rds | CNN Indonesia
Jumat, 01 Nov 2024 12:55 WIB
Jakarta, CNN Indonesia --
Jerman akan menutup tiga konsulat Iran di wilayahnya sebagai respons atas eksekusi mati seorang warganya yang juga keturunan Iran, Jamshid Sharmahd, pada awal pekan ini.
"Kami telah berulang kali dan dengan tegas memperingatkan Teheran bahwa eksekusi warga negara Jerman akan berdampak serius," ujar Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock pada Kamis (31/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baerbock memaparkan Jerman akan menutup konsulat Iran di Frankfurt, Munich, dan Hamburg.
Baerbock tidak menyebutkan kedutaan besar Iran di Berlin, namun menegaskan bahwa Jerman akan "terus menjaga saluran diplomatik dan kedutaan besar kami di Teheran."
Baerbock memaparkan alasan lain menutup ketiga konsulat Iran ini adalah agar pemerintah tetap dapat memperjuangkan pembebasan warga Jerman lainnya yang "secara tidak adil ditahan oleh rezim tersebut."
Eksekusi yang diumumkan pada Senin pekan ini oleh Iran telah memicu protes diplomatik dari Jerman, di mana Kanselir Olaf Scholz menyebutnya sebagai "skandal".
Baerbock bahkan menilai eksekusi mati Sharmahd merupakan pembunuhan.
"Fakta bahwa pembunuhan ini terjadi di tengah perkembangan terbaru di Timur Tengah menunjukkan bahwa rezim diktator dan tidak adil (Iran)... tidak bertindak sesuai dengan logika diplomatik yang normal," kata Baerbock seperti dikutip AFP.
"Tidak tanpa alasan, hubungan diplomatik kita sudah berada di titik terendah sepanjang masa," tambahnya.
Penutupan ini akan berdampak pada 32 staf konsuler Iran di ketiga wilayah tersebut.
Kementerian Luar Negeri Iran mengecam keputusan "irasional" tersebut sebagai langkah yang "tidak dapat dibenarkan," dan menyatakan telah memanggil duta besar Jerman di Teheran untuk menyampaikan "protes keras"-nya.
Sharmahd adalah seorang warga negara Jerman keturunan Iran yang juga tinggal di Amerika Serikat. Ia merupakan seorang insinyur perangkat lunak yang bekerja dan menulis untuk situs web kelompok oposisi Iran di luar negeri yang sangat mengkritisi Teheran.
Ia ditangkap oleh otoritas Iran pada 2020 saat melakukan perjalanan melalui Uni Emirat Arab. Sharmahd lalu dijatuhi vonis hukuman mati pada Februari 2023 atas tuduhan "korupsi di muka bumi," sebuah vonis yang kemudian dikukuhkan oleh Mahkamah Agung Iran.
Ia dinyatakan bersalah atas dugaan keterlibatannya dalam pengeboman sebuah masjid di kota Shiraz pada 2008, yang menewaskan 14 orang dan melukai 300 lainnya.
Keluarganya selama ini mengklaim bahwa Sharmahd tidak bersalah, dan Amnesty International menyatakan bahwa ia menjadi korban "pengadilan sandiwara."
Namun, Iran membantah tudingan tersebut dan menyatakan bahwa "paspor Jerman tidak memberi kekebalan hukum kepada siapa pun, apalagi bagi penjahat teroris."
(rds/rds)