Jakarta, CNN Indonesia --
Kanker merupakan salah satu penyakit ganas yang ditakuti banyak orang. Saking ganasnya, penyakit ini bahkan jadi salah satu pembunuh terbesar di dunia.
Sayangnya, kesadaran akan ganasnya penyakit ini tak diiringi dengan kemauan seseorang untuk melakukan screening. Padahal, jika dideteksi sejak awal, kemungkinan untuk sembuh dari kanker menjadi lebih besar.
Dokter spesialis penyakit dalam dari Parkway Cancer Centre Khoo Kei Siong mengatakan, tahun 2022 dunia mencatat sebanyak 20 juta kasus kanker.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"[Angka kasus kanker] diperkirakan akan meningkat secara signifikan menjadi 35,3 juta dalam waktu 30 tahun," ujar Kei Siong dalam sebuah media briefing di Jakarta Selatan, Kamis (10/10).
Kebanyakan kasus kanker, lanjut Kei Siong, terjadi pada usia dewasa tua. Namun demikian, ada juga kasus kanker yang menyerang usia dewasa muda sekitar 30-40 tahun.
"[Mereka] pasti akan kehilangan banyak kesempatan. Asmara, keluarga, dan psikososial juga akan terganggu," ujar Kei Siong.
Sayangnya, kesadaran masyarakat untuk melakukan screening kanker masih terbilang rendah. Padahal, kesadaran ini bisa menjadi langkah pencegahan terbaik.
Dalam pengamatan Kei Siong, berikut beberapa alasan orang enggan melakukan screening kanker.
1. Acuh dan merasa masih muda
Sikap seperti ini mencerminkan ketidakcintaan Anda pada diri sendiri.
"Merasa bahwa hal ini [kanker] tidak akan terjadi pada diri kamu, merasa bahwa kita masih muda, jadi enggak bakal kena, merasa sehat selalu," ujar Kei Siong.
Beberapa orang juga merasa aman karena telah rutin melakukan tes cancer marker. Nama terakhir merupakan zat atau antigen yang diproduksi sel kanker dan biasa ditemukan dalam urine, feses, dan darah. Kadar cancer marker yang tinggi menandakan adanya penyakit.
Namun, Kei Siong menegaskan, hasil tes cancer marker yang normal tak bisa dijadikan patokan bebas dari kanker. Jadi, tetap diperlukan pemeriksaan lebih lanjut.
2. Takut
Ilustrasi. Rasa takut seringkali jadi alasan orang enggan melakukan deteksi dini kanker. (iStockphoto/ljubaphoto)
Bekal pengetahuan tentang kanker justru membuat masyarakat takut untuk melakukan screening.
Misalnya, Anda melihat ada kerabat yang biasa menjalani gaya hidup sehat tapi kemudian didiagnosis kanker. Hal-hal seperti ini justru memunculkan rasa takut.
Alih-alih memeriksakan diri, rasa takut itu malah memicu pikiran-pikiran negatif dalam diri.
Selain itu, banyak juga orang yang merasa perawatan kanker lebih menakutkan dibanding penyakit kanker itu sendiri. Misalnya saja testimoni orang-orang yang 'tersiksa' saat menjalani kemoterapi.
"Jadi itu juga menjadi faktor munculnya anxiety di kalangan masyarakat," ujar Sei Kiong.
3. Biaya
Banyak orang yang merasa pemeriksaan kanker membutuhkan biaya besar.
Hal di atas tak sepenuhnya salah. Namun seharusnya, urusan biaya yang mahal jadi dorongan untuk memeriksakan diri sejak dini.
Pasalnya, faktor keberhasilan pengobatan kanker tergantung pada kapan Anda memeriksakan diri. Melawan kanker yang baru muncul bisa lebih mudah dibandingkan saat melawan sel kanker yang lebih ganas.
(pli/asr)