Penampilan Slank pada usia 41 tahun masih begitu solid meski harus beraksi membawakan dua lusin lebih lagu dari rilisan mereka.
Jakarta, CNN Indonesia --
Pasar Malam Empat Satoe mempunyai makna yang lebih dari sekadar konser ulang tahun ke-41 Slank. Perhelatan ini adalah momen berkumpul keluarga besar Slank, sebuah entitas yang hingga sekarang masih berlipat ganda.
Nuansa hajatan keluarga besar itu begitu terasa setibanya saya di JIExpo Kemayoran, Sabtu (4/1) sore. Pemandangan venue itu tak seperti konser atau festival musik biasa yang umumnya dijejali muda-mudi ibu kota.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Venue itu disulap menjadi arena yang dibangun sesuai dengan kata kunci tajuk konser edisi ini: pasar malam. Nyaris semua aspek yang identik dengan pasar malam itu muncul di Pasar Malam Empat Satoe.
Sepanjang mata menjelajah, terdapat bianglala, komedi putar, rumah setan, tong setan, kereta kelinci, dan banyak wahana lainnya yang siap untuk dicoba.
Berbagai macam wahana itu rasanya disiapkan demi mengakomodasi kebutuhan konser band seperti Slank yang usianya sudah menginjak 41 tahun.
Bimbim Cs sadar bahwa Slankers sudah banyak yang beranak-pinak, dan tak sedikit yang ingin melanjutkan 'kaderisasi' dengan mengajak anak mereka menonton konser idola orang tuanya.
Pasar malam kemudian menjadi gerbang untuk mempertemukan hobi orang tua dan dan dunia anak-anak. Ide ini pun tereksekusi maksimal saat wahana tersebut sukses menjadi magnet anak-anak, termasuk beberapa orang tua yang tidak mau ketinggalan.
Review konser Slank: Pasar Malam Empat Satoe mempunyai makna yang lebih dari sekadar konser ulang tahun ke-41 Slank. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Slank juga mewadahi para pelaku UMKM binaan band tersebut yang ternaung di bawah gerakan Slankerpreneur. Beberapa stan dibangun khusus untuk menawarkan produk rilisan para Slankers, bahkan Ivanka juga sempat mengobrol tentang gerakan ini di sebuah sesi sebelum manggung.
Namun, perhatian utama tetap tertuju kepada Bimbim, Kaka, Ivanka, Abdee, dan Ridho yang dijadwalkan beraksi pada malam hari.
Slankers sempat diberi kesempatan 'pemanasan' dengan berjoget ria kala Feel Koplo dan NDX AKA tampil sebagai opening act. Energi yang sudah prima itu akhirnya meluap juga saat pertunjukan Slank dimulai tepat pada pukul 20.25 WIB.
Slank formasi lengkap masuk panggung dengan cara nyeleneh. Mereka tiba dengan mengendarai motor, seolah ogah sok dramatis ketika muncul pertama kali.
Lagu Bidadari Penyelamat dikumandangkan oleh Bimbim, disusul gebrakan pembuka lewat I Miss You But I Hate You dan Terserah.
"Assalamualaikum!" ucapan salam Kaka disambut balasan meriah penggemar setelah dua single itu dibawakan. Salam itu sekaligus menjadi jembatan menuju nomor berikutnya, seperti Tong Kosong, Mars Slankers, Pulau Biru, hingga Virus.
"Terima kasih yang sudah datang jauh-jauh ke Jakarta. Ini masih panjang, jadi saling menjaga. Saya juga tahu ada anak perempuan dan anak kecil, sebagai cowok baiknya menjaga perempuan," ungkap Kaka.
Satu hal yang tampak di Pasar Malam Empat Satoe adalah betapa patuh Slankers dengan ucapan para personel Slank. Usia empat dekade nyatanya ikut mendewasakan penggemar.
Hal itu terlihat dari solidaritas penonton yang bahu membahu dan saling menjaga, terutama saat ada yang butuh pertolongan. Mereka juga sama-sama waspada dengan sekitar, serta tak segan melapor jika ada potensi hal yang tidak diinginkan.
Apresiasi juga patut diberikan kepada Bidadari Penyelamat, satuan pengamanan yang didirikan Slank. Mereka begitu sigap memastikan situasi kondusif di area penonton, serta ikut membantu tim medis dalam berbagai kejadian.
Aspek penonton yang dulu kerap dikhawatirkan sudah tidak terlalu menjadi momok. Pertunjukan juga berjalan relatif lancar di lagu-lagu berikutnya, seperti medley Punk Java, Alon-alon Asal Kelakon, dan Ngono Ya Ngono Tapi Ojo Ngono.
Slank juga mengajak sejumlah kolaborator untuk konser ulang tahun ini. Idgitaf, solois yang kian populer dua tahun terakhir, masuk radar Slank hingga akhirnya ikut diajak membawakan lagu Karang.
Kolaborasi yang disajikan berikutnya mengusung tema keluarga. Anak-anak dari sejumlah personel silih berganti naik panggung untuk beraksi bareng sang ayah.
Mezzaluna, putri sulung Bimbim, mendapat giliran pertama, disusul adiknya yang bernama Tallulah Alami. Chaska Satriaji, putra Kaka, dan anak laki-laki Ridho bernama Marco Maliq Hafiedz juga ikut beraksi pada nomor berikutnya.
Nuansa kekeluargaan dalam Pasar Malam Empat Satoe belum berhenti di situ. Slank juga sempat menggelar potong tumpeng di atas panggung, dihadiri kru dan keluarga besar para personel, termasuk Bunda Iffet.
Ku Tak Bisa kemudian mengalun setelah acara simbolis itu, diikuti Terlalu Manis serta Joe Get What U Want. Orkes Sakit Hati dan Kamu Harus Pulang lalu menjadi nomor penutup yang mengakhiri perjumpaan Slank dan Slankers di Pasar Malam Empat Satoe.
Secara teknis, penampilan Slank pada usia 41 tahun masih begitu solid meski harus beraksi membawakan dua lusin lebih lagu dari rilisan mereka.
Kaka tetap penuh energi hingga nomor penutup, sedangkan Bimbim sanggup mengendalikan ritme dan intensitas pertunjukan dari balik drumnya. Hal serupa juga berlaku bagi Ivan yang penuh energi saat mencabik bass, kelihaian Ridho di gitar dan kibor, serta Abdee yang tetap berenergi setelah pulih dari sakit.
Penampilan prima Slank yang seperti biasanya itu menjadi semakin berwarna berkat kehadiran pasar malam. Ide yang mungkin terdengar seperti gimik ini terbukti menjadi kenikmatan baru, terutama bagi Slankers yang telah berkeluarga.
Tantangan setelah ini tentu ada di tangan Slank, terutama untuk ulang tahun berikutnya. Mereka dituntut putar otak menemukan ide gila lagi yang dapat mengakomodasi semua kalangan, layaknya Pasar Malam Empat Satoe.
(end)