CNN Indonesia
Selasa, 15 Okt 2024 19:25 WIB
Jakarta, CNN Indonesia --
Seorang pakar dari Alma Research Center mengatakan pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (UNIFIL) takut terhadap kelompok milisi Hizbullah.
Tal Beeri, Direktur Alma Research Center selaku organisasi nirlaba yang memantau perkembangan keamanan di perbatasan utara Israel, mengatakan UNIFIL ketakutan dengan Hizbullah sehingga tak akan melakukan apa pun apabila Hizbullah menempatkan peluncur roket di sekitar markas mereka.
"Ketika Hizbullah menempatkan sebuah peluncur roket di samping salah satu markas UNIFIL, 99,9 persen UNIFIL tidak akan berbuat apa-apa. Mereka takut," kata Beeri, seperti dikutip The Times of Israel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beeri mengoceh bahwa UNIFIL bersikap demikian karena tak ingin dan tak mampu melawan Hizbullah. Oleh sebab itu, kata dia, apa pun yang dilakukan dan dikatakan Hizbullah akan dipatuhi oleh pasukan penjaga perdamaian tersebut.
"Jika Hizbullah memerintahkan pasukan UNIFIL tidak memasuki wilayah tertentu, pasukan itu akan menurutinya. Jika mereka membantah, mereka bisa terluka atau diculik," ujar Beeri.
"Itu sudah pernah terjadi di masa lalu, sebelum perang saat ini," lanjut dia.
Beeri merupakan mantan anggota unit intelijen Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Ia telah mengabdi di sana selama puluhan tahun.
Seiring dengan celotehan Beeri, Alma Research Center juga merilis peta yang menunjukkan lima markas UNIFIL, yang disebut-sebut telah digunakan Hizbullah sebagai pelindung atas peluncuran roket mereka ke Israel.
Lembaga itu mengeklaim sebanyak 22 roket telah ditembakkan Hizbullah dari sekitar markas UNIFIL ke Israel sejak perang meletus.
Pasukan militer Israel meluncurkan invasi darat ke Lebanon selatan sejak 1 Oktober lalu. Markas-markas maupun personel UNIFIL sejak itu menjadi target serangan Israel karena dituding dekat dengan kawasan operasi Hizbullah.
Beberapa serangan Israel pun telah melukai belasan personel UNIFIL, termasuk TNI dan tentara Sri Lanka.
Sejalan dengan itu, Israel juga telah mendesak UNIFIL mundur dari Blue Line sejauh lima kilometer.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Minggu (13/10) mengatakan kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres bahwa saat ini merupakan waktu yang tepat untuk menarik UNIFIL.
Kendati telah diperintahkan demikian, UNIFIL menegaskan akan tetap berada di posisi mereka dan menjaga perbatasan Lebanon-Israel.
(blq/dna)