Jakarta, CNN Indonesia --
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat serangan Israel menewaskan 85 petugas medis yang bertugas di Lebanon dalam dua bulan.
Badan Kesehatan di bawah PBB itu melaporkan Israel telah melakukan 36 serangan terhadap fasilitas kesehatan sejak eskalasi perang Hizbullah memanas pada September lalu.
Dikutip Aljazeera, WHO melaporkan sebanyak 85 petugas kesehatan tewas dan 51 lainnya terluka saat mereka bertugas di Lebanon pada periode 17 September hingga 31 Oktober.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tim medis darurat terus bertugas di Lebanon meski dalam situasi yang sangat berbahaya, begitu tulis laporan WHO. Pada serangan 31 Oktober di Lebanon selatan, sedikitnya enam petugas medis tewas.
Sebuah analisis menemukan serangan yang dilancarkan Israel ke Hizbullah di Lebanon sering kali menyasar area di dekat rumah sakit setempat.
Analisis dari CNN tersebut adalah hasil tinjauan dari lebih dari 240 serangan udara di Lebanon. Hasilnya, ditemukan setidaknya 24 rumah sakit berada dalam zona bahaya 500 meter. Israel juga menjatuhkan amunisi dalam jarak yang dikenal sebagai jarak mematikan, yakni sekitar 340 meter dari 19 rumah sakit.
Israel baru-baru ini melancarkan bom yang menghantam pinggiran selatan Beirut, Lebanon. Bom tersebut menghantam sebuah bangunan di seberang jalan rumah sakit umum terbesar di Lebanon.
Klaim Israel, serangan itu menyasar anggota Hizbullah. Padahal, daerah itu tidak termasuk dalam perintah evakuasi militer Israel sebagai lokasi yang diduga terkait dengan Hizbullah di selatan Beirut.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) berdalih operasinya sesuai dengan hukum internasional dan menuduh Hizbullah telah tertanam kuat di wilayah-wilayah sipil.
"Hizbullah secara strategis menempatkan aset militernya di dekat fasilitas medis, seperti rumah sakit dan klinik, sebagai bagian dari strategi perisai manusia," ujar pihak IDF.
Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon sedikitnya 18 orang, termasuk empat anak-anak, tewas akibat serangan Israel. Sementara, 60 lainnya luka-luka di sebuah bangunan tempat tinggal yang berjarak sekitar 70 meter dari rumah sakit tersebut.
Adapun sektor kesehatan Lebanon telah berada di tengah serangan udara ketika Israel dan Hizbullah saling menyerang dalam perang yang sedang berlangsung.
Menurut data yang dihimpun, serangan Israel sejak 23 September telah merusak 34 rumah sakit, menewaskan 11 teknisi medis darurat (EMT), dan menghantam 107 ambulans.
Sementara itu menurut data yang dikumpulkan oleh otoritas medis, sekitar 20 persen dari seluruh rumah sakit yang terdaftar di Kementerian Kesehatan Lebanon telah rusak dalam satu bulan serangan itu terjadi. Dilaporkan, sebagian besar dari serangan itu mendarat di sekitar rumah sakit.
Data Kementerian Kesehatan Lebanon dan analisis CNN mengenai serangan udara menunjukkan bahwa militer Israel telah menjatuhkan bom dalam jarak yang berbahaya dari rumah sakit, yang dilindungi oleh hukum internasional.
Menteri Kesehatan Lebanon Firass Abiad mengatakan untuk sebuah negara yang telah terlibat dalam berbagai siklus perang, sektor kesehatan negaranya jarang sekali mengalami kerentanan terhadap serangan senjata.
Abiad menuduh Israel mempersenjatai akses ke layanan kesehatan dan menyamakannya dengan Gaza, di mana Israel secara terbuka menyerang rumah sakit dan menuduh melindungi Hamas.
"Institusi kesehatan seharusnya menjadi tempat perlindungan. Jelas bahwa ini sudah direncanakan, bahwa ini adalah kebijakan negara yang diikuti oleh Israel, baik di Gaza maupun di Lebanon," ucapnya.
Abiad mengatakan serangan-serangan yang terjadi di dekat rumah sakit memiliki dampak yang sangat buruk terhadap layanan kesehatan.
"Ketika Anda menargetkan begitu dekat dengan area tersebut, itu berarti orang-orang sekarang takut untuk datang ke rumah sakit," kata Abiad kepada CNN.
"Beberapa orang yang berada di rumah sakit lebih memilih pulang ke rumah daripada menerima perawatan karena mereka khawatir bahwa mereka akan menjadi target di rumah sakit," imbuhnya.
Analisis CNN ini hanya melihat serangan udara yang diverifikasi dalam citra yang tersedia untuk umum atau yang dinyatakan dalam perintah evakuasi militer Israel antara 23 September dan 23 Oktober 2024.
Sampel yang didapat itu lebih kecil dari lebih dari seribu serangan Israel yang diperkirakan oleh Armed Conflict Location and Event Data Project (ACLED), sebuah organisasi pemantau krisis, yang menghantam Lebanon sepanjang bulan itu. Sehingga kemungkinan besar menghasilkan perkiraan konservatif mengenai rumah sakit yang berada dalam jangkauan berbahaya atau mematikan.
CNN membagikan daftar koordinat kepada IDF untuk 24 rumah sakit yang dinilai berada dalam jarak berbahaya dari serangan Israel, 16 di antaranya rusak menurut data yang dikumpulkan oleh kementerian kesehatan dan petugas medis Lebanon.
IDF tidak mengomentari temuan spesifik CNN, tetapi mengatakan mereka hanya beroperasi melawan Hizbullah, bukan penduduk Lebanon atau fasilitas medis dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi bahaya bagi warga sipil.
(pta/pta)