Jakarta, CNN Indonesia --
Selama satu abad terakhir, sekitar 812 reaktor nuklir telah dibangun di seluruh dunia. Angka ini mencerminkan jumlah reaktor yang dibangun sejak dikembangkannya teknologi pembangkit listrik tenaga nuklir pada 1950-an hingga 2025.
Dari ratusan proyek tersebut, angka kecelakaan nuklir yang muncul ke permukaan relatif kecil akibat penerapan aturan ketat dalam proses pembangunan reaktor.
Meski demikian, sekali terjadi radiasi nuklir dampak terhadap kesehatan, ekonomi, bahkan nyawa manusia bisa sangat serius dan berlangsung puluhan tahun dengan biaya pemulihan mencapai miliaran dolar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut lima kasus kecelakaan nuklir yang mencekam sehingga memperkuat stigma nuklir sebagai benda berbahaya.
1. Kyshtym (1957, Rusia)
Terjadi pada 29 September 1957 di Mayak, sebuah fasilitas produksi plutonium di dekat kota Kyshtym, Rusia. PLTN Mayak didirikan setelah Perang Dunia II, Mayak merupakan bagian dari program nuklir Uni Soviet yang bertujuan untuk memproduksi plutonium untuk senjata nuklir. Pembangunan fasilitas ini melibatkan banyak pekerja, termasuk tawanan Gulag.
Insiden terjadi akibat kegagalan sistem pendingin pada tangki penyimpanan limbah radioaktif cair. Ledakan yang terjadi setara dengan 70 ton TNT tidak menyebabkan korban jiwa langsung, tetapi memicu pelepasan zat radioaktif ke atmosfer. Awan radioaktif menyebar hingga lebih dari 20.000 mil persegi (52.000 km²), mempengaruhi sekitar 270.000 orang yang tinggal di daerah tersebut.
Meski ledakan tidak menewaskan korban langsung, pemerintah Soviet melakukan evakuasi penduduk beberapa minggu setelah insiden tanpa memberikan penjelasan gamblang. Sekitar 10.000 orang dievakuasi dalam dua tahun berikutnya. Diperkirakan sekitar 8.000 orang meninggal akibat dampak jangka panjang dari radiasi, termasuk kanker dan penyakit lainnya.
Insiden ini tetap dirahasiakan oleh pemerintah Soviet selama beberapa dekade, dan baru diketahui secara luas setelah runtuhnya Uni Soviet. Banyak informasi tentang bencana ini masih belum sepenuhnya terungkap hingga saat ini.
2. Windscale (1957, Inggris)
Kecelakaan nuklir di Windscale, Inggris, yang terjadi pada 8 Oktober 1957, merupakan salah satu insiden nuklir paling serius dalam sejarah Britania Raya. Windscale adalah fasilitas nuklir yang terletak di Cumberland (sekarang Sellafield) Cumbria, dekat Taman Nasional Lake District. yang berfungsi untuk memproduksi plutonium. Fasilitas ini memiliki dua reaktor, dan kecelakaan terjadi di Reaktor Unit 1 saat pemanasan rutin.
Kecelakaan dimulai ketika sistem pendingin mengalami masalah, menyebabkan suhu reaktor meningkat secara drastis. Hal ini mengakibatkan penyimpan uranium meledak, yang kemudian memicu kebakaran. Durasi Kebakaran: Kebakaran berlangsung selama sekitar 16 jam dan baru dapat dipadamkan setelah itu. Selama periode ini, sekitar 10 ton bahan radioaktif terlepas ke lingkungan.
Kebakaran menyebabkan pelepasan sejumlah besar isotop radioaktif, termasuk iodine-131, yang berpotensi menyebabkan kanker. Radiasi menyebar hingga ke Eropa. Sekitar 240 kasus kanker dilaporkan sebagai akibat dari paparan radiasi. Banyak dari mereka yang terkena dampak adalah penduduk di sekitar lokasi reaktor. Pemerintah Inggris melarang penjualan susu dari daerah yang terkontaminasi selama sebulan untuk mencegah konsumsi produk yang mungkin terpapar radiasi.
Reaktor Windscale tetap ditutup hingga akhir 1980-an, dan proses pembersihan dari sisa-sisa radioaktif baru selesai pada tahun 2015. Biaya pembersihan diperkirakan mencapai sekitar $30 juta.
3. Three Mile Island (1979, AS)
Terjadi pada 28 Maret 1979, merupakan insiden nuklir terburuk dalam sejarah Amerika Serikat. Three Mile Island terletak di Pennsylvania. Reaktor Unit 2 di fasilitas ini mengalami kecelakaan yang disebabkan oleh kombinasi kesalahan manusia dan kegagalan sistem.
Kecelakaan dimulai ketika sistem pendingin reaktor mengalami masalah, yang menyebabkan suhu dan tekanan meningkat. Operator berusaha untuk mengatasi situasi dengan mengeluarkan uap dari sistem pendingin. Dalam upaya untuk mengatasi masalah tersebut operator menutup katup yang seharusnya tetap terbuka. Hal ini menyebabkan terjadinya overheating.
