Daftar Negara Mulai Hadapi Masalah Beras, Apa Penyebabnya?

9 hours ago 4

Daftar Isi

Jakarta, CNN Indonesia --

Krisis beras tengah melanda sejumlah negara di Asia dan Afrika. Kondisi ini memicu kekhawatiran akan ketahanan pangan regional dan mendorong negara-negara tersebut mencari solusi, termasuk menjalin kerja sama dengan Indonesia.

Terbaru, Malaysia meminta agar Indonesia mau membantu memenuhi dan meningkatkan produksi beras di Negeri Jiran itu. Pasalnya, Malaysia saat ini hanya mampu memenuhi sekitar 40 persen-50 persen dari kebutuhan nasional dan selebihnya kebutuhan beras dipenuhi dari impor.

Melansir berbagai sumber, berikut daftar negara-negara kekurangan beras:

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Malaysia

Negeri Jiran sedang mengalami krisis pasokan beras. Masalah ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti meningkatnya biaya produksi bagi para petani, kurangnya benih padi bersertifikat, dan cuaca yang tidak menentu.

Akibatnya, pasokan beras putih lokal menjadi langka. Hal ini membuat masyarakat terpaksa membeli beras impor yang harganya lebih mahal, sementara para petani kesulitan mendapatkan keuntungan.

Situasi ini mendorong parlemen Malaysia untuk meminta pemerintahnya mempelajari strategi pertanian Indonesia yang berhasil mencapai swasembada beras.

Menteri Pertanian dan Keterjaminan Makanan Malaysia YB Datuk Seri Haji Mohamad bin Sabu baru-baru ini menyambangi kantor Kementerian Pertanian RI untuk meminta stok beras. Ia menilai Indonesia memiliki teknologi lebih mahir dalam urusan pertanian ketimbang negaranya.

"Kita sangat membutuhkan beras untuk itu kita datang ke Indonesia untuk meminta bantuan dan kita juga ingin belajar dari Indonesia bagaimana mereka bisa berjaya dalam memproduksi beras sehingga saat ini beras Indonesia berlimpah," ujar Mohamad di Kementan RI, Jakarta Selatan, Selasa (22/4).

2. Jepang

Jepang mengalami lonjakan harga beras domestik yang lebih dari dua kali lipat dalam setahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh kombinasi gagal panen akibat cuaca panas ekstrem, peningkatan konsumsi dari sektor pariwisata, dan aksi borong pasca peringatan bencana alam.

Sebagai respons, pemerintah Jepang melelang 210 ribu ton beras dari cadangan nasional pada Maret 2025. Namun, distribusi ke pasar terhambat oleh masalah logistik, sehingga hanya sebagian kecil yang sampai ke konsumen.

Untuk pertama kalinya sejak 1999, Jepang mengimpor beras dari Korea Selatan sebagai upaya menstabilkan pasokan dan harga.

Konsumen Jepang, yang sebelumnya enggan mengonsumsi beras impor, kini mulai menerima alternatif ini karena keterbatasan pasokan dan harga yang lebih terjangkau.

3. Filipina

Filipina, salah satu importir beras terbesar di dunia, menghadapi lonjakan harga beras domestik yang signifikan.

Pada Februari 2025, pemerintah Filipina mendeklarasikan darurat keamanan pangan untuk menekan harga beras yang tetap tinggi meskipun tarif impor telah dikurangi dari 35 persen menjadi 15 persen pada Juli 2024. Langkah ini memungkinkan pelepasan 300 ribu ton cadangan beras oleh Badan Pangan Nasional Filipina ke pasar guna menstabilkan harga.

Meskipun demikian, harga beras tetap tinggi, dengan kisaran 50-60 peso Filipina atau setara Rp14.911-Rp17.893 (asumsi kurs Rp298 per peso Filipina) per kilogram, meningkat sekitar 19 persen-20 persen sejak Desember 2024.

Filipina juga menunda pembelian sekitar 350 ribu ton beras dari Vietnam karena penurunan harga global, yang memicu renegosiasi kontrak dan ketidakpastian pasokan.

4. Kenya

Kenya menghadapi kekurangan beras akibat produksi lokal yang tidak mencukupi dan ketergantungan pada impor. Faktor-faktor seperti perubahan iklim, infrastruktur pertanian yang kurang memadai, dan fluktuasi harga global turut memperburuk situasi ini.

Pemerintah Kenya berupaya meningkatkan produksi domestik melalui investasi di sektor pertanian dan mencari alternatif pasokan dari negara-negara lain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

5. Thailand

Thailand, salah satu eksportir beras terbesar di dunia, menghadapi penurunan ekspor beras yang signifikan pada 2025. Asosiasi Eksportir Beras Thailand memperkirakan ekspor beras akan turun sekitar 25 persen menjadi 7,5 juta ton, dibandingkan dengan hampir 10 juta ton pada tahun sebelumnya.

Penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya persaingan dari India dan Vietnam, serta melemahnya permintaan dari negara-negara pengimpor utama seperti Indonesia.

Selain itu, sektor pertanian Thailand menghadapi tantangan struktural, termasuk stagnasi produktivitas dan dampak perubahan iklim. Data menunjukkan hasil panen beras Thailand hanya sekitar 2,9 ton per hektare, lebih rendah dibandingkan dengan India sebesar 4,4 ton, Pakistan sebesar 4,0 ton, dan Vietnam sebesar 6,1 ton.

Pertumbuhan hasil panen Thailand juga hanya meningkat 8 persen dalam satu dekade terakhir, jauh di bawah pertumbuhan negara-negara pesaingnya.

[Gambas:Video CNN]

(del/agt)

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi