Ken Langone, Pekerja Serabutan Saat 11 Tahun Kini Berharta Rp144 T

2 months ago 28

Jakarta, CNN Indonesia --

Perjalanan hidup seseorang tidak seorang pun bisa menebaknya. Termasuk, yang terjadi pada Ken Langone.

Bagaimana tidak. Pernah bekerja serabutan mulai usia 11 tahun, kini Ken Langone malah menjelma menjadi seorang taipan.

Berdasarkan catatan Forbes, total kekayaannya mencapai US$9,1 miliar. Kalau dirupiahkan dengan kurs Rp15.898 per dolar AS, kekayaan itu tembus Rp144,67 triliun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Harta itu menempatkannya di urutan 294 orang terkaya dunia. 

Lalu siapa sebenarnya Ken Langone sehingga dia bisa menjelma dari pekerja serabutan menjadi seorang taipan berharta triliunan?

Mengutip berbagai sumber, Ken Langone memiliki nama lengkap Kenneth Gerard Langone Sr. Ia lahir di  Roslyn Heights, New York, AS pada 16 September 1935. 

Latar belakang keluarganya tidak ada yang istimewa. Ayahnya hanya pekerja ledeng. Sementara ibunya hanya pegawai cafe biasa.

Latar belakang pekerjaan kedua orang tua yang terbatas itu, membuatnya harus menjalani kehidupan yang keras.

Pada saat masih berusia 11 tahun, ia sudah harus ikut bekerja mengumpulkan kardus bekas dan kemudian menjualnya.

"Saya mulai bekerja saat berusia 11 atau 12 tahun. Salah satu hal pertama yang saya lakukan adalah menjual karangan bunga Natal. Setelah itu, saya juga mengumpulkan [bekas] karton karena saya tahu bahwa itu bernilai sejumlah uang," katanya seperti dikutip dari CNBC.

Beranjak remaja, pekerjaan baru dijalaninya. Tidak hanya satu jenis pekerjaan, tapi banyak; menjadi loper koran, pemotong rumput dan juga caddy golf. 

Pekerjaan itu ia lakukan saat berusia 14 sampai 15 tahun. Setelah menapaki usia 17 tahun, petualangan ia lanjutkan dengan menjadi buruh bangunan.

Motivasi Ken saat itu hanya satu; menghasilkan uang. Ia merasa pekerjaan ayahnya sebagai seorang tukang ledeng dan ibunya sebagai pegawai kantin di sekolah tidak banyak memenuhi kebutuhannya.

Menurutnya, orang tuanya harus membiayai banyak pengeluaran penting. Tapi di sisi lain, mereka tidak punya tambahan penghasilan.

"Keluargaku sebenarnya mempunyai rumah kecil, nyaman - hangat di musim dingin dan panas di musim panas karena tidak ada AC. Namun saya memutuskan ingin punya uang, dan karena itu bersedia bekerja, dan saya bersedia bekerja keras," kata Langone.

Namun, ternyata dari petualangan yang dilakoninya itu, Langone ternyata tidak hanya dapat uang saja tapi juga pengalaman berharga.

Yang paling berharga adalah pengalaman soal etos kerja dan otonomi.

"Saya mengembangkan etos kerja yang menurut saya telah memberikan manfaat yang baik bagi saya selama bertahun-tahun. Saya selalu merasa senang jika saya punya uang di saku. Saya merasakan kemandirian dan pencapaian pada tingkat tertentu," kata Langone.

Dia menabung sebagian dari penghasilannya dan membelanjakan sebagiannya. Dia menikmati hasil kerjanya dengan pergi ke bioskop dan membeli pakaian modis.

Saat bekerja di toko daging, dia membawa pulang daging untuk keluarganya dan biayanya dipotong dari gajinya.

"Saya tidak bodoh dengan uang saya, namun di sisi lain, saya menikmatinya," katanya.

