Kontroversi Rudal Jarak Jauh Ukraina: Ditentang Putin-Diizinkan Biden

1 month ago 24

Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Amerika Serikat Joe Biden memberi "lampu hijau" bagi Ukraina menggunakan rudal jarak jauh buatan AS untuk menyerang Rusia.

Keputusan itu dibuat pada saat yang kritis bagi Ukraina lantaran perang Rusia vs Ukraina telah berlangsung selama nyaris 1.000 hari.

Keputusan Biden ini juga muncul di saat Rusia diduga mendapatkan bala bantuan dari Korea Utara, yang mengerahkan ribuan prajurit Pyongyang untuk membantu Moskow merebut Kursk. Kursk adalah wilayah selatan Rusia yang menjadi lokasi Ukraina melancarkan serangan balasan mendadak pada musim panas lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika meninjau kembali ke belakang, mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh AS sebetulnya sangat berbahaya bagi dinamika perang.

Pasalnya, Presiden Rusia Vladimir Putin sejak dulu telah memperingatkan bahwa penggunaan senjata atau rudal jarak jauh negara-negara Barat oleh Ukraina berarti memperluas perang menjadi antara Rusia dan negara-negara Barat.

Pada Juni 2022 lalu, Putin marah ketika negara-negara Barat mulai mengirimkan berbagai peralatan perang untuk Ukraina. Ia saat itu memperingatkan akan menyerang target baru jika Barat mulai memasok rudal jarak jauh bagi Ukraina.

Pada September 2024, peringatan lebih keras dilontarkan Putin merespons AS dan Inggris yang mempertimbangkan untuk mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh mereka dalam perangnya dengan Rusia.

Putin berujar sikap tersebut dapat membawa Rusia dan NATO ke medan perang terbuka.

"Ini artinya negara anggota NATO, Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, mau berperang melawan Rusia," kata Putin ke awak media, 12 September lalu.

Pada Oktober, Putin kembali mewanti-wanti Barat untuk tidak memasok Ukraina dengan rudal jarak jauh. Ia mengatakan Ukraina tidak bisa mengoperasikan senjata semacam itu. Hanya para ahli dari negara-negara NATO yang bisa melakukannya.

Oleh sebab itu, jika negara-negara Barat mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh, maka yang mengoperasikan adalah ahli dari negara-negara NATO, yang dapat disimpulkan sebagai keterlibatan langsung NATO dalam perang Rusia-Ukraina.

"Pasukan Ukraina tidak dapat menggunakan sendiri senjata (jarak jauh) ini. Hanya negara khusus di NATO yang dapat melakukan itu. Karena mereka memiliki kemampuan ruang angkasa, berbeda dengan Ukraina yang tidak memiliki tersebut," ujar Putin.

Desakan Ukraina

Meski berulang kali diperingatkan Rusia, Ukraina terus mendesak negara-negara Barat untuk memasok Kyiv dengan rudal jarak jauh.

Permintaan itu akhirnya dikabulkan sejumlah negara Barat yang mulai memasok Ukraina dengan rudal jarak jauh. Kendati begitu, negara-negara Barat tak mengizinkan Ukraina menggunakannya sewenang-wenang.

Negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat, hanya mengizinkan Ukraina menggunakan senjata di area terbatas di dalam perbatasan Rusia-Ukraina.

AS akhirnya beri lampu hijau

Setelah berkali-kali dibujuk Ukraina dan melihat perkembangan perang saat ini, pada November ini AS akhirnya mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh dalam perangnya dengan Rusia.

Senjata tersebut yakni sistem rudal taktis angkatan darat atau ATACMS, sebuah tipe rudal balistik supersonik yang bisa menyerang jauh ke dalam Rusia dengan jangkauan hingga 306 kilometer.

Menurut Institute for the Study of War, ada sekitar 250 sasaran militer Rusia yang berada dalam jangkauan ATACMS.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah merespons perizinan penggunaan rudal ini. Dia berujar "kemampuan jarak jauh bagi tentara Ukraina" adalah bagian penting dari "Rencana Kemenangan".

Rusia, di sisi lain, juga telah menanggapi pemberian izin ini. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan langkah tersebut menunjukkan bahwa pemerintahan Biden ingin mengobarkan perang yang lebih luas di Ukraina.

Peskov mengulangi kembali pernyataan Putin pada September yang mengatakan bahwa pemberian izin kepada Ukraina untuk menggunakan senjata AS di wilayah Rusia sama saja dengan perang antara Rusia dan negara-negara NATO.

"Penggunaan rudal jarak jauh oleh Kyiv untuk menyerang wilayah kami dapat diartikan sebagai partisipasi langsung Amerika Serikat dan satelitnya dalam permusuhan terhadap Rusia, serta perubahan radikal dalam esensi dan sifat konflik," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova, seperti dikutip media pemerintah TASS.

"Tanggapan Rusia akan memadai dan nyata dalam kasus ini," lanjut dia.

(blq/dna)

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi