut.
BAKTI AKSI merupakan program penyediaan layanan Internet menggunakan teknologi fiber optic, radio link dan VSAT.
Program BAKTI AKSI tersebar di layanan-layanan publik di seluruh Indonesia seperti sekolah, balai latihan kerja, puskesmas, kantor desa, pos TNI, serta lokasi publik lainnya.
Dalam situsnya, BAKTI Kominfo menjelaskan bahwa programnya per Mei 2023 telah memberikan akses internet di 14.360 lokasi. Lokasi yang telah berkontrak mencakup 9.955 lokasi, sedangkan 4.450 lokasi belum berkontrak dan tengah dalam tahap evaluasi.
Khusus penggelaran internet dengan teknologi VSAT (Very Small Aperture Terminal), BAKTI menjelaskan ada kebutuhan lahan untuk meletakkan stasiun piringannya yang memiliki diameter sekitar tiga meter, dan memerlukan daya listrik minimal 450 watt.
Tak hanya untuk konsultasi antar tenaga medis, Willem mengatakan kehadiran internet menghemat biaya yang perlu dikeluarkan untuk kebutuhan administrasi.
Tenaga medis yang berstatus pegawai negeri harus menyetorkan absen untuk dapat menerima gaji. Tanpa internet, absen pegawai harus dikirim secara fisik ke wilayah paling dekat dengan ongkos mencapai Rp1,5 hingga Rp2 juta.
Foto: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Warga berjalan di bawah ikon kota Agats di Kabupaten Asmat, Papua, Sabtu (27/1). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/18.
Kehadiran internet kontan menghilangkan biaya operasional yang cukup besar tersebut.
"Biaya operasionalnya tinggi cuma untuk mengantar absen. Dengan teknologi ini, cukup teman-teman scan dan dikirim," tutur Willem.
Dokumen fisik nantinya tetap akan dikirimkan, tapi bisa dilakukan ketika memang ada jadwal kunjungan atau ada cukup banyak dokumen yang perlu diserahkan.
Hal serupa juga dirasakan ketika ada informasi atau update tertentu yang perlu diterima Puskesmas Agats. Di masa radio SSB, laporan yang diterima perlu terlebih dulu dicatat untuk nantinya disampaikan kepada para tenaga medis.
Proses semacam ini membuat update dan arus informasi berjalan lambat, sangat kontras dengan era digital yang mengharuskan semuanya serba cepat.
Layanan internet gratis di puskesmas tak hanya dimanfaatkan oleh para pekerja di lingkungan tersebut, tetapi juga oleh warga sekitar.
Usai jam operasional, teras puskesmas berubah jadi lapak nongkrong warga Agats yang berburu Wi-Fi gratis. Hal ini juga terjadi di fasilitas layanan publik lain yang memberikan akses internet gratis.
Pelayanan publik
Selain itu, BAKTI Kominfo juga membangun Base Transceiver Station (BTS) untuk menggelar akses telekomunikasi di wilayah timur Indonesia.
Merujuk data CNBC Indonesia Research, BAKTI Kominfo telah membangun hampir 5.093 BTS di 25 provinsi yang tersebar di 138 kabupaten/kota dan 1.310 kecamatan dan 5.093 desa.
Akses internet yang telah diterima dari hasil pembangunan ini adalah sebanyak 18.715 titik di seluruh Indonesia. Titik-titik akses internet ini difokuskan pada kantor pelayanan publik.
Pemerataan akses internet juga dirasakan oleh masyarakat di desa Saluta, Tutumaloleo, Halmahera Utara.
Terletak di bagian timur Tobelo dan menjadi salah satu desa yang terdalam, BTS 4G yang dibangun BAKTI Kominfo membantu ibu-ibu yang senang belanja di e-commerce. Seperti yang dilakukan oleh Fitri, warga asli Desa Saluta ini mengaku walau ongkos kirim yang harus dikeluarkan lebih mahal untuk belanja online, dirinya tetap memilih belanja di e-commerce karena dinilai murah.
Selain belanja online, Fitriani juga berjualan online melalui media sosial Facebook. Produk yang dijualnya cukup beragam, mulai dari gula, kue, hingga udang.
"Jualan paling kue, promosikan di Facebook. [Selain itu] usaha gula aren. Kalau harganya lagi turun dipromosikan di sosial media. Harganya 1 sampai 2 gula Rp10 ribu siap diantar enggak pakai ongkir," kata Fitriani, mengutip Detik.
Dua contoh itu hanya bagian kecil dari hasil transformasi digital yang dijalankan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama dua periode menjabat.
Pada 2021, Jokowi mengatakan bahwa konektivitas fisik dan digital sangat diperlukan untuk mempercepat pelayanan publik dan memperkokoh persatuan bangsa.
