Jakarta, CNN Indonesia --
PT Hutama Karya (Persero) menjadi salah satu BUMN yang berkontribusi besar dalam pembangunan ekonomi RI beberapa tahun belakangan ini.
Buah kontribusi besar yang paling nyata terlihat adalah keberadaan Jalan Tol Trans Sumatera.
Hutama Karya mendapatkan tugas besar dari Pemerintah dalam membangun Jalan Tol Trans Sumatera yang rencananya memiliki panjang 2.854 km.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tugas besar tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 42 Tahun 2024 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera.
Dalam perpres, lingkup penugasan Hutama Karya meliputi pendanaan, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, pengoperasian, dan/ preservasi Tol Trans Sumatera.
Nah, untuk menjalankan tugas itu, pemerintah memberikan bantuan kepada Hutama Karya dalam bentuk penyertaan modal negara (PMN) dengan total Rp131,14 triliun yang diberikan dalam kurun waktu 2015-2024.
Tak ingin menyia-nyiakan kepercayaan besar yang diberikan pemerintah, Hutama Karya langsung tancap gas dengan menggeber pelaksanaan pembangunan Proyek Jalan Tol Trans Sumatera.
Proyek tol yang mereka kebut di awal antara lain; ruas Medan-Binjai, Palembang-Indralaya dan Bakauheni-Terbanggi Besar.
Untuk Bakauheni-Terbanggi besar, usai proyek itu di-groundbreaking oleh Presiden Jokowi pada April 2015, Hutama Karya langsung tancap gas membangun tol sepanjang 140,94 kilometer yang bernilai investasi Rp16,7 triliun tersebut.
Kerja keras membuahkan hasil. Pada Maret 2019, tol itu akhirnya selesai dan bisa dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan ekonomi masyarakat di Sumatera.
Kesuksesan pembangunan tol tersebut melecut Hutama Karya melanjutkan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera.
Dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR Juli lalu, Direktur Utama Hutama Karya Budi Harto mengatakan hingga saat ini panjang Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang sedang dibangun sepanjang 1.235 km. Rinciannya 1030 km dalam tahap konstruksi.
Itu belum termasuk yang sedang konstruksi; Palembang-Betung (69 km) dan Betung-Tempino-Jambi (136 km).
Dari jumlah itu, 845 km di antaranya sudah beroperasi.
Adapun ruas yang telah beroperasi secara penuh diantaranya yakni Tol Bakauheni - Terbanggi Besar (140 km), Tol Terbanggi Besar - Pematang Panggang - Kayu Agung (189 km), Tol Palembang - Indralaya (22 km), Tol Medan - Binjai (17 km), Tol Pekanbaru - Dumai (132 km), Tol Sigli Banda Aceh Seksi 2 - 6 (49 km), Tol Binjai - Langsa Seksi Binjai - Tanjung Pura (38 km), Tol Bengkulu - Taba Penanjung (17 km), Tol Pekanbaru - Bangkinang (31 km), Tol Bangkinang - XIII Koto Kampar (25 km), Tol Indralaya - Prabumulih (64 km), Tol Indrapura - Kisaran (48 km), Tol Indrapura- Tebing Tinggi-Seberlawan-Sinaksak (74 km).
"Sampai dengan saat ini, Hutama karya telah mengoperasikan Tol Trans Sumatera sepanjang 845 km serta direncanakan tahap I dan sebagian tahap II selesai 2024," katanya.
Dengan pengoperasian jalan tol itu sudah dapat memberikan manfaat besar.
Salah satunya bagi Datmalam Sembiring. Pada 2022 lalu, warga Sumatera Utara itu menikahkan anaknya di Jakarta.
Untuk ke Jakarta, ada beberapa moda transportasi yang bisa dipilih; pesawat, kapal laut dan juga darat.
Tapi, pilihan memiliki konsekuensi beda-beda. Untuk pesawat, konsekuensinya memang perjalanan cepat. Tapi ia harus mengeluarkan uang lebih banyak karena harga tiketnya mahal yang mahal.
Sementara kalau kapal memang harganya lebih murah. Tapi waktu tempuh lama.
Atas dasar itulah ia memilih untuk naik mobil. Kebetulan saat itu sudah ada Jalan Tol Trans Sumatera.
"Saya waktu itu menggunakan tol ini pas 2022, kebetulan ada acara besar keluarga di Jakarta dan berangkat dari Medan 3 orang. Jadi lebih hemat dibandingkan tiket pesawat. Jarak tempuhnya sekitar 3 hari 2 malam, itu pun saya jalan santai. Banyak berhentinya. Kalau nggak sepertinya 2 hari bisa sampai," katanya.
Karena efisiensi dan kecepatan waktu itulah, tak mengherankan bahwa kemudian Jalan Tol Trans Sumatera semakin diminati masyarakat untuk menunjang mobilitasnya.
Hal itu tercermin dari arus lalu lintas. Catatan Hutama Karya, Jumlah kendaraan melintas di Tol Trans Sumatera tembus 73 ribu kendaraan per hari, meningkat 30 persen dibanding periode sama 2023 yang hanya 56 ribu. Selain manfaat ke mobilitas masyarakat, kehadiran Jalan Tol Trans Sumatera juga memberikan manfaat ekonomi yang cukup besar
PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) pada 2021 lalu pernah menyebut Pembangunan 11 ruas tol prioritas Jalan Tol Trans Sumatera bisa memberikan dampak Rp786 triliun terhadap perekonomian nasional hingga 2033.
Artinya, pembangunan tol tersebut setiap tahun ditaksir menghasilkan dampak ekonomi sekitar Rp51 triliun.
Direktur Pembiayaan dan Investasi PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) Sylvi J Gani mengatakan dengan potensi itu, dampak pengganda (multiplier effect) ekonomi Tol Trans Sumatera sebesar 1,7 kali dari nilai investasinya.
Sebagai catatan, angka multiplier effect didapatkan dengan membandingkan potensi output ekonomi dengan nilai investasi yakni Rp452 triliun.
"Dari nilai awal stimulus yang diberikan Rp452 triliun, dihasilkan output terhadap perekonomian nasional sebesar Rp768 triliun," ujarnya saat itu.
Ia menuturkan potensi output ekonomi per tahun sebesar Rp51 triliun dari jalan tol tersebut setara dengan 2,2 persen Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) di Pulau Sumatera.
Selain dari sisi output ekonomi, tol sepanjang 960,84 kilometer (Km) itu juga diperkirakan bisa memberikan nilai tambah sebesar Rp396 triliun terhadap ekonomi nasional hingga 2033 nanti.
Tak hanya secara nasional, keberadaan Jalan Tol Trans Sumatera diperkirakan menambah pendapatan rumah tangga sebesar Rp119 triliun hingga 2033.
"Banyak sekali pekerja yang dipekerjakan dalam jalan Tol Trans Sumatera ini, yang tentunya akan menghasilkan pendapatan untuk rumah tangga, sebesar Rp119 triliun," paparnya.
Tak heran, sebab Jalan Tol Trans Sumatera tersebut diperkirakan bisa menyerap tenaga kerja hingga 671 ribu orang per tahun. Rinciannya, pada tahap konstruksi sebanyak 486 ribu orang per tahun dan operasional 185 ribu orang per tahun.
"Dampak serapan tenaga kerja per tahun dari pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera 671 ribu orang per tahun itu setara dengan 2,4 persen tenaga kerja di Sumatera, khususnya," katanya.
Selain bagi masyarakat dan ekonomi negeri, kehadiran Jalan Tol Trans Sumatera juga menjadi faktor utama dalam peningkatan aset Hutama Karya.
Pada 2019, aset Hutama Karya tercatat sebesar Rp93,51 triliun dan pada akhir 2023 menjadi Rp169,74 triliun, meningkat hingga Rp76,23 triliun atau setara 81,51 persen.
Kondisi ini menjadikan Hutama Karya sebagai satu-satunya BUMN dengan aset jumbo pada klaster infrastruktur.
Selain itu, per akhir 2023, laba bersih perusahaan juga melonjak signifikan hingga 521 persen mencapai Rp1,87 triliun.
Pendapatan perusahaan juga meningkat sebesar 11,81 persen menjadi Rp26,93 triliun dan kontrak baru mengalami pertumbuhan impresif sebesar 55,51 persen, mencapai Rp30,88 triliun.
Per 2023, Hutama Karya juga berkontribusi ke penerimaan negara dengan setoran pajak mencapai Rp3,76 triliun.
Kinerjanya dalam mendukung perekonomian melalui infrastruktur pun diakui oleh dunia. Pada tahun ini, Hutama Karya berhasil masuk dalam daftar 'Fortune Southeast Asia 500 2024' yang dirilis oleh Majalah Fortune.
Meski berada dalam peringkat ke-183, tapi posisinya lebih tinggi dibandingkan BUMN infrastruktur lainnya di Indonesia. Artinya, Hutama Karya berhasil menjadi BUMN infrastruktur terbaik di dalam negeri.
Kinerja ini menambah topangan pendapatan negara dari perusahaan pelat merah. Pasalnya, selain Hutama Karya sejumlah BUMN juga memberikan kontribusinya.
BRI misalnya. Mereka tercatat sebagai jawara di daftar BUMN yang membagikan dividen tertinggi.
Tahun lalu, BRI membagikan dividen sebesar Rp48,10 triliun. Dengan kepemilikan sebesar 53,19 persen saham di BRI, pemerintah Indonesia menerima dividen sekitar Rp25,71 triliun. Nilai dividen BRI ini setara 30 persen dari total dividen BUMN untuk negara.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan bahwa pembagian dividen ini merupakan bentuk komitmen perseroan dalam menciptakan nilai ekonomi utamanya bagi para shareholders.
"Ini adalah bukti nyata bahwa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki fungsi agent of development dan value creator dapat menjalankan peran economic dan social value secara simultan," ujar Sunarso.
Melalui strategi dan inisiatif yang didukung pengelolaan modal yang baik, pihaknya optimistis dapat terus menciptakan nilai dan memberikan return yang optimal kepada pemegang saham, termasuk negara.
"Melalui pembayaran pajak dan dividen, laba tersebut akan kembali ke negara sebagai pemegang saham mayoritas. Selanjutnya, laba ini digunakan untuk kepentingan rakyat Indonesia melalui berbagai program pemerintah," jelas Sunarso.
Daftar 10 BUMN penyumbang dividen terbesar di 2023:
1. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk: Rp25,71 triliun
2. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk: Rp17,17 triliun
3. PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID: Rp11,21 triliun
4. PT Pertamina (Persero): Rp9,35 triliun
5. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk: Rp9,21 triliun
6. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk: Rp6,27 triliun
7. PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Tbk: Rp3,09 triliun
8. PT Pupuk Indonesia (Persero): Rp1,21 triliun
9. PT Pelabuhan Indonesia (Persero): Rp1 triliun
10. PT Bank Tabungan Negara (Persero): Rp420 miliar