Jakarta, CNN Indonesia --
Pakar Klimatologi BRIN Erma Yulihastin mengungkap hujan yang mengguyur wilayah Jabodetabek Senin malam (17/3) berpotensi awet hingga Selasa pagi (18/3). Simak penyebabnya.
Erma, dalam cuitannya, mengungkap saat ini terdapat Bibit Siklon Tropis 91S kembali terbentuk di dekat Pulau Christmas selatan Banten. Bibit ini memicu potensi hujan yang kuat dari Lampung hingga Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bibit siklon tropis 91S kembali terbentuk di dekat Pulau Christmas selatan Banten, memicu propagasi hujan yang kuat dari Lampung ke Serang-Tangerang-Jakarta malam ini. Hujan berpotensi awet hingga esok pagi. Huder [hujan deras] juga terpantau di Pemalang, Purworejo, Klaten, Ponorogo," ungkap Erma dalam cuitannya di X, Senin (17/3).
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga mewanti-wanti agar warga Jabodetabek mewaspadai potensi cuaca ekstrem imbas kemunculan Bibit Siklon Tropis 91S.
BMKG, dalam keterangannya, mengimbau masyarakat serta pemerintah daerah untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem dalam sepekan ke depan.
Menurut BMKG, keberadaan Bibit Siklon Tropis 91S di Samudra Hindia sebelah selatan Jawa Barat, yang dipadukan dengan aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO), berpotensi menyebabkan peningkatan curah hujan dan gelombang tinggi di sejumlah wilayah Indonesia.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan per 17 Maret pukul 07.00 WIB, Bibit Siklon Tropis 91S bergerak ke barat-barat daya menjauhi Indonesia dengan kecepatan angin 15 knots (28 km/jam) dan tekanan 1010 hPa. Potensi berkembang dalam 24 jam ke depan masih rendah, namun Bengkulu, Lampung, Banten, DKI Jakarta, dan Jawa berpotensi hujan sedang hingga lebat.
Sementara itu, aktivitas MJO di Samudra Hindia bagian barat akan bergerak ke fase 3 dalam sepekan.
"Fenomena ini meningkatkan pertumbuhan awan hujan di Indonesia bagian barat hingga tengah. Kombinasi Bibit Siklon Tropis 91S dan MJO berpotensi memicu cuaca ekstrem terutama di Sumatera bagian selatan dan Jawa, yang mengalami perlambatan serta pertemuan angin," demikian keterangan BMKG.
Perpanjang modifikasi cuaca
BMKG sebelumnya juga menyatakan bakal memperpanjang operasi modifikasi cuaca (OMC) hingga 20 Maret 2025.
Menurut Dwikorita perpanjangan modifikasi cuaca ini merupakan langkah preventif dari pemerintah untuk menanggulangi bencana hidrometeorologi yang dapat terjadi akibat cuaca esktrem.
Oleh karenanya, BMKG dan pihak-pihak terkait bakal melaksanakan OMC 24 jam non-stop hingga 20 Maret.
"OMC ini merupakan langkah BMKG dalam memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat. Seluruh proses OMC dilakukan berdasarkan analisis data dan pemodelan atmosfer yang tepat agar berjalan dengan efektif," kata Dwikorita di Jakarta, Jumat (14/3), melansir laman resmi BMKG.
Dwikorita mengatakan potensi cuaca ekstrem terjadi karena berdasarkan kondisi regional, sirkulasi siklonik di Samudra Hindia Pesisir Barat Sumatera membentuk belokan angin di sebagian besar wilayah Jawa Barat.
Pada akhirnya, belokan angin tersebut membentuk perlambatan kecepatan angin dan mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan.
Sebelumnya, pada periode 4-8 Maret, BMKG juga telah melaksanakan modifikasi cuaca di wilayah Jabodetabek. Hasilnya, operasi yang dilaksanakan selama 24 jam non-stop berhasil mengurangi curah hujan 30-40 persen di wilayah operasi.
"Hasil ini sangat baik dan mampu meringankan beban masyarakat yang terdampak banjir di wilayah Jabodetabek," demikian keterangan BMKG.
Dalam kesempatan tersebut, telah dilaksanakan total 26 sorti penerbangan yang berlangsung selama 50 jam 17 menit. Dalam operasi ini total bahan semai yang digunakan mencapai 22.000 kg Natrium Klorida (NaCl) serta 4.000 kg Kalsium Oksida (CaO).
(dmi/dmi)