Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Sulsel, Abdul Karim
FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Sulsel, Abdul Karim, angkat suara terkait mencuatnya risalah mundur KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) dari jabatan Ketua Umum PBNU.
Dikatakan Abdul Karim, dinamika di tubuh NU bukanlah hal baru, bahkan sudah menjadi bagian dari sejarah panjang organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut.
Abdul Karim menegaskan bahwa NU tak pernah sunyi. Bukan saja karena Ormas ini punya jamaah akbar.
Bukan pula karena Ormas ini telah ditulis dengan beragam perspektif intelektual sarjana asing dan nasional.
"Tetapi Ormas yang didirikan KH. Hasyim Asy’ari ini seabad silam tak pernah kering silang pendapat. Pergolakan pemikiran hingga pertentangan kepentingan tak pernah kering di tubuh NU," ujar Abdul Karim kepada fajar.co.id (24/11/2025).
Ketua Dewan Pengurus LAPAR Sulsel ini menuturkan, kiprah NU memang besar, tetapi kontroversinya pun tidak sedikit.
“Kiprahnya di nusantara memang banyak bekas. Tetapi kontroversi pergulatannya juga tak sepercik,” ucapnya.
Abdul Karim kemudian membeberkan rangkaian dinamika yang menyertai PBNU sejak Muktamar ke-34 di Lampung pada 2021.
Ia menyebut munculnya polemik sejak pembentukan kabinet NU oleh Gus Yahya dan jajaran yang sebagian diisi politisi.
"Dimulai ketika KH. Yahya Staquf dan Syaifullah Yusuf membentuk kabinetnya, yang sebagian diisi oleh sejumlah pengurus Parpol tertentu," Abdul Karim menuturkan.
"Warga Nahdliyyien sebagian kecewa, sebagian ketawa, sebab sebelum terpilih sebagai ketua Tanfidz PB NU, KH. Yahya Staquf mengkampanyekan NU haram berpolitik praktis. Tetapi pengurusnya, malah terdiri dari sejumlah politisi. Sikap ini bagai benci tapi rindu," tambahnya.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

















































