Jakarta, CNN Indonesia --
Bersatunya Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan di 2012 bisa dibilang merupakan rencana darurat. Namun mereka kemudian jadi duet yang maha dahsyat.
Ahsan dan Hendra bersatu setelah Olimpiade 2012 selesai. Saat itu Ahsan sudah jadi ganda nomor satu di Indonesia bersama Bona Septano. Duet Ahsan/Bona langganan 10 besar namun belum cukup kuat untuk stabil di papan atas. Ahsan/Bona terhenti di perempat final Olimpiade London 2012.
Sementara itu Hendra baru menelan kekecewaan karena gagal lolos ke Olimpiade London 2012. Duet Markis Kido/Hendra Setiawan hanya berselisih tipis dari batas lolos ke London 2012.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hendra lalu memutuskan kembali ke Pelatnas Cipayung dan kemudian dipasangkan dengan Ahsan. Dalam bayangan Herry Iman Pierngadi saat itu, Ahsan dan Hendra bakal jadi duet yang cocok.
"Saya sih yakin dengan cara main mereka, pola mereka bermain, mereka bakal klop banget. Karena Hendra di depan, Ahsan kan lebih banyak di belakang," tutur Herry IP.
Herry IP mengakui kembalinya Hendra ke Pelatnas merupakan sebuah berkah. Saat itu, setelah gagal meraih medali di Olimpiade London 2012, Indonesia tentu tak mau kembali gagal di Olimpiade Rio de Janeiro 2012.
Masalahnya saat itu, pemain potensial di nomor ganda putra belum terlalu terlihat. Karena itulah kembalinya Hendra yang kemudian dipasangkan dengan Ahsan jadi asa Indonesia untuk kembali memiliki ganda putra berkualitas super.
"Waktu itu kan gak ada pemain [yang sudah benar-benar terlihat potensial]. Kosong pemainnya. Begitu ada Hendra mau kembali ke Pelatnas Cipayung, ya kami terima karena dia masih punya potensi," ujar Herry IP.
Saat Ahsan/Hendra akhirnya disatukan, duet tersebut benar-benar bisa menggebrak. Hanya dalam satu tahun, Ahsan/Hendra bisa menyabet gelar juara dunia dan status peringkat nomor satu dunia.
Ahsan/Hendra kemudian menjelma jadi tulang punggung utama Indonesia di era 2010-an. Mereka berhasil mengemban tanggung jawab memenangkan gelar-gelar besar seperti All England, Asian Games, dan Kejuaraan Dunia.
Ahsan/Hendra jadi andalan Indonesia meraih gelar-gelar bergengsi di era 2010-an. (AFP/ROSLAN RAHMAN)
Bahkan durasi karier Ahsan/Hendra sebagai pasangan terus berjalan melampauai bayangan banyak orang. Sempat berpisah selepas Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Ahsan/Hendra kembali bersama di 2018 dan terus berkarier hingga enam tahun berikutnya hingga 2024. Bahkan durasi karier Ahsan/Hendra di periode kedua lebih lama dibanding periode pertama mereka sebagai pasangan.
Periode kedua Ahsan/Hendra juga dihiasi oleh prestasi-prestasi spektakuler. Yang utama adalah di 2019 ketika mereka memenangkan All England, Kejuaraan Dunia, dan BWF World Tour Finals.
Catatan itu masih ditambah sejumlah prestasi impresif lainnya. Ahsan/Hendra juga cukup lama bertengger di posisi kedua dunia dan stabil di peringkat atas ganda putra.
Ahsan/Hendra bisa konsisten di 10 besar untuk waktu yang lama. (Arsip PBSI)
Selama berpasangan, Ahsan/Hendra memenangkan tiga gelar juara dunia, dua gelar All England, emas Asian Games, tiga gelar turnamen penutup tahun (BWF Super Series Finals/BWF World Tour Finals), dan sederet gelar BWF Tour lainnya. Di balik gelar-gelar tersebut, Ahsan/Hendra menunjukkan bahwa mereka bisa menunjukkan konsistensi luar biasa ketika umur terus bertambah.
(ptr/har)