Jakarta, CNN Indonesia --
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mulai mengobarkan perang dagang dengan berbagai negara melalui penerapan impor tinggi atas barang yang masuk ke negaranya.
Kebijakan ini ia terapkan atas barang impor yang berasal dari 180 negara. Trump memberlakukan tarif setengah dari jumlah tarif yang diterapkan negara lain kepada AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indonesia menjadi salah satu negara yang terdampak kebijakan itu.
Berikut fakta-fakta soal perang dagang yang dikobarkan Trump.
Indonesia kena 32 persen
Amerika Serikat menetapkan tarif dagang 32 persen untuk barang-barang dari Indonesia. Dalam tabel yang dipaparkan Trump, Indonesia telah mengenakan tarif 64 persen terhadap barang-barang AS selama ini.
"Kami akan menagih mereka sekitar setengah dari apa yang telah mereka tagihkan kepada kami," kata Donald Trump di Rose Garden, Gedung Putih, seperti diberitakan CNBC pada Rabu (2/4).
Tarif dagang untuk Indonesia lebih besar dari beberapa negara Asia, seperti Malaysia dan Jepang sebesar 24 persen, Filipina sebesar 17 persen, dan Singapura sebesar 10 persen.
Ada pula beberapa negara Asia yang terkena tarif dagang lebih besar, seperti China 34 persen, Thailand 36 persen, Vietnam 46 persen, dan Kamboja 49 persen.
Rusia aman
Rusia tak terdampak kebijakan tarif Trump. Padahal, negara-negara Eropa lainnya terkena tarif timbal balik 20 persen di luar tarif global 10 persen.
AS beralasan Rusia sudah terdampak berbagai sanksi karena invasi ke Ukraina di era. Saat era Joe Biden, AS juga menyanksi Rusia karena dianggap ikut campur pemilihan umum di negara asing, serangan siber, dan pelanggaran hak asasi manusia.
"[Rusia] tidak ada dalam daftar karena sanksi dari perang Ukraina sudah membuat perdagangan kedua negara jadi nol," kata seorang pejabat AS ke News of the United States (NOTUS), dikutip Newsweek.
Menyasar Pulau Pinguin
Pulau-pulau tak berpenghuni pun terdampak tarif Trump. Misalnya, Kepulauan Heard dan McDonald di dekat Antartika yang sepenuhnya hanya dihuni penguin.
AS menerapkan tarif dagang 10 persen ke wilayah itu. Pemerintah AS beralasan kebijakan ini mencegah manipulasi dari negara lain untuk menghindari tarif dagang.
"Jika Anda tidak memasukkan apa pun dalam daftar, negara-negara yang pada dasarnya mencoba melakukan arbitrase dengan Amerika akan melalui negara-negara tersebut ke AS," kata Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick pada Face the Nation di CBS, Senin (7/4).
"Presiden mengenakan tarif pada China, benar, pada tahun 2018. Dan kemudian apa yang mulai dilakukan China adalah, mereka mulai melalui negara-negara lain ke Amerika. Mereka hanya membangun melalui negara-negara lain melalui Amerika," ujarnya.
Picu harga emas dan minyak
Kebijakan ini berdampak pada sejumlah komoditas global. Harga emas PT Aneka Tambang Tbk atau Antam langsung menembus angka tertinggi pada Kamis (3/4).
Harga emas Antam saat itu naik Rp17 ribu dari Rp1,81 juta per gram menjadi Rp1,836 juta per gram. Harga jual kembali atau buyback emas Antam meningkat menjadi Rp1,688 juta per gram.
Sementara itu, harga minyak dunia anjlok gara-gara kebijakan Trump. Harga minyak mentah berjangka Brent ditutup 46 sen lebih tinggi atau 0,6 persen pada US$74,95 per barel. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 51 sen atau 0,7 persen jadi US$71,71.
(dhf/agt)