Jakarta, CNN Indonesia --
Desainer Andreas Odang, Chossy Latu dan Eridani menerjemahkan nuansa mewah dan romantis yang tak lengkang oleh waktu di panggung Jakarta Fashion Week (JFW) 2025.
Semarak pembukaan JFW 2025 dilanjutkan oleh Andreas Odang, Chossy Latu, dan Eridani. Desainer yang tergabung dalam Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) menampilkan karya di bawah bendera InterContinental Jakarta Pondok Indah pada Senin (21/10) di Pondok Indah Mall 3, Jakarta Selatan.
Ketiganya memperlihatkan kreativitas dan kepiawaian dalam mendandani wanita.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Andreas Odang mengusung busana dengan dua warna utama yakni merah dan putih. Chossy Latu membawakan batik dengan motif kembang. Sementara Eridani, lewat jenama Eri, menyampaikan sisi sentimental wanita lewat busana yang terinspirasi dari fase bulan.
'RED and LOVE' Andreas Odang
Pertunjukan ini dimulai dengan koleksi Andreas Odang. Ia mengadopsi warna merah yang kemudian dituang pada evening gown bersiluet klasik.
Koleksi bertajuk 'RED and LOVE' ini memang terinspirasi dari couture 1950-an di mana pada era ini bertabur ikon fesyen seperti Audrey Hepburn, Grace Kelly, dan Marilyn Monroe.
Terdapat A line dress, long dress dengan atasan korset, juga asymmetrical dress. Busana memang nyaris tanpa dekorasi berarti. Namun, di sini tangan Andreas yang 'berbicara'.
Bahan satin duchess, sifon, dan organdi tissue diolah sedemikian rupa sehingga tercipta konstruksi desain yang elegan. Lekukan, lipatan yang dinamis mampu membuat kain-kain ini 'hidup' sekaligus memamerkan karakter pemakainya.
Suasana berubah saat gaun-gaun pernikahan serba putih muncul diiringi lagu "Bunda" milik Melly Goeslaw. Buat Andreas Odang, lagu ini mampu mewakili ibu melepas putrinya untuk mengarungi bahtera pernikahan.
"Momen paling emosional dari seremoni pernikahan adalah ketika Ibu melepaskan putrinya untuk berlayar dengan keluarganya yang baru," ujar Andreas.
'Floral Affair' Chossy Latu
Pertunjukan koleksi busana Chossy Latu di Jakarta Fashion Week 2025. (Jakarta Fashion Week / Dandy Hendrata)
Sejak dulu, Chossy Latu selalu mencintai batik dengan motif kembang. Bukan tanpa alasan, kecintaannya dengan batik muncul berkat pengalamannya bekerja sebagai house designer rumah batik Iwan Tirta.
Chossy menampilkan ansambel warna serba cerah ceria bak bunga-bunga di musim semi. Ada pun warna kuning, oranye, merah, gold, krem, pink, biru muda mampu memanjakan mata. Warna-warna ini dituang dalam siluet beragam, termasuk midi dress, celana, outer, dan mini dress.
Pilihan material kain pun tak sembarang, sebab menurut dia, keindahan batik harus ditransformasi dengan indah.
"Saya pakai bahan natural seperti sutera, dipadu organza, sifon. Batik tulis hanya bisa di atas bahan natural. Polyester tidak bisa," kata Chossy, dalam konferensi pers jelang pertunjukan.
Yang menarik dari koleksinya, Chossy mampu menghadirkan batik tanpa kesan usang dan kuno. Motif kembang berukuran besar nyatanya mampu hadir tanpa kesan memprovokasi.
Selain itu, siluet-siluetnya pun terlihat modern, terlebih permainan padu padan material yang ciamik.
'Moonchild' Eridani
Koleksi 'Moonchild' karya Eridani dipamerkan di panggung Jakarta Fashion Week 2025, Senin (21/10). (Jakarta Fashion Week / Dandy Hendrata)
Koleksi 'Moonchild' besutan jenama Eri jadi hasil perenungan desainer Eridani. Bulan memiliki fasenya dan tiap fase mampu memberikan pengaruh berbeda pada gelombang dan gravitasi serta emosi manusia.
Sebanyak 12 look evening dress mempresentasikan siklus bulan lewat warna hitam, emas, pink pucat, dan putih. Gaun-gaun hadir tak melulu dalam siluet terusan yang membosankan. Eridani memadukannya dengan outer berupa coat dan blazer.
Busana semakin berkarakter berkat pemilihan bahan yang 'tak biasa' seperti, jacquard, sutera, satin, velvet, dan organza.
Dinamika emosi dari koleksi ini begitu terasa tak hanya lewat warna, tapi juga lekukan pada busana. Pada gaun berwarna putih memiliki siluet lurus dengan ekor cukup panjang seolah menggambarkan bulan di fase paling terang dan membebaskan malam dari kegelapan.
Semakin lama, ada fase di mana bulan tak terlihat dan langit gelap digambarkan dengan gaun hitam lengan panjang, juga gaun dengan luaran berupa mantel panjang.
(asr)