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Three Mile Island terlihat pada dini hari tanggal 28 Maret 2011 di Middletown, Pennsylvania. Foto: Getty Images via AFP/JEFF FUSCO
Meskipun sebagian besar radiasi terperangkap di dalam reaktor, sejumlah kecil radiasi berhasil keluar ke atmosfer. Diperkirakan sekitar 43.000 orang terpapar radiasi dalam jumlah kecil. Kecelakaan ini menyebabkan kepanikan di kalangan penduduk sekitar, dan banyak yang mengungsi dari daerah tersebut. Sejumlah studi dilakukan untuk mengetahui dampak kesehatan jangka panjang dari paparan radiasi namun diduga tidak ada peningkatan signifikan dalam angka kanker di antara penduduk yang tinggal dekat dengan lokasi.
Insiden ini memicu perubahan mendasar regulasi keselamatan nuklir di AS. Komisi Energi Atom (NRC) memperketat standar keselamatan dan pelatihan untuk operator reaktor. Reaktor Unit 2 di Three Mile Island ditutup secara permanen pada tahun 1990, dan proses pembersihan sisa-sisa radioaktif berlangsung selama beberapa dekade.
4. Chernobyl (1986, Ukraina)
Terjadi pada 26 April 1986, bencana Chernobyl adalah kecelakaan nuklir paling mematikan di dunia. Terletak dekat kota Pripyat, Ukraina (saat itu bagian dari Uni Soviet) bencana disebabkan oleh ledakan reaktor di mana kontaminasi radioaktif akibat ledakan ini menyebar ke seluruh Eropa. Korban tewas dan menderita gangguan kesehatan berkepanjangan diperkirakan mencapai ribuan orang.
Tragedi Chernobyl terjadi pada pukul 01.23 dini hari. Daya listrik yang dipakai di lokasi pembangkit tiba-tiba melonjak menyebabkan ledakan yang menghancurkan Reaktor No. 4. Kekuatan ledakan diperkirakan itu setara dengan 225 ton TNT.
Radiasi pun membumbung ke udara. Sekitar 49.000 penduduk Pripyat dievakuasi 36 jam pascabencana, sementara 335.000 lainnya direlokasi dari daerah terkontaminasi. Zona tertutup sepanjang 30 kilometer ditetapkan di sekitar lokasi pembangkit.
Pemandangan Kota Pripyat, Ukraina yang kini ditinggalkan warganya karena Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl yang meledak tahun 1986. Foto diambil dengan drone pada 12 April 2021 Foto: REUTERS/GLEB GARANICH
Diduga puluhan ribu orang terpapar kanker akibat radiasi. Lebih dari 6.000 kasus kanker tiroid dilaporkan di antara anak-anak dan remaja yang terpapar radiasi.
Sampai saat ini belum diketahui keseluruhan dampak kesehatan akibat bencana ini, karena ahli masih meneliti dampak jangka panjangnya. Upaya pembersihan radiasi dilakukan dengan melibatkan ratusan ribu pekerja, termasuk liquidators yang berisiko tinggi terpapar radiasi. Pembangunan sarcophagus (penutup) beton untuk menutupi reaktor yang hancur selesai pada November 1986.
Kecelakaan Chernobyl menyebabkan perubahan besar dalam kebijakan nuklir di seluruh dunia, dengan peningkatan standar keselamatan dan transparansi.
5. Fukushima Daiichi (2011, Jepang)
Terjadi pada 11 Maret 2011, akibat gempa bumi dan tsunami yang melanda Jepang. PLTN Fukushima Daiichi terletak di pantai timur Jepang terdiri dari enam reaktor. Beroperasi sejak tahun 1971 dan merupakan salah satu yang terbesar di Jepang.
Gempa bumi berkekuatan 9,0 mengguncang wilayah Tōhoku, diikuti oleh tsunami setinggi hingga 40 meter. Gelombang tsunami menghancurkan sistem pendingin dan sumber daya listrik untuk reaktor. Tanpa pendinginan yang memadai, suhu dalam reaktor meningkat, menyebabkan pelelehan bahan bakar. Reaktor Unit 1 mengalami ledakan hidrogen pada 12 Maret, diikuti oleh ledakan di Unit 3 dan Unit 2 beberapa hari kemudian.
Pembangkit nuklir Fukushima, Jepang. Eugene Hoshiko/Pool via REUTERS
Kecelakaan ini menyebabkan pelepasan radiasi ke atmosfer dan laut. Meskipun sebagian besar radiasi terperangkap di dalam fasilitas, sejumlah besar isotop radioaktif seperti iodine-131 dan cesium-137 terlepas ke lingkungan. Sekitar 160.000 orang dievakuasi dari daerah sekitar Fukushima, dan banyak yang tidak dapat kembali ke rumah mereka hingga bertahun-tahun kemudian karena kontaminasi.
Proses pembersihan sisa-sisa radioaktif berlangsung selama bertahun-tahun. Reaktor Unit 1, 2, dan 3 tetap ditutup, dengan rencana untuk decommissioning yang diperkirakan akan memakan waktu hingga beberapa dekade. Insiden ini memicu perubahan besar dalam kebijakan energi nuklir Jepang, dengan banyak reaktor ditutup untuk pemeriksaan keselamatan dan beberapa dihentikan secara permanen.
Laporan seri Pembangkit Nuklir di Indonesia ditulis oleh Dewi Safitri dengan fellowship dari EJN dan Stanley Center for Peace and Security bagian dari liputan COP29 di Baku, Azerbaijan.
(dsf/sur/bac)