CNN Indonesia
Senin, 14 Okt 2024 17:42 WIB
Jakarta, CNN Indonesia --
Israel buka suara soal serangan ke markas pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau UNIFIL di Lebanon pada Minggu (14/10) pagi.
Insiden itu melukai 15 personel UNIFIL yang banyak berasal dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Namun, sejauh ini belum ada laporan identitas atau kewarganegaraan para personel yang luka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip Reuters, IDF mengatakan serangan itu dilakukan guna menghalau tembakan rudal anti-tank Hizbullah ke arah pasukannya. Israel mengaku 25 orang terluka akibat insiden itu.
IDF mengaku serangan Hizbullah itu sangat dekat dengan pos UNIFIL. Sebuah tank yang membantu mengevakuasi korban insiden itu juga terpaksa mundur ke pos UNIFIL.
"Itu bukanlah penyerbuan pangkalan. Bukan juga upaya untuk memasuki pangkalan. Itu adalah tank yang berada di bawah serangan berat, dalam situasi korban massal, mundur untuk menghindari bahaya," kata juru bicara IDF Nadav Shoshani kepada wartawan pada Senin (14/10).
Militer Israel juga mengatakan bahwa mereka menggunakan tirai asap untuk melindungi evakuasi tentara yang terluka, tetapi tindakannya tidak menimbulkan bahaya bagi pasukan penjaga perdamaian PBB.
Pihak UNIFIL menuturkan kejadian bermula saat tank-tank Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menerobos gerbang pangkalan UNIFIL di Ramyah, Lebanon selatan, pada Minggu pagi.
Setelah tank-tank tersebut masuk, UNIFIL menuturkan rentetan ledakan terjadi sekitar dius 100 meter, melepaskan asap yang menyebar ke pangkalan dan menyebabkan personel PBB jatuh sakit.
Pihak UNIFIL mengatakan tindakan paksa Israel terjadi sekitar pukul 4.30 pagi waktu setempat, saat personel di Ramyah melihat tiga peleton pasukan IDF melintasi Blue Line ke Lebanon.
"Saat pasukan penjaga perdamaian berada di tempat perlindungan, dua tank Merkava milik IDF menghancurkan gerbang utama posisi tersebut dan memasuki posisi itu secara paksa," demikian laporan UNIFIL seperti dikutip Reuters.
Usai memaksa masuk, militer Israel beberapa kali meminta agar lampu di markas UNIFIL itu dimatikan.
Menanggapi aksi pendobrakan tersebut, UNIFIL telah mengajukan protes melalui mekanisme penghubung dan menyatakan kehadiran pasukan Israel membahayakan aktivitas personel penjaga perdamaian.
Deretan aksi serangan Israel ke markas UNIFIL selama sepekan terakhir ini terjadi kala Israel terus menargetkan markas pasukan perdamaian PBB itu selama operas militernya melawan Hizbullah di Lebanon.
Penggerebekan ini juga terjadi setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyerukan penarikan pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon selatan
(rds)