Turki Bantah Jadi 'Rumah' Baru Markas Hamas usai Disebut Diusir Qatar

1 month ago 24

CNN Indonesia

Selasa, 19 Nov 2024 18:20 WIB

Turki membantah tuduhan bahwa kelompok milisi Hamas Palestina merelokasi kantor biro politik ke negaranya usai diduga diusir dari Qatar. Turki membantah tuduhan bahwa kelompok milisi Hamas Palestina merelokasi kantor biro politik ke negaranya usai diduga diusir dari Qatar. (Foto: REUTERS/Cagla Gurdogan)

Jakarta, CNN Indonesia --

Turki membantah tuduhan bahwa kelompok milisi Hamas Palestina merelokasi kantor biro politik ke negaranya usai diduga diusir dari Qatar.

Sumber-sumber diplomatik Turki mengatakan kepada wartawan pada Senin (18/11) bahwa kabar Ankara menjadi markas baru Hamas "tidaklah benar".

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka mengatakan anggota Hamas selama ini memang kerap mengunjungi Turki, namun mereka tidak mendirikan kantor di Ankara, demikian dilaporkan Middle East Eye (MEE).

Media Israel, Kan, sebelumnya menyebut anggota Hamas berangkat ke Turki setelah Qatar diduga mengusir mereka.

Beberapa media mengeklaim pengusiran itu dilakukan karena Hamas enggan berunding mengenai gencatan senjata maupun terkait pembebasan sandera di Gaza.

Amerika Serikat merupakan pihak yang membujuk Qatar mengusir Hamas. AS mengaku meminta Qatar mendepak kelompok tersebut setelah Hamas berulang kali menolak proposal kesepakatan pembebasan sandera dan mengeksekusi enam tawanan, termasuk seorang warga negara AS.


Dilansir The Time of Israel, seorang diplomat Arab pun mengatakan kepada The Times of Israel pada Minggu (17/11) bahwa para anggota senior Hamas telah meninggalkan Doha, Qatar, pekan lalu untuk menuju Turki.

Qatar telah menjadi markas luar negeri Hamas sejak 2012. Sebelum tewas dibunuh Israel, pemimpin biro politik Hamas Ismail Haniyeh berkantor di negara itu.

Dipilihnya Turki sebagai tempat muara baru markas Hamas sebetulnya bukan hal aneh. Sebab, hubungan Turki dan Israel telah memburuk sejak Israel melancarkan agresi ke Jalur Gaza pada Oktober 2023 lalu.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan merupakan pengkritik vokal Israel. Ia berulang kali menegaskan bahwa agresi Israel di Gaza merupakan genosida. Sejalan dengan itu, Turki bergabung dengan Afrika Selatan menyeret Israel ke Mahkamah Internasional (International Court Of Justice/ICJ) atas dugaan kejahatan perang.

Pekan lalu, Erdogan bahkan mengumumkan bahwa pemerintahannya secara resmi telah memutuskan semua hubungan dengan Israel.

Meski telah dibantah Turki, Amerika Serikat pada Senin (18/11) memperingatkan Ankara agar tidak menerima para pemimpin Hamas di negara itu. AS mengatakan bahwa sejumlah pemimpin Hamas saat ini berada di bawah dakwaan AS dan tak semestinya hidup tenang di mana pun.

"Kami meyakini bahwa para pemimpin organisasi teroris yang kejam ini tidak boleh hidup dengan nyaman di mana pun, termasuk di kota besar milik salah satu sekutu dan mitra utama kami," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Matthew Miller, seperti dikutip Reuters.

Miller sendiri tidak mengonfirmasi dengan gamblang laporan mengenai keberadaan anggota Hamas di Turki.

Hamas sementara itu telah menepis laporan mengenai relokasi markasnya ke Turki dengan menyatakan kabar tersebut merupakan "rumor yang coba disebarkan Israel dari waktu ke waktu."

(blq/rds)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi