Kenapa AS Tak Punya Taji Setop Agresi Israel ke Lebanon 1 Bulan Ini?

3 weeks ago 13

Jakarta, CNN Indonesia --

Amerika Serikat seolah tak berkutik terhadap eskalasi konflik di Timur Tengah ketika pasukan militer Israel melancarkan serangan udara hingga invasi darat ke Lebanon.

Israel melancarkan gelombang serangan udara ke markas Hizbullah di Beirut Selatan, Lebanon pada Rabu (23/10) malam. Serangan ini terjadi kala agresi Israel ke Lebanon memasuki bulan pertama.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Enam bangunan perumahan penduduk rata dengan tanah imbas setidaknya 17 serangan udara Israel pada Rabu malam. Serangan ini menandai salah satu malam paling brutal di pinggiran selatan ibu kota Beirut sejak agresi Israel ke Lebanon pecah pada 23 September lalu.

Per Rabu (23/10), menurut data Dewan Menteri Urusan Bencana dan Manajemen Risiko Lebanon, agresi Israel ke Lebanon telah menewaskan 2.350 orang dengan 11.803 orang lainnya terluka.

Meski begitu, Amerika Serikat tetap tak berbuat banyak untuk menyetop agresi Israel yang terus meluas di Lebanon. Sejauh ini, Washington hanya mendesak sekutu dekatnya itu untuk meredam eskalasi di kawasan. Mengapa demikian?

Sebelum invasi darat "terbatas" ini dilancarkan, Amerika Serikat sebetulnya sudah menekan Israel untuk menahan diri mengambil langkah tersebut.

Dalam pertemuan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) New York beberapa waktu lalu, Amerika Serikat bahkan meminta Israel untuk melakukan gencatan senjata selama 21 hari di Lebanon.

Presiden AS Joe Biden juga baru-baru ini mewanti-wanti perang besar-besaran di Timur Tengah harus dihindari. Ia juga berujar saat ini merupakan waktu yang tepat untuk melakukan gencatan senjata di Lebanon.

"Kita harus menghindari [perang besar-besaran tersebut]," kata Biden di negara bagian Delaware, seperti dikutip Al Jazeera.

Spekulasi mengenai AS yang belum berkomentar soal invasi darat Israel di Lebanon pun mulai bermunculan. Salah satunya, karena AS sebentar lagi akan melakukan pemilihan umum (pemilu) pada 5 November mendatang.

Ruang bagi Biden untuk bermanuver soal konflik Timur Tengah tentu terbatas mengingat posisinya yang akan lengser sebentar lagi.

Perhatian pun kini mengarah pada dua calon presiden (capres) AS, yakni Kamala Harris dari Partai Demokrat maupun Donald Trump dari Partai Republik.

Kendati begitu, berdasarkan laporan Al Jazeera, baik Harris maupun Trump tak ada yang menyinggung sama sekali soal konflik di Timur Tengah dalam kampanye mereka baru-baru ini.

Sikap AS yang diam seperti ini bukan hal aneh jika mengingat perlakuan Israel terhadap negara adidaya tersebut.

Israel seringkali memutuskan bertindak sendiri dan baru akan berkonsultasi dengan AS setelah melancarkan operasi. Serangan pada Jumat (27/9) di Beirut, Lebanon, yang menewaskan pemimpin kelompok milisi Hizbullah Hassan Nasrallah, adalah salah satu contohnya.

AS tak diberi tahu mengenai operasi itu, padahal serangan itu tentu akan berdampak kuat terhadap eskalasi konflik di Timur Tengah.

Keputusan Israel tak memberitahu AS lebih dulu macam ini tentu membuat Washington jadi ketinggalan informasi.

Sikap Israel ini cukup berbahaya karena serangan mereka yang menewaskan Nasrallah berpotensi menyeret AS ke dalam pusara konflik. Pasalnya, Israel diduga kuat menggunakan bom seberat 2.000 pon buatan AS, demikian menurut analisis CNN.

Jika ditelusuri lebih jauh, sikap 'seenaknya' Israel ini sendiri mulai sering dilakukan setelah hubungan antara Biden dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tak harmonis.

Belakangan, hubungan antara Biden dan Netanyahu menegang karena keduanya kerap tak sependapat. Sering kali Netanyahu dikabarkan cekcok dengan Biden, dan bahkan terang-terangan mengabaikan saran Biden.

Salah satu contoh terbaru, yaitu ketika Netanyahu menolak proposal gencatan senjata Israel-Hizbullah yang disodorkan AS di PBB New York.

Menurut analis militer dari CNN, Cedric Leighton, pembicaraan antara pejabat Israel dan AS menjelang invasi darat Israel di Lebanon selatan "cukup tegang, terutama di kalangan atas."

Menurutnya, Israel pun sengaja tak membeberkan rincian soal operasinya terhadap Lebanon karena situasi tegang tadi.

(blq/bac)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi