KILAS INTERNASIONAL
tim | CNN Indonesia
Rabu, 20 Nov 2024 07:30 WIB
Jakarta, CNN Indonesia --
Sebanyak 100 proyektil diluncurkan Hizbullah dari Lebanon ke Israel, hingga membuat warga di ibu kota Tel Aviv kocar-kacir ketakutan.
Sementara itu merespons "lampu hijau" Amerika Serikat ke Ukraina soal penggunaan rudal jarak jauh, Rusia telah meresmikan dekrit soal penggunaan nuklir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut ulasannya dalam Kilas Internasional hari ini, Rabu (20/11).
Kekacauan di Tel Aviv Usai Hizbullah Luncurkan 100 Roket ke Israel
Militer Israel mengatakan Hizbullah telah meluncurkan sekitar 100 proyektil dari Lebanon ke arah Israel utara, dengan sistem pertahanan udara Negeri Zionis itu mencegat beberapa di antaranya.
Militer Israel mengatakan bahwa hingga pukul 3 sore waktu setempat, sekitar 60 proyektil yang ditembakkan oleh organisasi bersenjata Lebanon, Hizbullah telah melintas ke Israel.
Setidaknya lima orang terluka di Israel utara akibat serangan roket Hizbullah kali ini menurut pengumuman layanan darurat, ada juga laporan warga yang tewas, tapi belum terkonfirmasi.
Hizbullah-Lebanon Setuju Usulan AS soal Gencatan Senjata dengan Israel
Pemerintah Lebanon dan milisi Hizbullah menyetujui proposal gencatan senjata dengan Israel yang diusulkan oleh Amerika Serikat.
Ajudan dari Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri, Ali Hassan Khalil, mengatakan Lebanon telah menyampaikan tanggapan tertulisnya kepada Duta Besar AS di Lebanon untuk melanjutkan pembicaraan.
Hizbullah juga mendukung pemerintah Lebanon untuk berunding mengenai gencatan senjata tersebut.
Putin Perbarui Doktrin Nuklir Rusia, Bisa Buat Serang AS
Presiden Vladimir Putin meneken dekrit yang memperbarui aturan penggunaan senjata nuklir Rusia dan bisa menyerang Amerika Serikat menggunakan nuklir.
Putin meneken dekrit untuk memperbarui kebijakan pencegahan nuklir dalam Dasar Kebijakan Negara dalam Pencegahan Nuklir (Foundations of State Policy in the Field of Nuclear Deterrence).
"Prinsip dasar doktrin adalah bahwa penggunaan senjata nuklir merupakan tindakan terakhir untuk melindungi kedaulatan negara," demikian laporan media pemerintah Rusia, TASS, Selasa (19/11).
TASS menuliskan ancaman dan risiko militer baru mendorong Rusia untuk mengklarifikasi kondisi penggunaan senjata nuklir. Dalam doktrin terbaru, Rusia akan melihat serangan apapun dari negara non-nuklir yang didukung negara nuklir sebagai serangan bersama.
(tim/dna)