Jakarta, CNN Indonesia --
Sebuah studi terbaru mengungkap hubungan antara penyu tempayan dan medan magnet Bumi yang membantu mereka kala bermigrasi.
Penyu tempayan atau loggerhead sea turtles memiliki kekuatan super yang membantu mereka bermigrasi di samudra.
Kekuatan super ini bergantung pada medan magnet Bumi untuk membantu mereka menavigasi dengan dua cara, yakni peta magnetik membantu pelacakan lokasi dan kompas magnetik mengarahkan mereka ke arah yang benar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Studi terbaru yang diterbitkan di jurnal Nature menunjukkan bahwa penyu yang bermigrasi mengingat medan magnet untuk membantu mereka menemukan makanan setelah bermigrasi.
Dalam risetnya, para peneliti menemukan penyu tempayan yang berada di penangkaran akan "menari" dalam pola gerakan tertentu sebagai respons terhadap isyarat magnetik yang mengingatkan mereka di mana mereka sebelumnya mengambil bagian makanan
Penulis utama studi Kayla Goforth yang juga postdoctoral research associate di Departemen Biologi Texas A&M University mengatakan penyu dapat mendeteksi semua medan magnet Bumi, mulai dari sekitar 25.000 nanoteslas hingga 65.000 nanoteslas.
Untuk memahami reseptor magnetik penyu, para peneliti mengumpulkan 14 hingga 16 penyu tempayan yang baru menetas setiap bulan Agustus dari 2017 hingga 2020. Penyu-penyu tersebut berasal dari delapan hingga 10 sarang yang berbeda di Bald Head Island, North Carolina, Amerika Serikat.
Dikutip dari CNN, tim peneliti menempatkan penyu-penyu tersebut di dalam tangki-tangki individual dengan suhu air yang terkendali dan makanan yang sesuai standar untuk mensimulasikan kondisi air laut yang alami.
Goforth mengatakan percobaan penyu sebelumnya sudah pernah menggunakan intensitas magnetik dengan setidaknya perbedaan 2.000 nanotesla.
Tetapi ia dan timnya memilih lokasi di sepanjang Pantai Timur AS di seluruh Samudra Atlantik dan mengembangkan sistem koil untuk menghasilkan medan antara 2.000 hingga 10.000 nanotesla sebagai variasi.
Dalam periode pengkondisian selama dua bulan, tim peneliti menempatkan penyu-penyu tersebut di dalam ember-ember kecil berisi air laut buatan dan mengekspos mereka pada dua medan magnetik yang berbeda untuk durasi yang sama.
Satu medan cocok dengan kekuatan magnet dari sebuah lokasi di Teluk Meksiko dan dikaitkan dengan makanan, sementara medan lainnya mensimulasikan fluks magnet dari sebuah lokasi di dekat New Hampshire dan tidak memiliki makanan.
Di medan magnet yang menawarkan makanan, semua reptil laut ini menunjukkan aktivitas "tarian penyu", yang meliputi memiringkan tubuh mereka secara vertikal, memegangi kepala mereka di dekat atau di atas permukaan air, membuka mulut mereka, dengan cepat menggerakkan sirip depan mereka, dan kadang-kadang bahkan berputar di tempat.
Untuk mengonfirmasi konsistensi temuan ini di berbagai lokasi, para peneliti melakukan eksperimen yang sama dengan menggunakan medan magnet yang meniru medan magnet di lepas pantai Kuba versus Delaware, Maine versus Florida, dan dua lokasi tambahan.
Dalam masing-masing dari lima percobaan, sekitar 80 persen penyu menunjukkan lebih banyak "tarian" di area yang menawarkan makanan dibandingkan dengan yang tanpa makanan, yang menunjukkan bahwa keterampilan ini digunakan secara global, tidak hanya di satu lokasi tertentu.
Meskipun 'tarian penyu' ini menarik, Goforth menyebut perilaku ini kemungkinan besar hanya terjadi di penangkaran. Namun, pola gerakan ini memberikan ukuran yang berguna untuk menunjukkan apakah penyu mempelajari medan magnet dan menghubungkannya dengan makanan.
Penelitian lanjutan Goforth dan timnya menunjukkan penyu mirip dengan burung dan amfibi. Mereka mengandalkan sistem magnetoreception ganda untuk ketika bermigrasi.
(lmy/dal)