Peredarannya Memicu Kekhawatiran BPOM, Apa Itu Ketamin?

1 month ago 21

Daftar Isi

Jakarta, CNN Indonesia --

Ramai penyalahgunaan ketamin membuat Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI mengusulkan agar obat tersebut dimasukkan ke dalam golong psikotropika. Apa itu ketamin?

Laporan BPOM RI teranyar menemukan adanya tren peningkatan distribusi ketamin yang signifikan selama beberapa tahun terakhir.

Sebanyak 440 ribu vial ketamin didistribusikan pada 2024. Angka ini meningkat sebesar 87 persen dari tahun 2023 yang hanya mencatat 235 ribu vial ketamin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yang lebih mengkhawatirkan, sebanyak 152 ribu vial ketamin didistribusikan ke apotek umum pada tahun 2024, meningkat 246 persen dari tahun 2023. Pembelian obat di apotek rentan dilakukan tanpa resep dokter dan tanpa pengawasan medis.

Data di atas memperlihatkan penyalahgunaan ketamin injeksi yang semakin ramai di tengah masyarakat. Untuk itu, BPOM pun bakal mengusulkan ketamin agar masuk ke dalam golongan obat psikotropika.

"Usulan memasukkan ketamin dalam golongan narkotika akan disampaikan kepada Kementerian Kesehatan," kata Kepala BPOM Taruna Ikrar.

Apa itu ketamin?

Dari ramainya pemberitaan di atas, masyarakat pun boleh jadi bertanya-tanya soal apa itu ketamin.

Pada dasarnya, ketamin masuk dalam kelompok obat bius total atau anestesi umum. Anestesi umum berarti keadaan seperti tidur.

Biasanya penggunaan ketamin dilakukan dalam menjalankan prosedur medis yang tidak memerlukan relaksasi otot.

Namun, mengutip Medical News Today, ketamin dapat menghasilkan efek halusinasi yang mirip dengan LSD (lysergic acid diethylamide) dan PCP (phencyclidine) atau angel dust. Keduanya merupakan jenis narkotika.

ilustrasi ketaminIlustrasi. Ramainya pemberitaan membuat masyarakat bertanya-tanya soal apa itu ketamin. (istockphoto/Jeniffer Fontan)

Dalam dunia medis, ketamin hanya digunakan di rumah sakit dalam pengawasan dokter. Pasien juga wajib mengkomunikasikan pada dokter jika memiliki alergi dan riwayat penyakit tertentu agar tidak menimbulkan efek samping berbahaya.

Namun, ketamin juga diketahui digunakan secara off-label atau di luar anjuran Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat. Sejauh ini, FDA hanya mengakui penggunaan ketamin untuk anestesi umum.

Secara off-label, ketamin juga biasa digunakan untuk berikut.

1. Mengatasi nyeri

Ketamin digunakan dalam dosis ringan untuk meredakan nyeri hebat pada pasien dengan trauma, patah tulang, sakit area perut, nyeri lengan atau kaki, dan nyeri punggung bawah.

2. Terapi status epileptikus

Status epileptikus terjadi ketika seseorang mengalami kejang lebih dari 5 menit atau mengalami kejang lebih dari sekali dalam waktu 5 menit. Pasien bisa mengalami status epileptikus refrakter (RSE), yakni bentuk status epileptikus yang tidak merespons obat antikejang standar.

RSE bisa mengakibatkan kerusakan otak dan kematian.

Studi menemukan, ketamin bisa mengatasi RSE secara efektif. Namun demikian, perlu ada studi lanjutan untuk membuktikan keamanannya.

3. Pengobatan depresi

Wide shot young adult asian loneliness sad man sitting on the floor in bedroom leaning on bed and cry. Broken heart despair man sitting on the floor listening music from headphone alone.Ilustrasi. Studi menemukan, ketamin mampu mengatasi depresi. (iStock/CandyRetriever)

Ketamin ditemukan mampu mengatasi depresi. Hal ini terbukti dalam penelitian yang dirilis pada 2017 silam.

Meski hasilnya positif, tapi peneliti tetap menekankan data dalam studi terbatas sehingga praktisi perlu mempertimbangkan risiko obat sebelum meresepkan.

4. Mengatasi kecemasan

Penelitian soal ketamin dan kecemasan masih jarang. Namun, satu studi menunjukkan, ketamin bisa membantu orang dengan gangguan kecemasan sosial (social anxiety disorder).

Hanya saja, masih perlu studi lanjutan meski beberapa uji klinis menunjukkan efek antikecemasan yang signifikan.

(els/asr)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi