Jakarta, CNN Indonesia --
Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali mengeluarkan ancaman yang mengguncang pasar.
Kali ini, ia berencana untuk menerapkan tarif tambahan sebesar 10 persen pada barang impor dari China dan 25 persen pada seluruh produk dari Meksiko dan Kanada.
Langkah ini akan mempengaruhi hubungan AS dengan negara-negara mitra dagang terbesarnya, terutama di Asia, yang berpotensi menimbulkan efek berantai pada perekonomian mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati potensi dampaknya belum terjamin, tarif yang merupakan pajak atas barang-barang impor ini kemungkinan akan merugikan negara-negara di Asia yang bergantung pada penjualan ke AS untuk meningkatkan perekonomian mereka.
Pada 2023, ekspor Jepang ke AS mencapai US$145 miliar atau Rp2.299,23 triliun (asumsi kurs Rp15.857 per dolar AS), sekitar 20 persen dari total ekspornya.
Pada tahun yang sama, AS menjadi pasar ekspor terbesar kedua Korea Selatan setelah China, dengan nilai barang yang diperdagangkan US$116 miliar atau Rp1.839,44 triliun.
Namun, rencana tarif barang impor Trump untuk barang-barang China juga dapat menguntungkan beberapa negara di Asia Tenggara. Pasalnya, pabrik-pabrik mungkin akan pindah dari China ke tempat lain di kawasan ASEAN.
Untuk menghindari kebijakan tarif Trump ini, Steve Madden mengumumkan bahwa mereka akan mengurangi separuh produksi mereka di China. Mereka akan mengambil sumber dari Kamboja, Vietnam, Meksiko, Brasil, dan negara lainnya.
Tahun lalu, AS menjadi penerima ekspor nomor satu dari China, Vietnam, Thailand, India, dan Jepang. AS juga merupakan penerima impor terbesar kedua dari Korea Selatan dan Indonesia, dan berada di peringkat ketiga untuk Malaysia dan Singapura.
AS sendiri mengimpor paling banyak secara keseluruhan dari Meksiko pada 2023, diikuti oleh China dan Kanada. Faktanya, enam dari 10 negara tempat AS mendapatkan barang-barangnya berada di Asia.
Namun, aliran barang tidak timbal balik mengingat AS mengalami defisit perdagangan dengan banyak negara Asia. Hal ini artinya AS mengimpor lebih banyak dari negara-negara tersebut daripada mengekspor.
Dalam sembilan bulan pertama 2024, defisit perdagangan terbesar AS adalah dengan China.
Meskipun defisit perdagangan dengan Negeri Tirai Bambu telah menyempit selama setahun terakhir, defisit dengan negara-negara seperti Vietnam dan Thailand meningkat. Sebab, AS mencoba untuk beralih dari mengimpor barang-barang China.
Trump mengatakan bahwa peningkatan tarif impor guna mengurangi atau menghilangkan defisit perdagangan.
Namun, para ekonom memperingatkan bahwa pengenaan tarif ini akan secara efektif menjadi pajak yang dibayarkan oleh warga AS, sehingga berpotensi menaikkan harga-harga di dalam negeri karena perusahaan-perusahaan membebankan biaya impor yang lebih tinggi kepada konsumen.
CEO Ingka Holding Jesper Brodin, perusahaan pengelola toko furnitur IKEA, mengatakan pengenaan tarif impor membuat lebih sulit untuk menjaga harga tetap rendah.
"Secara umum, kami tidak yakin tarif akan mendukung perusahaan-perusahaan internasional dan perdagangan internasional. Pada akhirnya, hal itu akan beresiko membebani tagihan pelanggan," ujarnya kepada CNN, Kamis (21/11).
"Tarif membuat kami lebih sulit untuk mempertahankan harga yang rendah dan terjangkau oleh banyak orang, yang pada akhirnya adalah tujuan kami," tambahnya.
Sebagian besar barang Ikea atau sekitar 70 persen diproduksi di Eropa, sementara 30 persen sisanya dibuat di Asia, sebagian besar di China.
Kelompok lobi bisnis untuk industri ritel dan barang konsumen AS juga memberikan peringatan terhadap kebijakan ini.
Tom Madrecki, wakil presiden kampanye dan proyek-proyek khusus di Consumer Brands Association, mengatakan pengenaan tarif impor merupakan "bahaya yang jelas dan nyata" bagi para anggotanya, termasuk Coca-Cola, General Mills, Molson Coors, dan puluhan perusahaan barang kemasan lainnya.
Menanggapi pengenaan tarif ini, Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum mengatakan bahwa pemerintahannya akan membalas jika Trump menindaklanjuti usulan tambahan tarif impor 25 persen.
Langkah ini, menurutnya, dapat menghilangkan pekerjaan hingga 400 ribu orang di AS dan menaikkan harga bagi konsumen AS.
"Jika ada tarif AS, Meksiko juga akan menaikkan tarif," kata Sheinbaum dalam sebuah konferensi pers, Rabu (27/11).
Menteri Ekonomi Meksiko Marcelo Ebrard menyerukan lebih banyak kerja sama dan integrasi regional alih-alih menabuh genderang perang dagang.
Ebrard memperingatkan bahwa tarif tersebut akan menyebabkan hilangnya pekerjaan di AS secara besar-besaran, pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, dan memukul perusahaan-perusahaan AS yang berproduksi di Meksiko dengan secara efektif menggandakan pajak yang mereka bayarkan.
"Dampaknya terhadap perusahaan-perusahaan sangat besar," katanya.
Menurutnya, tarif impor yang diusulkan akan sangat memukul eksportir lintas batas sektor otomotif, yaitu Ford, General Motors (GM) dan Stellantis.
Ebrard mencatat bahwa 88 persen truk pickup yang dijual di AS dibuat di Meksiko dan akan mengalami kenaikan harga.
"Perkiraan kami, harga rata-rata kendaraan ini akan naik US$3.000," kata Ebrard.
Industri otomotif Meksiko merupakan sektor manufaktur terpenting di negara tersebut, yang sebagian besar diekspor ke AS. Sektor ini mewakili hampir 25 persen dari seluruh produksi kendaraan di Amerika Utara.
Para analis di Barclays mengatakan bahwa mereka memperkirakan tarif yang diusulkan "dapat menghapus secara efektif semua keuntungan" dari produsen mobil Detroit Three.
"Meskipun secara umum dipahami bahwa tarif 25 persen untuk kendaraan atau konten apa pun dari Meksiko atau Kanada dapat mengganggu, investor kurang menghargai betapa mengganggu hal ini," tulis mereka.
(del/sfr)