Jakarta, CNN Indonesia --
Di tengah perkembangan zaman yang semakin terhubung, seni telah menjadi bahasa yang melampaui batas-batas budaya, bahasa, dan negara. Salah satu ajang yang menguatkan fungsi seni sebagai wadah dialog antarbudaya adalah UOB Painting of the Year (POY), kompetisi seni bergengsi di Asia Tenggara.
Pada tahun ini, UOB POY 2024 kembali mempertemukan seniman dari Indonesia, Singapura, Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Setiap karya yang lahir di kompetisi ini menyuarakan isu dan aspirasi berbeda, namun tetap berada dalam semangat kolektif yang merayakan kekayaan budaya regional.
Bukan sekadar kompetisi, ajang ini adalah selebrasi atas kebinekaan sekaligus persatuan. Dengan masing-masing seniman membawa narasi lokal mereka, UOB POY 2024 menyajikan rangkaian karya yang merefleksikan dinamika identitas, sejarah, dan perkembangan sosial yang tidak hanya relevan secara nasional tetapi juga lintas negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Hilmar Farid, mengapresiasi kompetisi UOB POY yang berhasil mempererat hubungan antarnegara di Asia Tenggara. Ia berharap karya-karya pemenang dapat mendorong rasa cinta terhadap kekayaan budaya serta inovasi untuk memajukan seni Indonesia.
"Melalui ajang ini, kita dapat melihat bagaimana seni menjadi bahasa universal yang melampaui batas-batas negara, geografi, dan budaya. Saya ingin mengucapkan selamat kepada para pemenang dan seluruh pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan UOB POY," katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (13/11).
Ia menambahkan, melalui kompetisi ini, seni menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai bangsa, memperlihatkan keragaman dan keindahan budaya Asia Tenggara, serta menginspirasi untuk terus berinovasi dalam dunia seni.
Di sisi lain, President Director, UOB Indonesia, Hendra Gunawan, menilai seni Indonesia dan Asia Tenggara memiliki tempat unik dalam mencerminkan sejarah, budaya, dan aspirasi. Oleh karena itu, UOB Indonesia sangat bangga dapat mendukung komunitas seni melalui UOB POY 2024.
Menurutnya, kompetisi ini menjadi platform bagi seniman, baik pendatang baru maupun profesional, untuk mengungkapkan cerita mereka dan menjadi inspirasi, sekaligus berkontribusi terhadap masa depan seni.
"Karya-karya luar biasa para seniman ini telah menjadikan kompetisi tahun ini sebagai selebrasi atas bakat seni dan inovasi, dan kami berharap dapat menyaksikan kontribusi berkelanjutan mereka sepanjang karier seni mereka," ujar dia.
Karya pemenang dari Indonesia, 'The Idol of Unmoved Uncaused Cause Mover' oleh Muhammad Yakin, menggambarkan bagaimana pengaruh budaya, agama, dan ideologi membentuk identitas individu di dunia modern.
Dengan menggunakan tinta akrilik, tinta hitam musou, serta daun emas, Yakin menciptakan simbolisasi dari tokoh-tokoh dan ideologi yang membentuk kehidupan sehari-hari masyarakat Asia Tenggara.
Di tengah globalisasi, karya ini menjadi refleksi bagaimana kita tetap membawa nilai-nilai lokal sebagai bagian dari identitas kolektif. Lewat karya-karya mereka, seniman Asia Tenggara menyuarakan bahwa meski mereka berdiri di panggung global, akar budaya mereka tetap tertanam kuat dalam jiwa mereka.
Selain identitas, karya seni dalam UOB POY 2024 juga menampilkan sisi lain dari dialog antarbudaya, yakni refleksi sejarah dan kritik sosial.
Dalam kategori Emerging Artist, Bawana Helga Firmansyah dari Indonesia menyajikan 'Catatan Belakang', sebuah karya yang mengangkat isu feodalisme yang masih membayangi masyarakat modern.
Dengan memadukan kolase buku, arang, dan pastel, Bawana menyampaikan kisah yang sering kali terjebak dalam romantisme revolusi namun terabaikan dalam kesadaran sejarah sosial yang utuh.
Di balik karya-karya ini, UOB POY menciptakan komunitas kreatif yang semakin kuat dari waktu ke waktu. Dengan adanya program residensi yang memungkinkan para pemenang untuk berkolaborasi dan terhubung dengan seniman dari negara lain, UOB POY tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga platform kolaborasi kreatif.
Di sini, seniman Indonesia dapat bertukar pandangan dengan seniman Singapura, Malaysia, atau Thailand, menciptakan perpaduan unik yang semakin memperkaya seni Asia Tenggara, serta menciptakan keterikatan emosional yang memperkuat hubungan antarbangsa.
(rir/rir)