Jakarta, CNN Indonesia --
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berhasil mempertahankan momentum pertumbuhan positif di tengah ketidakpastian ekonomi global yang dipicu oleh tensi geopolitik dan perang tarif. Bank yang fokus pada segmen Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ini mencatatkan laba bersih konsolidasian sebesar Rp13,80 triliun pada Triwulan I 2025.
Di samping pertumbuhan laba, aset BRI juga tumbuh mencapai Rp2.098,23 triliun atau tumbuh 5,49% secara year on year (yoy). Pertumbuhan tersebut didorong penyaluran kredit yang selektif dan berkualitas, di mana semua segmen kredit mencatatkan pertumbuhan positif dengan tetap berfokus pada segmen UMKM.
Pencapaian ini diumumkan dalam Press Conference Kinerja Keuangan BRI Triwulan I 2025 yang dipimpin oleh Direktur Utama BRI Hery Gunardi, didampingi Direktur Finance & Strategy BRI Viviana Dyah Ayu, Direktur Manajemen Risiko BRI Mucharom, Direktur Micro BRI Akhmad Purwakajaya, dan Direktur Network & Retail Funding BRI Aquarius Rudianto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Hery, ketidakpastian global, termasuk dampak perang tarif dan gangguan rantai pasok, memang memberikan tekanan tersendiri. Namun, struktur ekonomi Indonesia yang masih sangat bergantung pada konsumsi domestik, menjadi penopang utama yang menjaga stabilitas pertumbuhan.
Ia juga menekankan bahwa meskipun konsumsi masyarakat belum sepenuhnya pulih seperti sebelum pandemi, BRI tetap berkomitmen memperkuat peranannya dalam mendukung UMKM sebagai tulang punggung ekonomi nasional.
"Dalam kondisi tersebut, BRI terus memperkuat perannya sebagai bank yang pro-rakyat dengan tetap fokus menumbuhkembangkan dan memberdayakan UMKM Indonesia, sebagai upaya nyata dalam mendukung pertumbuhan dan ketahanan ekonomi nasional," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (30/4).
Dari sisi penyaluran Kredit, Akhmad Purwakajaya menyampaikan total penyaluran kredit BRI hingga Maret 2025 tercatat mencapai Rp1.373,66 triliun, tumbuh 4,97% secara tahunan. Menariknya, sekitar 82% dari kredit tersebut disalurkan kepada segmen UMKM, yakni sebesar Rp1.126,02 triliun.
Sejalan dengan itu, BRI terus memperluas jaringan layanan inklusi keuangan melalui program AgenBRILink yang kini mencapai 1,2 juta agen dan tersebar di lebih dari 67 ribu desa, menjangkau lebih dari 88% dari total desa di seluruh Indonesia.
"Berbagai inisiatif BRI tersebut mempertegas komitmen BRI dalam memperkuat fondasi ekonomi kerakyatan dan berperan strategis dalam membuka lapangan kerja dan menurunkan tingkat kemiskinan. Hal ini sejalan dengan visi pembangunan nasional yang tertuang dalam Asta Cita Pemerintah Republik Indonesia," ucap dia.
Pertumbuhan kredit BRI juga diiringi dengan kualitas aset yang terjaga. Mucharom memaparkan bahwa rasio kredit bermasalah (NPL) berhasil ditekan menjadi 2,97% dari sebelumnya 3,11% di periode yang sama tahun lalu.
Rasio Loan at Risk (LAR) juga membaik menjadi 11,12% dari 12,68%. BRI juga memperkuat cadangan kerugian penurunan nilai dengan NPL Coverage Ratio yang mencapai 200,60%, memberikan perlindungan yang memadai terhadap potensi risiko ke depan.
"Dengan coverage ratio yang sangat memadai ini, BRI tidak hanya mampu menjaga stabilitas neraca secara berkelanjutan, namun juga memberikan keyakinan kepada investor, regulator, dan seluruh stakeholders bahwa perseroan memiliki fundamental yang kuat dalam menghadapi dinamika ekonomi, terutama di tengah kondisi tekanan ekonomi dan geopolitik global seperti perang tarif," jelasnya.
Dari sisi penghimpunan dana, Aquarius Rudianto menyebutkan BRI berhasil menggalang Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp1.421,60 triliun, dengan komposisi dana murah atau CASA mencapai 65,77%.
Pencapaian tersebut meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 61,66%. Pertumbuhan CASA ini didukung oleh meningkatnya adopsi layanan digital BRI, khususnya aplikasi BRImo.
"Hingga akhir Maret 2025, tercatat pengguna super app BRImo telah mencapai 40,28 juta user, atau meningkat 20,26% yoy. Sementara dari sisi jumlah dan nilai transaksi, pada Triwulan I 2025 BRImo melayani 1,2 miliar transaksi finansial, naik 25,5% YoY dengan volume sebesar Rp1.599 triliun atau meningkat 27,79% YoY," imbuh dia.
Aquarius menambahkan, BRI juga terus membangun ekosistem pembayaran digital melalui lebih dari 4,3 juta merchant QRIS dan 344 ribu merchant EDC, memperluas akses transaksi non-tunai dari kota hingga desa.
Direktur Keuangan & Strategi BRI, Viviana Dyah Ayu, menambahkan bahwa kondisi likuiditas dan permodalan BRI tetap berada di level yang kuat. Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di angka 86,03%, sedangkan Capital Adequacy Ratio (CAR) tercatat 24,03%, jauh di atas ketentuan minimum regulator.
"Posisi Capital Adequacy Ratio BRI tersebut jauh di atas ketentuan batas minimal CAR yang dipersyaratkan," ucapnya.
Hery menambahkan, di balik tantangan global yang dihadapi, BRI melihat peluang besar untuk terus bertumbuh dan berinovasi. Ia pun optimis, fondasi kuat yang dimiliki perseroan dapat mengoptimalkan peluang tersebut.
Dengan lebih dari 221 juta rekening simpanan dan 211 ribu user QLola di segmen korporasi, BRI terus memperkuat fondasi menuju transformasi sebagai bank universal. Didukung oleh lebih dari 36.600 tenaga pemasar dan lebih dari 6.000 unit kerja, BRI menjadi salah satu bank dengan jaringan terluas di Indonesia.
Menurutnya, transformasi BRI menuju universal banking adalah jawaban atas tantangan saat ini. BRI tidak hanya akan menjadi bank terbaik di segmen UMKM, tetapi juga harus mampu melayani seluruh spektrum kebutuhan nasabah dari individu hingga korporasi besar, di seluruh lapisan masyarakat.
"Dengan pijakan kinerja positif pada tiga bulan pertama tahun 2025 ini, ke depan BRI optimis dapat mencatatkan pertumbuhan kinerja keuangan yang berkelanjutan dengan mengedepankan prinsip-prinsip prudential banking dan risk management yang baik di tengah dinamika kondisi perekonomian global," pungkas Hery.
Sebagai informasi, Direktur Utama BRI Hery Gunardi, Direktur Manajemen Risiko BRI Mucharom, Direktur Micro BRI Akhmad Purwakajaya, dan Direktur Network & Retail Funding BRI Aquarius Rudianto telah diangkat pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 24 Maret 2025 dan dapat melaksanakan tugas dan fungsi dalam jabatannya setelah mendapatkan persetujuan Penilaian Kemampuan dan Kepatutan OJK.
(rir)