Meskipun larut dalam kesibukannya mencari uang, Langone tidak melupakan pendidikannya. Ia tetap rajin sekolah. Tidak hanya sampai SMP, ia bahkan menempuh pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi.

Ia tercatat pernah kuliah di Universitas Bucknell di Pennsylvania. Dia lulus dari Bucknell dalam 3,5 tahun dengan gelar BA di bidang Ekonomi.

Setelah lulus, dari kampusnya, ia mendapatkan pekerjaan di departemen investasi Equitable Life Assurance Company.

Dia bekerja paruh waktu sambil sambil melanjutkan kuliah di New York University School of Business.

Ia memperoleh gelar MBA dari NYU pada tahun 1960.  Setelah menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi, Ken Langone bergabung dengan militer Amerika Serikat dan menyelesaikan dua tahun dinas di Angkatan Darat Amerika Serikat.

Kemudian pada 1961, Langone tertarik pada Wall Street dan menjadi karyawan di RW Pressprich & Company. Dia berkembang pesat di perusahaan itu sehingga jabatannya melesat menjadi Wakil Presiden Eksekutif di Pressprich.

Karier Ken Langone di bidang bisnis menarik perhatian publik. Ia memanfaatkan kesempatan untuk bergabung dengan pengusaha Texas Ross Perot di perusahaan start-up miliknya, Electronic Data Systems.

Ken Langone sukses membawa EDS ke go public pada 1968 dengan pendapatan 118 kali lipat, atau US$16,50 per saham. Setelah kesuksesan fenomenal tersebut, Ken Langone melanjutkan hubungannya dengan Ross Perot sebagai penasihat calon presiden masa depan.

Tidak lama kemudian, Ross Perot mempromosikan Ken Langone menjadi presiden dan chief operating officer perusahaan. 

Tak puas berpetualang di situ, pada 1974, Ken Langone mendirikan Invemed Associates, Inc. sebuah bank investasi kecil di Park Avenue yang didirikan untuk membiayai start-up di bidang medis.

Pada tahun sama, Langone juga membeli kursi pertamanya di Bursa Efek New York seharga US$60 ribu. Dia kemudian menjual kursinya seharga US$1,5 juta.

Penjualan itu berkontribusi pada reputasinya sebagai pengusaha yang membeli dengan harga rendah dan menjual dengan harga tinggi.

Setelah itu, Langone tertarik pada bisnis perbaikan rumah. Bersama dengan sejumlah rekannya Bernard Marcus, Arthur Blank, Ron Brill, Pat Farrah, Langone mendirikan Home Depot.

Ia membuka jaringan bisnis bangunannya pertama di Atlanta pada 1979.

Pada awal pendirian, depot milik memang berjalan lambat. Pasalnya, ia tidak mampu membeli cukup barang dagangan.

Namun, masalah itu tak berlangsung lama. Home Depot ternyata berhasil tumbuh besar. Bahkan, pada 22 September 1981, The Home Depot berhasil go public di NASDAQ dan meraih pendanaan US$4,093 juta.

Home Depot bergabung dengan Bursa Efek New York pada 19 April 1984.

Home Depot juga terus berekspansi. Mereka membuka cabang dari Georgia ke Florida pada 1981 dengan pembukaan toko di Hollywood dan Fort Lauderdale.

Pada 1984, The Home Depot juga berhasil mengoperasikan 19 toko dengan penjualan lebih dari US$256 juta. 

[Gambas:Video CNN]

Pada 1989, The Home Depot menjadi toko perbaikan rumah terbesar di Amerika Serikat, melampaui Lowe's.

Hingga September 2024, Home Depot sudah berkembang di 2.341 lokasi dengan pendapatan tembus US$152,7 miliar. Kesuksesan Home Depot itu telah berhasil memberikan pekerjaan bagi 463.100 orang di seluruh dunia dan juga pundi-pundi kekayaan bagi Langone serta teman-temannya.

(agt/agt)

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi