Yogyakarta, CNN Indonesia --
Emosi Muchammad Ridwan alias Trembel (43), kontributor berita TVRI Yogyakarta, naik turun. Nafas berantakan.
Dua pekan terakhir yang sungguh menguji nasib Trembel dan belasan pekerja kontrak Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia (LPP TVRI) Yogyakarta.
Belasan pekerja kontrak TVRI Yogyakarta dirumahkan cuma selang beberapa hari usai memperbarui kesepakatan kerja baru.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu tak lepas dari langkah pemotongan alias efisiensi anggaran yang digariskan pemerintahan Presiden RI Prabowo Subianto. Manuver efisiensi anggaran oleh pemerintah dan daftar belanja Kementerian/Lembaga yang disikat Menteri Keuangan Sri Mulyani bak sinyalemen buat Trembel untuk siap-siap jungkir balik beradaptasi.
Namun, setelah kabar pemutusan para kontributor dan pegawai kontak TVRI Jogja itu dirumahkan menjadi berita nasional, Dirut RRI Iman Brotoseno dalam rapat bersama DPR pada Rabu (12/2) lalu membatalkannya.
"Syukur alhamdulillah," ujar Trembel saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Rabu kemarin ketika diminta respons kabar dari Jakarta tersebut.
Hidup dia dan rekan-rekannya bak wahana kereta luncur atau rollercoaster yang melaju cepat di rel naik-turun selama hitungan hari pada Februari ini imbas aturan efisiensi anggaran pemerintah.
Baru perpanjang kontrak Januari
Trembel adalah kontributor berita TVRI Yogyakarta wilayah Kabupaten Sleman, DIY. Statusnya adalah Karyawan dengan Perjanjian Kerja Waktu Terbatas (PKWT). Kontraknya diperbarui setiap tahun oleh jaringan televisi negara yang telah mengudara sejak 1962 silam.
Hari-hari pertama pelaksanaan keputusan diet ketat anggaran pemerintah, Trembel dan belasan pekerja kontrak lain di TVRI Yogyakarta masih bisa tersenyum. Pasalnya jelang akhir Januari disodori kesepakatan kerja baru yang mengikat sampai Desember 2025.
Dia bercerita ada setidaknya tujuh kontributor dari lima kabupaten/kota se-DIY yang pada pengujung Januari kemarin memperbarui kontraknya.
"Sisanya editor, penyiar sama juru bahasa isyarat," kata Trembel kepada CNNIndonesia.com dalam perbincangan sehari sebelumnya, Selasa (11/2).
Jam siaran program dikurangi
Namun, senyum Trembel cs luntur cuma dalam hitungan hari. Baru saja meneken perpanjangan kontrak, pada 31 Januari kemarin, sebuah edaran di grup aplikasi pesan WhatsApp memuat kebijakan anyar yang membuat durasi siaran atau on air program tumpuan para kontributor berita, 'Jogja Hari Ini' dipotong dari satu jam menjadi hanya 30 menit.
Praktis, kuantitas materi berita yang dikirimkan setiap kontributor berkurang. Dari dua sampai tiga per hari, jadi satu berita maksimal sehari.
Satu materi kiriman tujuh kontributor yang tak tertampung akan ditayangkan di program 'Yogyawarta' yang disiarkan TVRI Yogyakarta itu.
Pemangkasan jam tayang yang berimbas pengurangan kuantitas materi berita jadi tantangan tersendiri bagi para kontributor yang honornya sangat bergantung pada jumlah materi berita yang ditayangkan.
Semua ini adalah implementasi pemangkasan anggaran Kementerian/Lembaga (K/L) pada pos honor output kegiatan dan jasa profesi sebesar 40 persen, yang mengacu ke Surat Nomor S-37/MK.02/2025 merujuk pada Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja dalam Pelaksanaan APBN dan APBD 2025.
Penghematan ini tak mengecualikan editor, penyiar dan juru bahasa isyarat. Mereka juga kena aturan main baru dengan ketentuan berbeda-beda. Trembel bertahan. Dia jalani hari yang mendadak berat buatnya.
Keputusan dirumahkan
Belum genap sepekan kebijakan anyar diberlakukan, firasat Trembel lagi-lagi campur aduk buntut sebuah surat yang ia dan para pekerja kontrak mendapat surat undangan pada 4 Februari 2025. Surat undangan bersifat penting tertanda Kepala Stasiun TVRI Yogyakarta, Budy Kurniawan itu meminta Trembel dan kolega menghadiri rapat di kantor pada 6 Februari 2025.
Trembel mulai tak enak makan membaca penjelasan kolom acara tertera pada surat yakni 'Arahan Kepala Stasiun Yogyakarta terkait Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja dalam Pelaksanaan APBN dan APBD 2025'.
Benar saja, dalam Ruang Rapat Koordinasi Siaran TVRI Stasiun Yogyakarta itu, Trembel dkk harus menelan pil pahit karena keputusan dirumahkan hingga waktu yang tak ditentukan. Kepala Stasiun TVRI Yogyakarta, kepala-wakil kepala bidang berita dan bagian SDM adalah yang memberinya penerangan sewaktu itu.
"Intinya beliau-beliau pimpinan ini menyampaikan TVRI Yogyakarta tidak ada PHK (pemutusan hubungan kerja). Cuma dirumahkan, nggak ada surat, hanya lisan," tutur dia.
"Saat itu disampaikan karena anggarannya nol untuk kami-kami, karena pemangkasan-penghematan," sambungnya.
Hati Trembel sejujurnya masih bertanya-tanya. Mengapa efisiensi anggaran ini sampai membuatnya jobless, bukannya penghematan melalui pemilihan berita secara lebih selektif layaknya periode pandemi Covid-19 silam. Kala itu, Trembel masih bisa mengantongi kira-kira separuh dari rerata penghasilan bulanan.
Sepanjang 14 tahun terakhir bekerja sebagai kontributor TVRI Yogyakarta, mungkin hari-hari ini jadi yang paling berat buat buat Trembel.
Dia bilang 'naik-turunnya' terlampau cepat dan sukar diterawang.
"Ini [pemangkasan honor output kegiatan dan jasa profesi] enggak 40 persen, tapi seratus persen dan dampaknya ke kita," ucap Trembel.
"Dinamikanya memang cepat sekali, pimpinan juga bilang begitu," imbuhnya.
Trembel bercerita, para petinggi kantornya waktu itu tak punya opsi lain dalam menyesuaikan anggaran selain merumahkan para pekerja kontraknya. Trembel pun demikian. Tidak ada pilihan lain kecuali bergegas memutar otak agar istri-anaknya tetap bisa makan.
Yusuf Adhitya Putratama (34), kontributor TVRI Yogyakarta wilayah Gunungkidul, DIY sejak 2017, sempat membagikan momen tatkala dirinya berpelukan dengan sang istri sebelum tiba di kantor tempat kerjanya untuk menerima keputusan perumahan, Rabu (6/2) pagi.
Adhit merekam pula momen-momen berpamitan dengan para karyawan lain yang diliputi atmosfer haru.
Adhit bilang, dalam rapat disampaikan bila petinggi kantor sebenarnya tak ingin menempuh keputusan merumahkan para pekerja kontrak ini. Tapi, apa daya. Kebijakan diet ketat anggaran membuat mereka tidak punya pilihan lain.
Syok, Adhit sampai kurang fokus memperhatikan dalih-dalih yang disampaikan jajaran pemimpin. Dalam benaknya waktu itu adalah 'datangi kantor--dengar keputusan pimpinan--pulang'.
"Di TVRI itu kerja pokok saya, yang lain-lain itu sampingan. Kalau dikata (dirumahkan) berdampak, ya jelas berdampak. Tapi ini rencana Tuhan, pasti ada ending yang lebih indah," kata Adhit kepada CNNIndonesia.com, Senin (10/2).