CNN Indonesia
Senin, 03 Mar 2025 14:16 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak usulan yang disodorkan milisi Hamas Palestina mengenai gencatan senjata permanen di Jalur Gaza.
Dalam sebuah pernyataan pada Minggu (2/3), Netanyahu mengatakan telah menolak proposal Hamas lantaran usulan yang diajukan "sama sekali tak bisa diterima."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"[Hamas] meletakkan posisi untuk gencatan senjata permanen yang sama sekali tidak dapat diterima," kata Netanyahu, seperti dikutip Al Jazeera.
Ia tak menjelaskan lebih lanjut soal usulan Hamas. Netanyahu hanya memperingatkan bahwa "langkah lebih lanjut" bisa dia lakukan jika Hamas terus menawan warga Israel di Gaza.
"Israel tahu bahwa Amerika dan Presiden [AS Donald] Trump mendukung kita," ucapnya.
Dilansir dari Anadolu Agency, Israel telah menerima usulan dari utusan khusus Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, untuk memperpanjang gencatan senjata sementara selama 50 hari.
Berdasarkan kesepakatan, fase pertama gencatan senjata yang tengah dijalani Israel dan Hamas saat ini semestinya hanya berlangsung 42 hari. Fase pertama yang telah berlaku sejak 19 Januari itu pun telah resmi berakhir pada Minggu (2/3).
Israel dan Hamas semestinya melangsungkan fase kedua, yang negosiasinya telah dimulai beberapa waktu lalu.
Namun, Netanyahu justru sepakat untuk mengikuti usulan Witkoff yakni memperpanjang fase pertama selama bulan suci Ramadan dan hari raya Paskah Yahudi.
Hamas jelas menolak rencana ini dan sebaliknya menuntut agar gencatan senjata permanen dijalankan sesuai kesepakatan untuk fase kedua.
"Sekali lagi, Israel telah menerima rencana ini. Saya menerima rencana ini. Tapi sejauh ini, Hamas menolaknya," ucap Netanyahu.
Fase kedua gencatan senjata Hamas-Israel meliputi kesepakatan soal gencatan senjata permanen. Pada fase ini, Israel dan Hamas mesti sepakat untuk gencatan senjata permanen dan sebagai gantinya Hamas akan membebaskan sandera laki-laki yang masih hidup, baik itu warga sipil maupun militer.
Israel juga mesti membebaskan lebih lanjut sejumlah tahanan Palestina yang telah disepakati. Pada pembebasan sandera ini, kedua belah pihak mesti menyetujui "perdamaian berkelanjutan".
Seiring dengan ini, Israel wajib menarik tentaranya secara penuh dari Gaza.
Meski ada kesepakatan ini, Netanyahu pada faktanya terus berupaya memperpanjang fase pertama tanpa mau lanjut ke fase kedua. Hal itu semata-mata agar para tawanan dibebaskan sebanyak-banyaknya tanpa perlu mengakhiri perang.
(bac/blq)