Rangkaian Hari ke-4 Aksi Indonesia Gelap, dari Jakarta hingga Jogja

1 day ago 5

Jakarta, CNN Indonesia --

Aksi mahasiswa 'Indonesia Gelap' kembali bergulir pada Kamis (20/2) kemarin di sejumlah daerah setelah rangkaian demo hari pertama, kedua, dan ketiga pada Senin (17/2), Selasa (18/2), dan Rabu (19/2).

Aksi Indonesia Gelap pada Kamis kemarin digelar di antaranya di Palembang, Medan, Jakarta, Yogyakarta, hingga Mataram.

Aksi yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) di Jakarta disebut bakal digelar lagi pada Jumat (21/2) ini, bergabung dengan elemen masyarakat lain seperti dari koalisi sipil.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal itu terpantau dari selebaran yang beredar di media sosial, dan dikonfirmasi pula Koordinator BEM SI Anas Rabbani pada Kamis lalu. Dia mengatakan BEM SI bersama koailsi sipil telah berkonsolidasi untuk menyepakati teknis aksi pada Jumat ini.

"Konsolidasi lanjutan hari ini akan membahas mekanisme gerakan lanjutan, termasuk bagaimana teknis di hari Jumat," kata Anas kepada CNNIndonesia.com, Kamis (20/2).

Adapun merespons gelombang aksi "Indonesia Gelap" yang turut terjadi di berbagai daerah di Indonesia, YLBHI membuka kanal untuk mengadukan tindakan kekerasan aparat.

Massa aksi dapat mengakses kanal tersebut melalui sejumlah nomor telepon yang telah dilampirkan melalui unggahan dalam akun @yayasanlbhindonesia.

"Saat ini LBH-YLBHI membuka posko pengaduan berupa pusat bantuan hukum dan anti kriminalisasi di 18 wilayah," tulis unggahan tersebut.

Jakarta

Aksi aliansi mahasiswa Indonesia Gelap di Jakarta pada Kamis lalu kembali disekat aparat di depan Patung Arjuna Wijaya (Patung Kuda), sekitar satu kilometer dari Istana Kepresidenan.

Aksi digelar lepas tengah siang hari, di mana pada pagi harinya Presiden RI Prabowo Subianto melakukan pelantikan 961 orang kepala daerah se-Indonesia secara serentak di Istana Kepresidenan.

Dalam aksi tersebut, massa mahasiswa kembali menyuarakan tuntutan yang sama, di mana sembilan yang utama dibacakan di hadapan Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi yang menemui demonstran di lokasi aksi pada Kamis petang.

Beberapa di antara 9 tuntutan utama massa aksi Indonesia Gelap itu adalah kaji ulang Inpres 1/2025 tentang pemotongan anggaran, tolak revisi UU Minerba yang bermasalah, tolak dwifungsi TNI, tolak cawe-cawe Presiden ketujuh RI Joko Widodo (Jokowi) dalam pemerintahan Prabowo, transparansi status pembangunan dan pajak rakyat, sahkan RUU perampasan aset.

Kemudian tingkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan secara nasional, tolak impunitas dan tuntaskan kasus HAM berat, serta evaluasi besar-besaran program Makan Bergizi Gratis.

Yogyakarta

Aliansi Jogja Memanggil menggelar aksi #BersamaRakyat sebagai bagian dari demo maraton se-Indonesia bertajuk 'Indonesia Gelap' pada Kamis lalu.

Massa Aliansi Jogja itu  bergerak longmars ke titik demonstasi di depan Istana Kepresidenan atau Gedung Agung. Mereka longmars memenuhi jalan Malioboro yang menjadi ikon wisata Yogyakarta.

Massa juga sempat berhenti di depan Gedung DPRD DIY lalu melakukan orasi di depan gedung wakil rakyat itu sebelum melanjutkan kembali longmars ke titik aksi.

Massa terdiri dari berbagai kelompok masyarakat, aktivis dan mahasiswa gabungan. Mereka kompak mengenakan baju hitam dan menanggalkan identitas kampus masing-masing.

Sepanjang perjalanan, mereka meneriakkan 'revolusi' sambil membawa poster dan spanduk besar. Salah satunya bertuliskan 'Makan Gratis, Pendidikan Krisis'. Massa Aliansi Jogja Memanggil peserta unjuk rasa #BersamaRakyat itu kemudian memasang spanduk besar bertuliskan 'Rakyat Marah' di depan Gedung Agung.

Massa aksi juga memasang spanduk hitam-putih bertulisan '#IndonesiaGelap. Garuda Pancasila Bukan Boneka Konstitusi'. Mereka juga mengibarkan bendera Merah Putih setengah tiang di seberang Gedung Agung.

Dalam aksi tersebut, massa juga menyoroti dugaan represi terhadap agu 'Bayar Bayar Bayar' karya Band Punk asal Purbalingga, Sukatani, yang telah ditarik dari semua layanan streaming.

Salah seorang peserta aksi dengan pengeras suara dari mobil komando mengatakan, Sukatani telah menjadi korban represi atas kebebasan berekspresi dan berkesenian. Dugaan represi mengemuka usai personel Sukatani mengumumkan penarikan lagu 'Bayar Bayar Bayar' dari semua platform pemutar musik, termasuk ungkapan permintaan maaf kepada institusi Kepolisian, termasuk Kapolri.

"Saya di sini tidak akan berorasi. Saya hanya akan menyuarakan Sukatani yang jadi korban represi, mereka kena represi," kata peserta aksi itu di depan Istana Kepresidenan Yogyakarta atau Gedung Agung, Kamis.

Menurutnya, lagu 'Bayar Bayar Bayar' tersebut adalah wujud keresahan terhadap oknum anggota kepolisian. Menggunakan pengeras suara dari mobil komando, peserta aksi tersebut memutar lagu 'Semakin Tua, Semakin Punk' milik Sukatani sebagai bentuk solidaritas.

Baca halaman selanjutnya


Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi