Jakarta, CNN Indonesia --
Wahana antariksa seharga US$20 juta atau sekitar Rp314 miliar milik NASA mengalami malfungsi dan kini terombang-ambing di luar angkasa.
Advanced Composite Solar Sail System (ACS3) milik NASA meninggalkan Bumi pada 23 April, usai lepas landas dari Selandia Baru.
Wahana ini mengudara dengan misi untuk menguji coba sebuah bentuk penerbangan antariksa yang menggunakan sinar Matahari sebagai bahan bakar tenaga pendorongnya, mirip dengan cara kerja perahu layar yang ditenagai oleh angin saat berlayar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wahana antariksa ini muncul ketika NASA sedang mengembangkan teknologi struktur dan material baru yang dapat digunakan untuk misi berbiaya rendah di luar angkasa. ACS3 yang menggunakan layar surya menghilangkan kebutuhan akan propelan roket konvensional.
Dikutip dari Unilad, semua berjalan dengan baik pada misi tersebut dan wahana ini berhasil dikirim ke orbit rendah Bumi yang disebut orbit sinkron dengan Matahari.
Kemudian pada 30 April, NASA melaporkan sistem menunjukkan bahwa wahana antariksa tersebut 'beroperasi dan sehat.'
ACS3 lalu mulai bersiap untuk mengibarkan layarnya. Pada 29 Agustus, NASA membagikan kabar terbaru yang mengonfirmasi bahwa ACS3 'telah meluncur sepenuhnya di luar angkasa setelah uji coba yang sukses untuk sistem booming pengangkat layar'.
Untuk mengakomodasi dinamika yang berubah ketika layar terbentang, tim misi yang bertanggung jawab atas wahana ini menonaktifkan sistem kontrol posisi, yang membantunya mempertahankan orientasi tertentu di luar angkasa, sebelum menggulirkan boom.
Layar surya sekarang telah sepenuhnya terbentang, tetapi tim misi belum mengaktifkan kembali sistem kontrol posisi karena mereka melihat "sesuatu yang tampak seperti sedikit lengkungan pada salah satu dari empat boom" yang terpasang pada layar.
Dalam pembaruan yang dikeluarkan pada 22 Oktober, NASA mengatakan bahwa tim misi sedang menganalisis lengkungan yang kemungkinan terjadi ketika boom dan layar ditarik dengan kencang ke arah wahana antariksa selama peluncuran.
Analisis terhadap ACS3 mengindikasikan bahwa lengkungannya mungkin telah diluruskan sebagian dalam beberapa pekan sejak booming diluncurkan. Namun, pesawat tersebut masih belum memiliki sistem kontrol posisi, yang berarti bahwa pesawat tersebut masih meluncur di luar angkasa.
Gagasan tentang wahana antariksa seperti kapal besar yang meluncur di antara bintang-bintang cukup mengkhawatirkan, tetapi NASA yakin masalah ini tidak akan menghalangi rencana masa depan ACS3.
"Tim misi memperkirakan bahwa sedikit lengkungan pada salah satu dari empat boom tidak akan menghambat kemampuan Advanced Composite Solar Sail System untuk melakukan manuver-manuver berlayar pada saat demonstrasi teknologi nanti," tulis para pejabat NASA dalam pembaruan Selasa (22/10), dikutip dari Space.
Tim NASA saat ini sedang berupaya untuk memposisikan ulang wahana antariksa tersebut dengan tetap mempertahankannya dalam mode daya rendah hingga panel-panel suryanya berada pada posisi yang lebih baik ke arah Matahari.
Dengan menjaganya tetap dalam mode daya rendah, tim akan dapat menghemat energi untuk operasi seperti komunikasi dengan pengendali misi.
Meskipun booming yang bengkok telah menyebabkan hambatan dalam operasi, tim mencatat bahwa tujuan utama ACS3 adalah untuk menguji penyebaran boom di ruang angkasa, yang berarti masalah ini dapat digunakan untuk pelajaran dalam misi di masa depan.
(lom/dmi)