Uji Klinis Pertama Pil KB untuk Pria, Apa Hasilnya?

20 hours ago 4

Jakarta, CNN Indonesia --

Uji klinis pertama pada manusia menunjukkan pil kontrasepsi untuk pria aman untuk tubuh. Meski demikian, riset masih dalam tahap awal dan belum menguji efektivitasnya.

Alat kontrasepsi selama ini lebih banyak diberikan pada perempuan, bahkan memiliki berbagai variasi, mulai dari pil, implan, hingga suntik. Sementara itu, alat kontrasepsi untuk pria hanya kondom dan vasektomi. 

Dalam uji klinis pertama, kontrasepsi oral nonhormonal baru saja dinyatakan aman untuk digunakan oleh manusia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pil harian, yang disebut YCT-529, bertujuan untuk menghentikan produksi sperma dan berlaku reversible (tubuh bisa kembali ke keadaan semula).

Caranya dengan memblokir metabolit vitamin A agar tidak berikatan dengan reseptor di dalam testis. Hal ini akan mencegah rantai perubahan ekspresi gen yang diperlukan untuk memulai proses pembuatan sperma.

Hasil keamanan dari uji klinis fase 1 awal diterbitkan pada hari Selasa (29/7) di jurnal Communications Medicine.

Uji coba tersebut tidak menilai seberapa efektif pil dalam mengurangi sperma tapi hanya menguji keamanan untuk tubuh.

Beberapa faktor yang diuji di antaranya adalah apakah pil tidak mempengaruhi jantung, tidak mempengaruhi hormon, dan tidak mempengaruhi hasrat seksual. Selain itu, uji klinis pertama juga menguji efek pil pada tubuh jika dikonsumsi terus-terusan. 

Meski belum ada data soal efektivitas sebagai pil kontrasepsi, temuan keamanan ini merupakan tonggak penting.

"Kita benar-benar membutuhkan lebih banyak metode kontrasepsi yang dapat dibalik ke keadaan semula (reversible) untuk pria," ujar Stephanie Page, seorang ahli endokrinologi di University of Washington School of Medicine, yang tidak terlibat dalam penelitian ini dan telah bekerja pada kontrasepsi hormonal pria selama lebih dari 20 tahun, dikutip dari Scientific American.

Melibatkan pria yang tidak subur

Nadja Mannowetz, salah satu pendiri dan kepala ilmuwan YourChoice Therapeutics mengatakan hingga saat ini belum ada yang pernah menguji coba pil kontrasepsi pria nonhormonal secara klinis.

Uji coba pil KB ini melibatkan 16 pria sehat berusia 32 hingga 59 tahun, yang semuanya telah menjalani vasektomi -- pembedahan untuk mencegah keluarnya sperma dengan cara memotong atau menjepit saluran vas deferens dalam skrotum.

Riset ini hanya mengikutsertakan partisipan yang tidak subur untuk menghindari risiko mempengaruhi kesuburan partisipan. Metode ini dipilih karena tim belum mengevaluasi efektivitas obat tersebut.

Peserta dibagi menjadi dua kelompok. Pada kelompok pertama, orang menerima dosis awal 10 miligram YCT-529 dan kemudian dosis kedua, 30 mg dua minggu kemudian atau mendapat plasebo setiap kali.

Peserta dalam kelompok kedua menerima dosis pertama 90 mg dan kemudian dosis kedua 180 mg dua minggu kemudian atau selalu menerima plasebo.

Semua peserta meminum pil setelah berpuasa. Empat orang dari setiap kelompok dipilih untuk mendapatkan dosis ketiga, 30 mg, setelah sarapan tinggi lemak dan tinggi kalori untuk melihat apakah makanan dapat mempengaruhi toleransi obat.

Mannowetz mengatakan di seluruh dosis pihaknya "melihat ketersediaan hayati yang baik dan cepat," yang berarti obat tersebut tidak cepat terurai di dalam tubuh.

Rata-rata, tingkat ketersediaan (availability) obat dalam darah berkurang hingga setengahnya dalam waktu dua sampai tiga hari. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pil ini mungkin hanya dibutuhkan sekali sehari jika nantinya terbukti efektif dalam mengurangi sperma.

Mannowetz mengantisipasi dosis akhir yang akan tersedia di toko-toko jika obat tersebut pada akhirnya disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA).

Dosis akhir, katanya, mungkin akan mendekati jumlah yang lebih tinggi dari yang diuji, tetapi uji coba lanjutan masih akan perlu diperlukan untuk menentukan dosis optimal yang tepat.

Di uji klinis pertama, tim peneliti tidak menemukan ada efek samping yang merugikan. Mannowetz menyebut, secara teori, keuntungan dari obat kontrasepsi nonhormonal adalah kecil kemungkinan terjadi efek samping tertentu seperti perubahan fungsi seksual, libido atau suasana hati.

(lmy/vws)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi