Jakarta, CNN Indonesia --
Seekor ular Sanca meliuk-liuk di dalam rumah warga di Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (14/1) pagi.
Tiga petugas pemadam kebakaran (damkar) berseragam merah yang lengkap dengan helm dan sarung tangan berjibaku menangkap hewan melata dengan panjang sekitar lima meter itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bermodalkan kait (hook), ular itu berhasil ditangkap beberapa menit setelahnya. Dua petugas memegang bagian depan, satu petugas memegang bagian belakang ular. Warga yang menyaksikan penangkapan di depan rumah riuh.
"Pegangin itu buntutnya, pegangin," teriak seorang warga yang terekam dalam video tersebut.
Momen penangkapan ular itu terekam dalam video pendek yang diunggah di instagram resmi Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta. Di akun resmi itu, Damkar tak hanya mengunggah momen evakuasi kebakaran.
Berbagai momen penyelamatan nonkebakaran yang dilakukan petugas Damkar pun ramai di media sosial.
Ada yang menggelitik, ada yang menggemaskan seperti proses evakuasi anak perempuan yang terjepit di teralis atau momen evakuasi perempuan yang anting hidung atau piercing-nya menyangkut di kursi anyaman di Kota Bandung beberapa waktu lalu.
Suatu waktu, Damkar juga pernah mengunggah video evakuasi kartu ATM yang tercebur di got. Unggahan ini viral dan mendapat respons positif dari netizen.
Kemudian, di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, sejumlah media memberitakan petugas Damkar yang sigap membantu laporan warga untuk menangkap pencuri.
Contoh peristiwa-peristiwa di atas, menunjukkan instansi ini 'palugada' (apa lu mau, gua ada) untuk membantu kesulitan masyarakat, bahkan yang kesannya sepele tetapi sejatinya penting.
Plt Kepala Dinas Gulkarmat Jakarta, Satriadi, mengakui media sosial menjadi salah satu sarana bagi Damkar untuk menunjukkan eksistensi, memberi edukasi, dan informasi kepada masyarakat.
Ia mengatakan selain penanggulangan kebakaran, makna 'penyelamatan' dalam nomenklatur dinasnya bermakna luas.
"Fungsi penyelamatan itu maknanya luas betul. Memindahkan satu makhluk hidup dari satu tempat ke tempat yang seharusnya, memindahkan dari tempat tidak aman ke tempat aman, memberi pertolongan kepada masyarakat bagian dari penyelamatan," kata Satriadi saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Kamis (23/1).
Satriadi mengatakan pihaknya juga mengapresiasi tagar yang sempat ramai di media sosial seperti #lebihbaiklapordamkar. Menurutnya kemunculan tagar itu merupakan pengakuan dari masyarakat, terutama warganet, soal eksistensi Damkar.
"Masyarakat sendiri mengakui, ketika mereka butuh pertolongan ada instansi yang melayani 1 x 24 jam," ujarnya.
Menurutnya, kehadiran Damkar untuk membantu masyarakat adalah bentuk kehadiran negara. Belakangan, ia mengatakan angka penyelamatan memang meningkat dari tahun-tahun sebelumnya
"Itu lah masyarakat butuh pertolongan, negara hadir, makin dicintai, makin dihargai," ujarnya.
Petugas damkar mempraktikkan simulasi penanganan bencana gempa bumi kepada siswa SD dengan tujuan mengedukasi sejak dini kesiagaan dan mengurangi risiko saat terjadinya bencana alam. (CNN Indonesia / Andry Novelino)
Waktu respons laporan
Satriadi mengatakan setiap satuan dinas Damkar memiliki standar pelayanan atau SOP yakni harus tiba di lokasi laporan dalam waktu 15 menit.
Dia menyebut aturan itu bisa dikecualikan untuk laporan-laporan tertentu.
"15 menit sampai di TKP dari terima berita. Terkecuali yang sifatnya bisa disiasati misalnya evakuasi sarang tawon. [Evakuasi sarang tawon] itu harus malam hari kalau siang hari risiko masyarakat sekitar," ucapnya.
Ia menjelaskan petugas Damkar yang memberi layanan penyelamatan sudah mendapat pelatihan sebelumnya. Untuk di wilayah DKI, kata dia, Sudin Gulkarmat DKI memiliki punya Pusdiklat yang berlokasi di Ciracas, Jakarta Timur.
Satriadi kemudian mencontohkan penanganan ular. Ia menyebut petugas sudah dilatih dan juga dibekali informasi terkait penanganan ketika ada yang terkena bisa atau racun ular.
"Kita latih, kita panggil yang ahli sama ahli penanganan ular berbisa. Kita berikan informasi tidak semua rumah sakit punya vaksin penangkal bisa ular, jadi kalau ada masyarakat kena bisa ular atau apa, dilarikan ke rumah sakit yang memiliki," sambung eks Ketua Umum DPP Asosiasi Pemadam Kebakaran Indonesia (Apkari) itu.
Meski terkesan 'palugada', Satriadi mengatakan tidak semua laporan warga bisa ditangani sendiri oleh Damkar.
Ia mengatakan ketika mendapat laporan di luar kemampuan, petugas biasanya mengarahkan masyarakat untuk mencari bantuan ke instansi berwenang.
"Kita koordinasikan, kita bantu, kemarin ada masyarakat misalkan berantem, perkelahian, harusnya ranahnya polisi, kadang-kadang manggil Damkar. Ada juga yang kadang-kadang orang kesurupan," katanya.
Satriadi mengaku menekankan kepada jajarannya untuk tidak melihat remeh laporan dari masyarakat. Negara, kata dia, harus hadir ketika masyarakat butuh bantuan.
"Remeh-temeh kunci nyebur di got, HP nyebur di got, kita melihatnya remeh, tapi pada saat orang itu memang butuh pertolongan. Kalau misalkan hp-nya ojek online, berarti dia sehari enggak bisa memberi makan anak istrinya. Menolong itu tidak menurunkan harkat martabat kita, jadi pahala," katanya.
Tapi, jangan sekali-kali memberikan laporan palsu untuk penyelamatan (rescue) atau kebakaran. Bagi pelapor laporan palsu, bisa terancam pidana dari Pasal 220 KUHP.
Baca halaman selanjutnya