Jakarta, CNN Indonesia --
Hidayana mungkin tak lagi tersenyum saat pembeli langsung hadir ke tokonya untuk membeli keripik tempe. Dia cukup senang ketika pembelian itu masuk melalui aplikasi media sosial yang dimilikinya kini.
Pemilik usaha Keripik Tempe Rumah Carawali di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan itu adalah sosok yang merasakan dampak baik dari digitalisasi. Dia mengatakan produk keripik tempenya menjadi semakin laris usai dipromosikan lewat media sosial.
Keterampilan menggunakan media sosial sebagai alat promosi sendiri ia dapatkan dari pelatihan Digital Entrepreneurship Academy yang digelar oleh Kominfo pada 2021 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski awalnya sempat kesulitan menggunakan media promosi ini, Hidayana tetap gigih dan akhirnya bisa menggaet 1.000 lebih pengikut di salah satu platform media sosial.
"Setelah pelatihan itu, saya sedikit-sedikit belajar dari cara beliau yang mengajarkan saat itu dan belajar juga dari anak-anak bagaimana membuka Instagram, bagaimana bermedia sosial, dan sebagainya," kata Hidayana kepada CNN Indonesia, beberapa waktu lalu.
Aksi digitalisasi juga memberikan dampak signifikan untuk usaha prakarya bambu asal Desa Karang Sidemen di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) milik Mahuni.
Seperti Hidayana, Mahuni turut memanfaatkan media sosial untuk memasarkan dan berkomunikasi dengan pelanggannya. Keindahan alam desanya jadi salah satu senjata Mahuni untuk menarik pelanggan di media sosial.
"Karena (unggahan media sosial) itu untuk mempermudah komunikasi antara kami dengan customer, jadi sangat bermanfaat media sosial," kata Mahuni seorang pengrajin prakarya bambu.
Mahuni telah menjalani bisnis pengolahan limbah bambu selama 7 tahun. Limbah akar bambu tersebut ia ubah menjadi beragam prakarya, mulai dari peralatan makan, anyaman, kotak bingkisan, hingga sedotan bambu.
Sebelumnya, ia hanya menerima orderan melalui telepon dan juga pesanan langsung di tokonya. Namun sejak 2020, ia mulai mengunggah katalog produknya di media sosial. Sejak itu, ia mulai menerima beberapa pesanan dari luar kabupaten dan juga luar kota.
Mahuni sendiri terampil menggunakan media sosial untuk bisnisnya berkat pelatihan dari Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo.
Pemanfaatan media sosial mungkin dilakukan oleh Hidayana dan Mahuni karena adanya akses internet di wilayah mereka. Dengan kata lain, akses internet adalah enabler yang membuat bisnis mereka tumbuh ke level yang baru.
Infrastruktur telekomunikasi dan informasi sendiri digenjot selama dua periode pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), terutama di di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal). Hal ini untuk mewujudkan pemerataan akses internet untuk seluruh rakyat Indonesia.
Pemerataan infrastruktur
Misi pemerataan akses internet ini diupayakan dalam berbagai bentuk infrastruktur, mulai dari jaringan kabel optik, Base Tranceiver Station (BTS) 4G hingga satelit.
Pembangunan konektivitas digital diharapkan bisa mendongkrak ekonomi, meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) hingga mengurangi ketimpangan antara wilayah barat dan timur.
"Cakupan internet yang terus ditingkatkan hingga mencapai 79 persen di tahun 2024. Ini akan menjadi ekosistem yang baik untuk mendorong digitalisasi UMKM dan pengembangan start up Indonesia, sehingga akan melahirkan semakin banyak entrepreneur muda yang berkualitas di negeri ini," ujar Presiden Jokowi pada Pidato Kenegaraan Agustus lalu
Pelbagai infrastruktur pun digelar dalam dua kali masa pemerintahan Jokowi terakhir.
BTS
Pemerintah melalui BAKTI Kominfo membangun BTS lewat program BAKTI SINYAL untuk menghadirkan akses internet di wilayah 3T. Dikutip dari data yang dirangkum CNBC Indonesia Research, BAKTI Kominfo telah membangun hampir 5.093 BTS di 25 provinsi yang tersebar di 138 kabupaten/kota dan 1.310 kecamatan dan 5.093 desa.
Pembangunan tersebut termasuk wilayah pelosok Papua seperti Jayawijaya, Papua hingga Aceh Singkil, Aceh.
Akses internet yang telah diterima dari hasil pembangunan ini mencapai 18.715 titik di seluruh Indonesia. Titik-titik akses internet ini difokuskan pada kantor pelayanan publik.
Foto: arsip detikcom foto
(BTS 4G Bakti Kominfo)
Palapa Ring
Selain BTS, BAKTI Kominfo juga membangun Palapa Ring yang merupakan jaringan kabel serat optik sepanjang 12.148 kilometer yang terdiri dari kabel optik darat dan bawah laut, serta segmen jaringan radio microwave sebanyak 55 hop.
Mega proyek ini terbagi menjadi tiga bagian yakni Paket Barat, Tengah, dan Timur.
Paket Timur menjangkau wilayah Nusa Tenggara Timur, Papua, Maluku, dan Papua Barat dengan total cakupan 35 kabupaten dengan total panjang kabel laut 6.878 kilometer.
Sedangkan Paket Tengah dengan panjang kabel 2.995 kilometer mencakup Kalimantan, Maluku Utara sampai dengan Kepulauan Sangihe-Talaud, dan Sulawesi dengan total cakupan 7 kabupaten.
Sementara itu, Paket Barat sepanjang 2.275 kilometer menjangkau Sumatra, Kepulauan Riau hingga Pulau Natuna, dan sebagian Kalimantan dengan total cakupan 5 kabupaten.
Satelit
Untuk menjangkau wilayah yang sulit melakukan penggelaran BTS atau fiber optik, pemerintah pada Juni 2023 meluncurkan satelit multifungsi SATRIA-1 yang memiliki kapasitas 150 Gbps. Satelit ini merupakan satelit multifungsi dengan kapasitas terbesar di Asia dan kelima terbesar di dunia.
Satelit ini ditargetkan menjangkau 3.700 titik layanan kesehatan, 9.390 titik sekolah dan pesantren, 47.900 desa, dan 4.500 titik layanan publik.
Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie mengatakan akses dan ketersediaan konektivitas internet merupakan hak rakyat. "Akses dan ketersediaan konektivitas internet merupakan hak rakyat, sehingga negara bertanggung jawab untuk memenuhinya," katanya.
Ia menekankan proyek ini menunjukkan bahwa pemerintah serius dalam menjembatani kesenjangan digital, terutama di wilaya 3T yang sering kali luput dari perhatian.
Dengan hadirnya BTS 4G di pelosok, masyarakat yang sebelumnya tak terjangkau oleh jaringan internet kini memiliki kesempatan yang sama untuk terkoneksi dengan dunia global.
(lom/asa)