KILAS INTERNASIONAL
CNN Indonesia
Selasa, 05 Nov 2024 06:27 WIB
Jakarta, CNN Indonesia --
Adik mendiang pemimpin Hamas Yahya Sinwar, Muhammad Sinwar, kini dikabarkan menjadi pemimpin de facto sayap militer Hamas di Gaza.
Kabar lainnya adalah Iran beri syarat kepada Israel jika ingin gencatan senjata dengan Teheran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut sejumlah berita 24 jam terakhir yang terangkum dalam Kilas Internasional pagi ini:
Adik Yahya Sinwar Pimpin Sayap Militer Hamas di Gaza
Adik mendiang bos Hamas Yahya Sinwar, Muhammad Sinwar, kini disebut menjadi pemimpin de facto sayap militer Hamas di Gaza.
Laporan Times of Israel menyebutkan Muhammad Sinwar memimpin sayap militer tersebut bersama dengan dewan kecil dari komandan tinggi di Gaza.
Sejauh ini tidak ada pengangkatan resmi Muhammad Sinwar yang diumumkan secara terbuka oleh Hamas.
Sebelumnya Muhammad Sinwar disebut menjadi target pasukan pertahanan Israel, setelah kematian Yahya Sinwar pada pertengahan Oktober lalu.
Iran Diklaim Akan Pakai Hulu Ledak dan Senjata Rahasia Serang Israel
Iran diklaim akan menggunakan hulu ledak dan "senjata rahasia" yang tak digunakan dalam serangan sebelumnya untuk membalas Israel.
Kemungkinan rencana itu terungkap dari salah satu pejabat Mesir. Dia mengatakan pihak berwenang Iran memperingatkan Kairo secara personal soal serangan balasan Iran.
Iran, kata pejabat Mesir itu, bakal membalas secara "kuat dan kompleks."
Iran Beri Syarat Gencatan Senjata dengan Israel
Iran menetapkan syarat kepada Israel apabila saling serang diakhiri dengan genjatan senjata.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian menyatakan jika Israel setuju untuk gencatan senjata, maka Teheran bakal mengurangi intensitas balasannya atas serangan Israel pada 26 Oktober lalu.
Dalam keterangannya pada Minggu (3/10), Pezeshkian menyampaikan Iran bakal mengurangi skala serangannya jika Israel setuju untuk gencatan senjata dan menyetop pembantaiannya di Timur Tengah.
"Jika mereka [Israel] mempertimbangkan kembali sikap mereka, menyetujui gencatan senjata, dan menghentikan pembantaian terhadap kaum lemah dan tertindas di wilayah ini, maka intensitas serangan balasan kami akan menyesuaikan hal tersebut," kata Pezeshkian, seperti dikutip IRNA.
(tim/bac)