Jakarta, CNN Indonesia --
Presiden Amerika Serikat Donald Trump bersumpah untuk mengirim astronaut ke Planet Mars dan menancapkan bendera AS di planet merah tersebut.
Pada periode pertamanya sebagai presiden, Trump meluncurkan program Artemis untuk mengembalikan astronaut ke Bulan sebagai batu loncatan menuju Planet Merah. Kendati begitu, ia ragu apakah misi menuju ke Bulan itu diperlukan.
"Kami akan mengejar takdir kami yang nyata ke bintang-bintang, meluncurkan astronaut Amerika untuk menancapkan bendera AS di planet Mars," kata Trump dalam pidato pelantikannya di Gedung Kongres AS di Washington, melansir AFP, Senin (20/1) waktu setempat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Trump diperkirakan juga memiliki keinginan yang sama dengan mitranya, Elon Musk, CEO SpaceX, yang selama ini bermimpi untuk menjajah Mars dengan bantuan prototipe roket Starship.
Dalam kesempatan itu, Musk me-retweet sebuah video yang memperlihatkan dirinya mengangkat dua jempol, menyeringai, dan bertepuk tangan ketika Trump menyampaikan pidatonya soal rencana ke Mars.
"Kita akan langsung menuju Mars. Bulan adalah pengalih perhatian," tulis Musk di X awal bulan ini.
Pergeseran seperti itu akan menjadi seismik untuk program yang diproyeksikan menelan biaya lebih dari US$90 miliar (setara Rp1.467 triliun).
Kendati begitu, rencana Trump kemungkinan besar akan mendapat penolakan keras di Kongres AS, karena baik Partai Republik dan Demokrat berkepentingan untuk mempertahankan pekerjaan di daerah pemilihan mereka yang terkait dengan penjelajahan ke Bulan.
Sementara itu, China telah menetapkan target untuk mendarat di kutub selatan Bulan pada tahun 2030, sebuah langkah yang tidak mungkin dilepaskan oleh Amerika Serikat begitu saja.
Di sisi lain, kepala NASA berikutnya dijadwalkan adalah Jared Isaacman, seorang miliarder astronot swasta yang memiliki hubungan bisnis dengan SpaceX. Hal ini juga menimbulkan pertanyaan tentang kemungkinan konflik kepentingan.
Apa kata pakar?
Kendati demikian, para analis memprediksi beberapa tahun ke depan akan menjadi tahun yang penuh antusiasme dari kemitraan antara Musk dan Trump.
"Dari apa yang kami ketahui dan lihat, Trump tampaknya sangat tertarik dengan ruang angkasa. Saya tidak tahu apakah dia benar-benar tertarik dengan detail kebijakannya, tapi dia melihat ruang angkasa sebagai simbol kekuatan dan kemampuan Amerika," kata Casey Dreier, direktur kebijakan ruang angkasa di Planetary Society, melansir The Guardian, Selasa (21/1).
"Sangat menarik bahwa ketika dia berbicara tentang ruang angkasa, dia selalu berbicara tentang Mars, dan mengirim orang ke Mars. Itu mungkin merupakan bagian dari keberpihakannya kepada Musk," tuturnya.
Pada sebuah rapat umum kampanye di North Carolina pada bulan September, presiden terpilih ini sudah menjelaskan ekspektasinya.
"Elon, luncurkan roket-roket itu karena kita ingin mencapai Mars sebelum masa jabatan saya berakhir," kata Trump saat itu.
Ia juga mendesak Musk mempercepat proyeknya untuk pendaratan berawak di planet merah itu pada tahun 2028, dan membangun komunitas mandiri di sana dalam waktu dua dekade.
Pada kenyataannya, Dreier dan analis lainnya percaya, aspirasi masa jabatan kedua Trump kemungkinan besar akan jauh lebih membumi, meskipun para astronot Amerika hampir kembali ke bulan untuk pertama kalinya sejak 1972 melalui program Artemis milik NASA.
Trump, tentu saja, akan menikmati prospek berada di Gedung Putih ketika bendera AS kembali ditancapkan di permukaan Bulan, yang saat ini dijadwalkan pada pertengahan 2027, dan pada bulan April tahun depan ketika Artemis 2 melakukan penerbangan berawak di satelit alami Bumi itu.
Ia menambhakan setiap perubahan substantif dari agenda pemerintahan sebelumnya, yang telah diperkirakan oleh beberapa pihak dapat mencakup pembatalan roket Space Launch System (SLS) yang kelebihan anggaran dan tertunda, yang merupakan tulang punggung visi Nasa untuk pergi ke Bulan dan Mars, bisa jadi akan berjalan lambat, atau bahkan tidak akan terjadi sama sekali.
"Jika Anda melakukan perubahan radikal sekarang, Anda sebenarnya memundurkan jadwal pendaratan di Bulan. Anda akan kembali ke titik awal," kata Dreier.
"Sebagian besar perangkat keras untuk SLS Artemis 2 dan 3 sudah dibuat, jadi lebih masuk akal untuk menjalankannya [bahkan] jika Anda ingin mengubahnya," lanjut dia.
(dmi/dmi)