Kupang, CNN Indonesia --
PT. Kristus Raja Maumere (Krisrama), perusahaan milik Keuskupan Maumere Kabupaten Sikka, NTT, membongkar 120 rumah warga yang diklaim masuk dalam lahan HGU milik perusahaan tersebut. Rumah warga yang dibongkar itu adalah milik warga yang sejak 2014 membangun rumah dan menggarap lahan yang diklaim milik perusahaan itu.
Pembongkaran rumah warga tersebut dilakukan PT. Kristus Raja Maumere (Krisrama) milik Keuskupan Maumere yang mengklaim memiliki Sertifikat Hak Guna Usaha (HGU) sejak tahun 2023 untuk mengelola 325 hektare lahan di Desa Nangahale, Kecamatan Talibura.
Pembongkaran terhadap 120 rumah warga itu terjadi pada Selasa (22/1) lalu sekitar pukul 09.00 Wita oleh PT. Krisrama dengan menggunakan dua alat berat eskavator untuk merobohkan rumah warga. Pembongkaran tersebut dipimpin Pastor Yan Varocha sebagai perwakilan dari PT. Krisrama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Penggusuran) tanggal 22 Januari, ada sekitar 120 rumah (yang dibongkar), sekitar jam 9 pagi mereka mulai (lakukan penggusuran)," kata Riky Fernandes, warga korban penggusuran yang dihubungi CNNIndonesia.com Minggu (26/1).
Menurut Riky seluruh rumah yang dibongkar oleh PT. Krisrama itu berpenghuni ditambah dengan beberapa tempat usaha milik warga seperti bengkel, dan warung jualan.
"Iya, semua berpenghuni, ada anak sekolahnya, bayi, balita dan juga ibu hamil juga banyak di setiap rumah, serta tanaman warga" kata RIky
Dia menjelaskan, PT. Krisrama itu adalah badan usaha milik Keuskupan Maumere dan komisaris utama adalah Uskup Maumere dan para direktur adalah pastor.
Dia mengatakan rumah orang tuanya yang semi permanen juga turut digusur. Dikatakannya orangtuanya telah menempati lahan tersebut sejak 2014 sedangkan Riky mulai membangun rumah di lokasi dekat rumah orangtuanya pada 2017 lalu jauh sebelum HGU tersebut terbit.
"Rumah semi permanen ada dua rumah, belakang dan depan, dari 2014 orangtua saya, kalau saya 2017, saya punya baru pondasi di sebelah dan sudah ada bahan-bahan (bangunan) juga dihancurkan juga, selama ini tinggal bersama orangtua" kata Riky.
Saat ini kata Riky, ratusan warga yang rumahnya digusur oleh PT. Krisrama mendirikan tenda-tenda darurat untuk tinggal. Mereka tidak lagi memiliki tempat tinggal karena telah dirobohkan oleh alat berat PT. Krisrama.
Dia mengatakan saat awal peristiwa sedang tidak berada di rumah karena sedang di perjalanan ke Kota Maumere. Tetapi dalam perjalanan mendapat informasi dari keluarganya bahwa sudah ada alat berat yang dibawa oleh PT. Krisrama untuk menggusur rumah warga sehingga dia pun berbalik kembali ke rumah.
"Tapi sampai di rumah lihat rumah (orangtua) sudah rata dengan tanah, Pondasi rumah juga sudah hancur dan bahan-bahan juga sudah hancur," katanya.
Dijelaskan Riky bahwa penggusuran rumah warga yang dilakukan PT. Krisrama tersebut dimulai dari rumah seorang warga bernama Antonius Toni yang juga Ketua Pelaksana Harian Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). Dan rumah-rumah para pengurus AMAN yang selama ini menentang penggusuran yang menjadi sasaran utama penggusuran.
Dia menyampaikan AMAN selama ini yang membela hak-hak masyarakat setempat untuk mempertahankan tanah ulayat mereka. Dan rumah kedua yang digusur adalah rumah orangtuanya.
Diakuinya bahwa saat pembongkaran akan dilakukan di rumah Antonius, sempat diadang oleh warga dan menolak untuk mencegah agar tidak terjadi penggusuran dengan melakukan perlawanan. Tetapi usaha warga tersebut gagal karena PT. Krisrama datang dengan ratusan orang beserta dua unit alat berat.
"Mereka (PT. Krisrama) semua orang-orang yang datang itu mengenakan kain merah ikat di kepala dan membawa parang untuk mengintimidasi warga," jelasnya.
Riky mengakui jika perlawanan yang dibuat warga setempat saat pembongkaran selain mengadang juga melakukan pelemparan terhadap eskavator yang akan merobohkan rumah warga hingga kaca eskavator pecah.
Riky bilang saat pembongkaran di rumah Antonius, ada yang terluka yakni istri dan anak Antonius karena terkena reruntuhan material rumah yang dirobohkan Eskavator.
"Istrinya Pak Anton sudah diteriaki untuk keluar tapi mama (istrinya Anton) juga panik mau keluar sementara di luar sudah ada orang-orang (suruhan PT. Krisrama) membawa dengan parang mengelilingi rumah, jadinya mama itu panik dan ketakutan," kara Riky.
Diakui Riky bahwa mereka memang tidak memiliki bukti kepemilikan atas lahan yang ditempati sejak 2014. Tetapi perjuangan masyarakat tersebut hanya untuk mempertahankan hak ulayat yang diklaim oleh PT. Krisrama sebagai pemilik HGU. Dan juga disampaikan karena HGU PT. Krisrama sudah berakhir pada tahun 2013 lalu.
"Kami dari masyarakat hanya mempertahankan hak ulayat dari leluhur kami, hak dari asa-usul kami, dan tidak bisa dipungkiri ritual adat terus berjalan di lahan ini," ujarnya tanpa merinci ritual adat yang dimaksud.
Dia hanya berharap agar pihak Keuskupan Maumere dan PT. Krisrama bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan. Karena sejauh ini belum pernah ada warga setempat dipanggil untuk duduk bersama dengan pihak gereja untuk menyelesaikan sengketa lahan tersebut.
"Rumah kami sudah tidak ada, sudah dihancurkan, lahan kami sudah tidak ada. Tanaman kami sudah dihancurkan, sudah ditebang sehingga kami sangat kecewa," katanya
Riky berharap agar Pemerintah Kabupaten Sikka bisa segera hadir untuk menyelesaikan sengketa lahan tersebut. Selama ini keberpihakan pemerintah tidak pernah ada bagi masyarakat . Bahkan dia mencurigai adanya persengkongkolan antara PT. Krisrama yang memiliki modal, jaringan, relasi dan kekuasaan dengan bisa bekerjasama dengan pemerintah dan aparat sehingga HGU bisa terbit pada tahun 2023.
Dia heran Kantor ATR/BPN bisa menerbitkan sertifikat HGU kepada PT. Krisrama padahal lahan tersebut masih sengketa dan bermasalah. Apalagi HGU tersebut terbit pada tahun 2023 setelah warga mendiami lahan tersebut.
Peristiwa ini sangat disesalkan oleh Riky dan ratusan warga yang rumahnya dibongkar oleh PT. Krisrama. DIa bilang harusnya gereja memiliki cinta kasih dan rasa kemanusian
"Visi misi gereja, hukum yang paling tertinggi itulah hukum cinta kasih rasa kemanusiaan itu harus ada. Masa gereja tega dengan peristiwa seperti ini, bahkan ini sudah ibaratnya membunuh sudah membunuh ratusan umat secara tidak langsung karena masyarakat merasa terpukul sekali." kata Riky
Riky menjelaskan dengan peristiwa ini rasa kepercayaan kepada gereja sudah tidak ada lagi. Gereja harusnya melindungi umatnya bukan sebaliknya membunuh masyarakat.
Apalagi kata dia yang memimpin untuk melakukan pembongkaran tersebut adalah seorang tokoh agama yakni Pastor Yan Varocha dan selama ini pihak gereja tidak pernah memanggil umat yang mendiami lahan tersebut untuk berbicara mencari solusi.
Disampaikan Riky, sebelumnya memang sudah ada pemberitahuan dari pihak gereja saat berlangsung misa setiap minggu agar warga segera mengosongkan lahan tersebut karena ratusan warga tersebut dianggap telah melakukan penyerobotan lahan milik PT. Krisrama.
Dan kata Riky ada juga pemberitahuan melalui surat yang disampaikan PT. Krisrama kepada 18 kepala keluarga untuk mengosongkan lahan tersebut dengan batas waktu satu bulan.
Tetapi pada kenyataannya, di lahan tersebut bukan hanya berdiam 18 Kepala Keluarga saja tetapi ada 1.070 KK yang mendiami lahan tersebut. Sehingga warga lainnya tidak tahu menahu tentang akan dilakukan pembongkaran.