Jakarta, CNN Indonesia --
Program hilirisasi nikel menjadi salah satu fokus utama dalam strategi pembangunan ekonomi nasional, sejak dipopulerkan oleh Presiden Joko Widodo dan kemudian berlanjut di era Presiden Prabowo Subianto. Melalui kebijakan ini, pemerintah menitikberatkan pada peningkatan nilai tambah sumber daya alam melalui proses pemurnian atau peleburan, alih-alih mengandalkan ekspor bahan baku mentah.
Diketahui, secara umum kebijakan hilirisasi telah membawa berkah besar bagi Indonesia. Jokowi menyebut, secara total dari 2014 hingga 2024 jelang akhir masa jabatannya, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor ESDM sudah lebih dari Rp1.800 triliun.
Lebih spesifik lagi, kebijakan hilirisasi, khususnya pada industri nikel, juga membawa pemasukan ke negara secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Misalnya pada 2015, ekspor nikel Indonesia hanya bernilai Rp45 triliun, namun melonjak signifikan menjadi Rp520 triliun pada 2023 setelah pemerintah menerapkan kebijakan hilirisasi ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebijakan hilirisasi ini juga terbukti membawa dampak signifikan terhadap ekonomi warga lokal di sekitar pusat-pusat produksi nikel seperti Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Tidak hanya mendongkrak pertumbuhan ekonomi, hilirisasi nikel juga membawa berbagai perubahan ekonomi-sosial yang mendalam bagi masyarakat setempat.
Morowali Utara, yang kini dikenal sebagai salah satu pusat industri nikel terbesar di Indonesia, mengalami transformasi ekonomi drastis dalam beberapa tahun terakhir. Sejak eksplorasi nikel gencar dilakukan, kawasan ini berkembang pesat dengan munculnya berbagai industri hilirisasi.
Kehadiran industri hilirisasi di Morowali Utara juga membawa efek domino yang kuat, mulai dari penyerapan tenaga kerja, peningkatan bisnis lokal, hingga melonjaknya kas daerah yang memberi ruang bagi berbagai pembangunan infrastruktur di kawasan tersebut.
Di Sulawesi Tengah, kebijakan ini bahkan mampu membuka pekerjaan bagi 71.500 tenaga kerja. Padahal, sebelumnya, hanya 1.800 tenaga kerja yang terangkut dalam pengolahan nikel di wilayah Sulawesi Tengah.
Karenanya, hilirisasi selain berdampak pada meningkatnya ekonomi nasional, juga memberi pengaruh positif terhadap kesejahteraan masyarakat lokal. Perusahaan yang bergerak para industri tersebut seperti PT Gunbuster Nickel Industry (PT GNI), memainkan peran besar dalam transformasi ekonomi bagi masyarakat sekitar di Morowali Utara.
PT GNI sendiri tidak hanya mengandalkan tenaga kerja dari luar daerah tetapi juga membuka peluang besar bagi masyarakat lokal untuk turut andil dalam proses industri, baik sebagai tenaga kerja langsung maupun di sektor pendukung seperti perdagangan dan jasa.
PT GNI secara aktif memfasilitasi peningkatan keterampilan lokal sehingga banyak penduduk yang beralih profesi dan bekerja di sektor industri dengan penghasilan yang lebih baik. Dalam upaya itu, PT GNI melakukan berbagai langkah untuk meningkatkan serapan tenaga kerja lokal, salah satunya dengan menggandeng pemerintah setempat.
Langkah ini menjadi strategi yang efektif dan berdampak baik pada proses rekrutmen, baik dari segi waktu hingga proses seleksi. Membuka lapangan pekerjaan baru serta memberdayakan masyarakat di sekitar wilayah smelter juga menjadi salah satu upaya PT GNI menerapkan tanggung jawab sosial yang berkelanjutan.
Diketahui, PT GNI sejak awal telah merekrut ribuan karyawan yang berasal dari daerah sekitar. Selanjutnya, selama menjalankan operasional smelternya, PT GNI juga berkomitmen untuk terus mengimplementasikan secara ketat prosedur keamanan dan kesehatan kerja (K3). Langkah ini selain untuk meminimalkan angka kecelakaan kerja, juga bertujuan untuk melindungi seluruh karyawan selama bekerja.
"Salah satu fokus kami adalah dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lingkar industri melalui program-program tanggung jawab sosial. PT GNI berharap dapat membantu masyarakat sekitar," kata Head of Corporate Communication PT GNI Mellysa Tanoyo dalam keterangan resmi, beberapa waktu lalu.
Kehadiran industri nikel juga membuka pintu berkah bagi masyarakat di sekitar lingkar industri. Seperti Haji Makmurmuen, yang berasal dari Mori Atas, Kabupaten Morowali Utara. Makmurmuen telah membuka usaha bengkel motornya selama satu tahun dan telah merasakan dampak yang signifikan dari adanya PT GNI.
"Kita betul-betul merasakan dampak positifnya, ada nilai tambah, dan manfaat yang kami rasakan. Saya disini sudah lebih dari 30 tahun, saya datang merantau ke kabupaten ini, dan betul-betul ada perkembangan yang signifikan. Ketika adanya PT GNI, kami merasa terbantukan dari hal ekonomi," ungkapnya.
Senada dengan itu, Aji Wati, salah seorang pemilik Warung Makan Pelipur Lapar, merasakan peningkatan pendapatan berkat para karyawan PT GNI yang menjadi pelanggan setia mereka. Bagi Aji Wati dan warga lainnya, PT GNI telah menjadi salah satu sumber rezeki tambahan yang dirasakan langsung oleh masyarakat setempat.
"Saya sudah membuka warung ini selama 10 bulan. Alhamdulillah, setelah saya kesini, hasilnya begitu berkah. Disinilah saya bisa berhasil, bisa hidup dan bangkit kembali dengan penghasilan disini," ujarnya.
Kebijakan hilirisasi nikel oleh pemerintah ini menjadi satu langkah strategis Indonesia menuju kemandirian ekonomi. Dengan memanfaatkan sumber daya alam secara lebih optimal, pemerintah tidak hanya mampu mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah tetapi juga menciptakan nilai tambah yang lebih besar bagi masyarakat lokal.
Keberhasilan hilirisasi nikel di Morowali menjadi bukti bahwa kebijakan tepat dapat membawa dampak positif yang besar bagi perekonomian dan masyarakat setempat. Dengan tetap memperhatikan aspek sosial dan lingkungan, hilirisasi nikel berpotensi menjadi kekuatan pendorong yang tidak hanya menguntungkan bagi perusahaan tetapi juga bagi masyarakat dan pembangunan Indonesia secara keseluruhan.
(ory/ory)