Jakarta, CNN Indonesia --
Mufasa: The Lion King menerima banyak catatan dari kritikus setelah resmi tayang di bioskop. Film itu dinilai memiliki celah dari berbagai aspek, meski eksekusi visualnya memukau.
Rentetan komentar miring itu terhimpun dalam situs agregator Rotten Tomatoes. Per Senin (23/12), Mufasa: The Lion King hanya mampu mencetak skor kritikus 56 persen dari 157 ulasan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Angka itu cukup untuk melampaui The Lion King (2019), film terdahulunya, yang hanya meraih 51 persen dari 435 ulasan. Namun, perolehan Mufasa belum cukup untuk menghasilkan predikat tomat segar dari Rotten Tomatoes.
Beberapa kritikus sebenarnya masih memberikan apresiasi kepada Mufasa: The Lion King. Pujian umumnya ditujukan kepada Barry Jenkins, sang sutradara film kedua.
Ia dinilai mampu menyuguhkan emosi mendalam saat menampilkan perjalanan Mufasa. Menurut Robert Daniels, kritikus IGN Movies, karya terbaru Jenkins itu juga kian optimal berkat Aaron Pierre dan Kelvin Harrison Jr. yang menjadi pengisi suara.
Pujian serupa diungkapkan Christina Newland dari iNews UK. Ia menilai Mufasa: The Lion King menjadi bukti terbaru reputasi Barry Jenkins sebagai sutradara.
"Keahlian Jenkins dalam membangkitkan emosi yang dalam dan keajaiban visual tetap tajam, terutama dengan dukungan suara Aaron Pierre dan Kelvin Harrison Jr.," tulis Daniels dari IGN Movies, Selasa (17/12).
"Jenkins adalah tipe talenta yang dapat melakukan apa saja dan sebagai hasilnya, Mufasa adalah film yang terhormat," beber Christina Newland.
Beberapa kritikus dari media internasional juga mengakui hasil Mufasa: The Lion King. Namun, mereka juga meninggalkan catatan di balik penilaian tersebut.
Lindsey Bahr dari Associated Press menilai Mufasa lebih baik dari rilisan sebelumnya, meski sebenarnya belum bisa disebut sebagai karya yang mengagumkan.
Kritikus dari Guardian, Peter Bradshaw, juga menilai Mufasa: The Lion King bukan film buruk terlepas dari berbagai komentar miring yang muncul.
"Mufasa: The Lion King lebih baik dari film terdahulu, tetapi bukan berarti bagus," ujar Lindsey Bahr.
"Secara keseluruhan, ini bukan kisah buruk dari semesta Disney yang berisi hewan-hewan dapat berbicara," tulis Peter Bradshaw dalam ulasannya seperti dikutip dari Rotten Tomatoes.
Mufasa: The Lion King menerima banyak catatan dari kritikus setelah resmi tayang di bioskop. (Tangkapan layar YouTube Walt Disney Studios)
Sementara itu, sebagian besar komentar miring yang muncul menyoroti cerita Mufasa: The Lion King. Sebut saja penilaian Bilge Ebiri yang menganggap film itu tidak punya arah meski didukung aspek teknis kelas wahid.
Kritikus Irish Times, Donald Clarke, bahkan menganggap Mufasa: The Lion King hanya pamer eksekusi visual. Sedangkan, Sandra Hall dari Sydney Morning Hall menilai cerita film itu terlalu repetitif meski sudah digarap oleh Barry Jenkins.
"Semua keajaiban teknologi di dunia tidak dapat menghidupkan sebuah film yang tidak tahu apa yang diinginkannya," ungkap Ebiri dari Vulture.
"Hanya ada sedikit karakter, tidak ada emosi yang terlihat, hanya kompetensi teknis yang tak ada habisnya untuk dipamerkan," beber Donald Clarke.
"Terlepas dari keahlian Jenkins dalam mengatur kecepatan, yang satu ini terasa repetitif. Cukup sudah," tulis Sandra Hall.
Mufasa: The Lion King disutradarai oleh Barry Jenkins dengan skenario dari Jeff Nathanson. Barry Jenkins dikenal sebagai sutradara film Moonlight (2016) dan If Beale Street Could Talk (2018).
Sedangkan, Jeff Nathanson merupakan penulis skenario remake The Lion King (2019). Jeff kembali mengisi kursi penulis naskah untuk kali kedua setelah film tersebut.
Deretan bintang hit meramaikan pengisi suara Mufasa: The Lion King, seperti Aaron Pierre, Kelvin Harrison Jr., John Kani, Seth Rogen, Tiffany Boone, Donald Glover, hingga Mads Mikkelsen.
Ibu dan anak Beyoncé dengan Blue Ivy Carter juga ikut menjadi pengisi suara. Mereka pun mengisi suara karakter ibu dan anak di dalam film, yakni Nala dan Kiara.
Mufasa: The Lion King tayang di bioskop pada 18 Desember 2024.
(frl/end)