"Semua ini bukan hanya untuk kepentingan ekonomi semata. Tetapi ini juga untuk merangkai negara kita yang sangat besar ini, yang berpulau-pulau, untuk mempercepat pelayanan pendidikan, kesehatan, mendukung sinergi budaya nusantara, dan tentu saja untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan kita sebagai sebuah bangsa besar," katanya kala meluncurkan program Konektivitas Digital 2021 di Istana Negara, Jakarta, Jumat, 26 Februari 2021.
Transformasi digital yang diidamkan Jokowi diupayakan melalui beberapa program, mulai dari penyediaan satelit multifungsi SATRIA-1, pembangunan Base Transceiver Station (BTS) hingga wilayah 3T, program beasiswa talent digital, hingga Gerakan Nasional Literasi Digital.
Di sisi lain, infrastruktur digital jadi aktor utama dalam upaya pemerintah mewujudkan transformasi digital. Tanpa infrastruktur, konektivitas mungkin hanya sekadar angan.
Wilayah 3T menjadi fokus pemerintah dalam pembangunan infrastruktur digital, sebab wilayah ini tidak menarik bagi operator telekomunikasi.
Selain Palapa Ring, pemerintah melalui BAKTI Kominfo membangun BTS lewat program BAKTI SINYAL. Sedikitnya, BAKTI Kominfo telah membangun hampir 5.093 BTS di 25 provinsi yang tersebar di 138 kabupaten/kota dan 1.310 kecamatan dan 5.093 desa.
Pembangunan ini termasuk wilayah pelosok Papua seperti Jayawijaya, Papua hingga Aceh Singkil, Aceh.
Akses internet yang telah diterima dari hasil pembangunan ini adalah sebanyak 18.715 titik di seluruh Indonesia. Titik-titik akses internet ini difokuskan pada kantor pelayanan publik.
Pada 2024, BAKTI Kominfo menargetkan pembangunan BTS total sebanyak 7.300.
Untuk menjangkau wilayah yang sulit melakukan pembangunan BTS atau fiber optik, pemerintah pada Juni 2023 meluncurkan satelit multifungsi SATRIA-1 yang memiliki kapasitas 150 Gbps. Satelit ini merupakan satelit multifungsi dengan kapasitas terbesar di Asia dan kelima terbesar di dunia.
Satelit ini ditargetkan menjangkau 3.700 titik layanan kesehatan, 9.390 titik sekolah dan pesantren, 47.900 desa, dan 4.500 titik layanan publik.
Dalam survei terbaru yang dilakukan BAKTI Kominfo bersama Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), sebanyak 82,6 persen atau sekitar 8.114.273 pengguna dari total 9.823.575 orang di wilayah tertinggal telah terhubung dengan internet. Angka tersebut mencakup Kabupaten Nunukan dan Kepulauan Talaud.
Talenta dan literasi digital
Transformasi digital tentu tak bakal lengkap tanpa pengembangan di sisi manusianya. Sejumlah program pengembangan talenta digital dan literasi digital telah digalakkan oleh pemerintah.
Program Digital Talent Scholarship (DTS) dari Kominfo telah melatih 563.689 orang dengan total 422.670 lulusan yang tersertifikasi sejak 2018 hingga 2023.
Berdasarkan survei yang diikuti oleh 1.935 alumni DTS periode 2018-2022, pelatihan talenta digital yang mereka terima tampak memberikan perubahan status pekerjaan dan penghasilan.
Sebanyak 25 persen alumni yang awalnya tidak bekerja berhasil mendapatkan pekerjaan setelah mengikuti pelatihan DTS. Dari segi penghasilan, sebanyak 64,2 persen alumni mengalami peningkatan penghasilan setelah mengikuti pelatihan, dengan kenaikan sebesar 9,7-11 persen atau sekitar Rp457.000-Rp549.000.
Salah satu yang merasakan dampak program DTS adalah M Nur Wachid yang merupakan alumni program DTS Professional Academy (ProA). Program DTS membawa Wachid ke karir barunya sebagai seorang Data Engineer meski memiliki latar belakang pendidikan kedokteran gigi.
Pandemi Covid-19 menjadi salah satu alasan Wachid banting setir ke bidang teknologi. Pasalnya, pandemi membuat profesinya sebagai dokter sulit dijalankan.
Punya ketertarikan pada dunia data, Wachid berselancar mencari informasi soal pelatihan yang akhirnya berlabuh di DTS ProA bidang Data Scientist.
Pandemi Covid-19 memang menjadi gerbang menuju digitalisasi besar-besaran. Hal ini membuat permintaan terhadap talenta digital di dunia kerja menjadi sangat tinggi.
Melihat peluang tersebut, Wachid mantap untuk memanfaatkan program pengembangan talenta digital Kominfo dan berganti karir menjadi Data Engineer.
"Terima kasih banget karena DTS ada program Professional Academy untuk yang mau switch karir gitu ada fasilitasnya," ujarnya dalam podcast Digitalent Media Kominfo, Jumat (16/2).
(lom/asa)