Jakarta, CNN Indonesia --
Conference of the Parties ke-29 atau COP29 diselenggarakan di Baku, Azerbaijan mulai 11-22 November 2024. Simak daftar isu penting yang akan dibahas.
Para pihak atau "parties" dalam COP adalah negara-negara yang telah meratifikasi perjanjian yang disebut UNFCCC (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim). Dokumen tersebut ditandatangani pada 1992 oleh hampir 200 negara.
COP sendiri merupakan badan pengambil keputusan dari perjanjian tersebut dan perwakilan dari negara-negara ini bertemu setiap tahun untuk merundingkan pendekatan terbaik untuk mengatasi akar penyebab perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahun 2024 diwarnai dengan gelombang panas dan badai dengan intensitas ekstrem di berbagai belahan Bumi. Bulan lalu, banjir dahsyat yang melanda Spanyol bagian timur dan menewaskan ratusan orang menjadi salah satu puncak rangkaian bencana tahun ini.
Menjelang KTT COP29, para ilmuwan yakin bencana seperti ini akan semakin sering terjadi karena perubahan besar pada iklim seiring dengan emisi bahan bakar fosil yang terus meningkat.
Sebagai akibatnya, mereka memperkirakan 2024 akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat, dengan temperatur rata-rata global yang diperkirakan akan mencapai lebih dari 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri. Kenaikan ini disebut tidak akan berhenti dalam waktu dekat.
Merujuk pada fenomena-fenomena tersebut, COP29 menjadi arena penting untuk membuat perubahan. Dikutip dari The Guardian, berikut daftar isu penting yang bakal menjadi perhatian pada KTT COP29:
Pecah rekor
Emisi karbon global terus meningkat. Tahun lalu, jumlahnya mencapai 40,6 miliar ton, rekor yang diperkirakan akan terpecahkan pada akhir 2024.
Tingkat karbon di atmosfer sekarang lebih dari 50 persen lebih tinggi dibandingkan dengan masa pra-industri. Oleh karena itu akan terjadi kenaikan suhu 1,5 derajat Celsius.
Sayangnya, respons dunia terhadap memburuknya kondisi atmosfer yang mengganggu ini sangat lambat.
Komitmen
Pada KTT Cop28 tahun lalu di Dubai para delegasi sepakat untuk "beralih dari bahan bakar fosil". Ini adalah pertama kalinya komitmen internasional untuk mengatasi, secara eksplisit, akar penyebab krisis iklim disepakati.
Dengan kata lain, dibutuhkan waktu tiga dekade negosiasi untuk mencapai kondisi di mana komitmen yang cukup lemah ini dapat diterima secara global, meskipun komitmen ini masih jauh dari penghapusan bahan bakar fosil secara menyeluruh yang selama ini didesak oleh banyak negara dan sebagian besar aktivis.
Amerika Serikat
Kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS pekan lalu memberikan bayangan suram pada persiapan yang sedang dilakukan untuk konferensi iklim Cop29.
Beberapa pemimpin negara seperti Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Presiden Prancis Emmanuel Macron tidak akan hadir dan dikhawatirkan terobosan-terobosan yang diharapkan tidak akan terjadi.
Hoaks besar
Trump menggambarkan perubahan iklim sebagai sebuah "tipuan besar." Dengan pandangan tersebut, Trump diperkirakan akan mengulangi keputusan yang dibuat pada masa kepresidenannya yang terakhir, yakni menarik AS keluar dari perjanjian Paris yang sangat penting.
"Hanya ada secercah harapan saat ini bahwa dunia akan membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celsius, namun Donald Trump mungkin akan memadamkannya," ujar Bob Ward, Direktur Kebijakan di Grantham Research Institute on Climate Change and the Environment.
Titik didih
Berbeda dengan pandangan Trump, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres secara khusus menyuarakan peringatannya tentang bahaya yang dihadapi planet kita menjelang COP29, dengan mengatakan bahwa umat manusia sedang melakukan "bunuh diri kolektif" dan menuduh perusahaan-perusahaan bahan bakar fosil telah "mencekik leher manusia".
Ia bahkan menyebut era pemanasan global telah berakhir dan "era pendidihan global telah tiba."
Titik kritis
Kekhawatiran akan iklim Bumi sebagian didasarkan pada peringatan para peneliti bahwa kenaikan suhu global sebesar 1,5 derajat Celsius, kemungkinan besar akan terjadi dalam beberapa tahun di akhir dekade ini.
Kemudian, banyak peneliti iklim juga khawatir menjaga suhu bumi tetap di bawah 2 derajat Celsius kemungkinan besar akan menjadi hal yang mustahil. Dalam skenario ini, titik kritis yang besar kemungkinan akan terlewati.
Hal ini akan mencakup destabilisasi lapisan es di Greenland dan Antartika Barat, pencairan tiba-tiba di wilayah permafrost dunia, runtuhnya Sirkulasi Samudra Atlantik Utara, dan kematian besar-besaran terumbu karang tropis.
Hal tersebut akan membuat banjir meluas dan suhu akan terus meningkat, sementara kekeringan dan badai yang mematikan akan semakin sering terjadi.
Pendanaan
Mencoba mempersiapkan diri untuk menghadapi masalah iklim yang mengancam dunia akan menjadi dorongan utama COP29.
Misi pendanaan baru untuk membantu negara-negara berkembang menciptakan sistem energi hijau dan membantu mereka beradaptasi dengan dunia yang semakin memanas akan menjadi agenda utama dalam negosiasi dua minggu ke depan.
Jumlah dana yang dibutuhkan cukup besar. Sebagian besar perkiraan menunjukkan bahwa negara-negara berkembang akan membutuhkan tambahan dana sebesar US$500 miliar hingga US$1 triliun per tahun untuk pendanaan iklim dari sumber-sumber internasional.
Jumlah tersebut setidaknya lima kali lipat lebih besar dari komitmen sebesar US$100 miliar yang ada saat ini.
Sebagian besar dari dana ini berasal dari perusahaan dan investor swasta serta bank pembangunan multilateral dan akan digunakan untuk melindungi bentang alam yang terancam, menciptakan sumber energi yang sesuai untuk negara berkembang, mengadaptasi infrastruktur agar lebih tahan terhadap iklim yang berubah, dan membayar kerusakan yang diderita oleh suatu negara akibat pemanasan global yang dipicu oleh emisi yang dihasilkan oleh negara maju.
Ekspansi gas
Harapan adanya terobosan dalam COP29 sempat terganggu oleh oleh kabar seorang pejabat senior di tim COP29 Azerbaijan, Elnur Soltanov, yang membuka "peluang investasi" di perusahaan minyak dan gas negara dengan seorang pria yang menyamar sebagai calon investor.
"Kami memiliki banyak ladang gas yang akan dikembangkan," katanya, dalam sebuah cuplikan video yang beredar.
Pernyataan tersebut tidak disukai oleh banyak delegasi KTT COP29.
(lom/mik)