Airin Tumbang di Banten, Murni Kejutan atau Anomali?

1 month ago 21

Daftar Isi

Jakarta, CNN Indonesia --

Hasil hitung cepat (quick count) Pilkada Banten 2024 menunjukkan pasangan Andra Soni-Dimyati Natakusumah unggul dari Airin Rachmi Diany-Ade Sumadi.

Berdasarkan quick count oleh Charta Politika, Soni-Dimyati meraih 57,52 persen suara. Sementara Airin-Ade merengkuh 42,48 persen suara.

Atas hasil tersebut, PDIP yang mengusung Airin-Ade bersama Golkar merasa terkejut. Partai Banteng itu menilai ada kejanggalan dari tumbangnya Airin-Ade memperebutkan kursi Banten 1.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah menilai kekalahan Airin-Ade sebagai anomali. Ia menyinggung Airin yang pernah menjadi Ketua Tim Pemenangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024 lalu.

Basarah menyinggung dugaan keterlibatan pihak non partai menyusul kekalahan jagoan mereka. Basarah menilai kekalahan Airin-Ade di Pilkada Banten 2024 mengherankan lantaran dianggap tidak mencerminkan hasil survei elektabilitas di Banten jelang pencoblosan.

Ia mengklaim elektabilitas Airin sepekan jelang pencoblosan menembus angka 70 persen.

Merujuk pada survei elektabilitas Litbang Kompas pada medio Juli lalu memang nampak ada perbedaan yang kontras jika dibandingkan dengan hasil quick count Pilkada Banten 2024.

Pasalnya, Soni yang diusung oleh Gerindra, NasDem, PKS, hingga PAN itu tak tercatat memiliki elektabilitas di Banten kala itu. Sementara, Airin tercatat memiliki elektabilitas tertinggi sebesar 38,3 persen.

Meski demikian, dalam kurun waktu kurang lebih 4 bulan, Soni yang tak tercatat memiliki elektabilitas mampu menaklukkan Airin yang merajai elektabilitas di Banten.

Di sisi lain, setelah Litbang Kompas merilis survei elektabilitas Banten pada Juli lalu, nyaris tidak ada lembaga yang mengumumkan survei elektabilitas di Banten hingga masa pencoblosan dilakukan.

Lantas bagaimana para pengamat politik melihat fenomena ini? Apakah ini sebuah anomali atau justru Soni-Dimyati menemukan langkah politik brilian untuk mengalahkan Airin-Ade?

Pengamat Politik Universitas Andalas Asrinaldi mengatakan elektabilitas yang dimiliki atau belum dimiliki suatu sosok dapat saja berubah seiring waktu dan dinamika politik.

Ia menjelaskan elektabilitas adalah suatu upaya pencatatan cerminan persepsi publik terhadap tokoh atau sosok tertentu dalam kurun waktu tertentu.

"Ini kan perlu diingat bahwa survei itu kan kondisi persepsi orang pada satu waktu. Satu waktu itu ya rentang survei itu dilakukan, karena persepsi orang itu mudah berubah cepat ya," kata Asrinaldi kepada CNNIndonesia.com, Senin (2/12).

Perubahan dari survei yang aneh

Meski begitu, Asrinaldi menegaskan perubahan elektabilitas yang dimiliki sosok tertentu biasanya tidak terjadi secara drastis dalam kurun waktu yang cepat. Ia menjelaskan tingkat keterpilihan seseorang biasanya mengalami perubahan secara perlahan dan membutuhkan waktu yang tidak singkat.

"Nah tentu ini bisa saja berubah gitu, tapi memang agak aneh juga ya. Perubahan itu sangat mencolok sekali, artinya dari hasil ini biasanya kan hanya fluktuasinya itu tidak terlalu jauh," jelas dia.

Terlebih, kata dia, penurunan elektablitas yang mencolok hingga tumbang di Pilkada Banten 2024 ini terjadi pada sosok Airin yang telah malang melintang di Banten.

Sebelum menjadi cagub di Pilkada Banten 2024 Airin adalah wali kota Tangerang Selatan dua periode yang menjabat sejak 2011 hingga 2021.

"Apalagi kita tahu Airin bisa dikatakan lebih populer dan lebih bisa dikatakan sebagai petahana sebenarnya," tutur Asrinaldi.

"Dengan sejarah keluarga yang besar sebagai orang yang sangat disegani ya tentu jadi pertanyaan juga," sambungnya.

Akan tetapi, Asrinaldi menegaskan hasil quick count Pilkada Banten 2024 yang dianggap mengejutkan itu tak serta merta membuktikan ada kecurangan. Ia menilai dugaan-dugaan tak bisa menjadi dasar adanya kecurangan di Pilkada Banten 2024 tanpa ada pembuktian yang valid dan sah menurut hukum.

"Nah, apakah ini menggambarkan adanya intervensi kekuasaannya, nah Ini kan perlu dibuktikan ya, ya dugaan-dugaan itu bisa saja seperti itu," ujar dia.

"Tentu bukti-bukti empirikal harus ditunjukkan, dan kalau memang ditemukan ya ada mekanismenya melalui mahkamah konstitusi ya," sambungnya.

'Hilangnya' survei jelang pencoblosan

Di sisi lain, Asrinaldi turut mempertanyakan mengapa jelang pencoblosan Pilkada Banten 2024 hampir nihil lembaga survei yang merilis elektabilitas paslon.

Padahal, kata dia, magnet politik perebutan kursi Banten 1 cukup kuat karena masih berada di Pulau Jawa dan menjadi daerah yang dekat dengan Jakarta. Ia juga membantah jika ada pandangan yang menilai ketiadaan survei elektabilitas di Banten lantaran dianggap kurang menarik.

"Ini memang juga perlu dicatat juga. Kenapa lembaga survei tidak mau merilis itu, apakah tidak semenarik DKI, Jateng dan Jatim, Saya pikir tidak juga," ujar dia.

"Banten juga daerah strategis, daerah buffer zone ya, penyangga politik nasional gitu," imbuhnya.

Meski begitu, Asrinaldi enggan berspekulasi soal adanya intervensi kekuasaan tertentu dalam ketiadaan survei elektabilitas di Pilkada Banten 2024. Ia hanya menilai fenomena ini sebagai peristiwa politik yang harus dipandang secara menyeluruh dan tidak dapat dipandang secara parsial.

"Nah, ini kan juga perlu dipahami juga dengan melihat fenomena yang ada sebelum pelaksanaan Pilkada dan hasil yang didapatkan setelah Pilkada ini," tutur dia.

Berbeda dengan Asrinaldi, Direktur Eksekutif Trias Politika Agung Baskoro menilai ketiadaan survei elektabilitas di Banten tak berkaitan dengan peristiwa politik. Ia menilai hal tersebut sebatas imbas dari keputusan lembaga survei yang menganggap Pilkada Banten 2024 kurang menarik.

"Menganggap dinamika politik di sana tidak terlalu kompetitif sehingga lebih memilih kandidat di provinsi lain," kata Agung kepada CNNIndonesia.com, Selasa (3/12).

"Karena banyak yang melihat bahwa ibu Airin terlalu tangguh dibanding pak Andra-Soni seperti itu jadi lebih sifatnya teknis ketimbang substantif," imbuhnya.

Cara Soni-Dimyati Tumbangkan Airin-Ade

Lebih lanjut, Agung menilai hitung cepat yang menunjukkan Soni-Dimyati memenangkan kursi Banten 1 bukanlah suatu anomali. Ia menilai bukan hal yang mustahil Airin-Ade dikalahkan.

Agung menilai kemenangan Soni-Dimyati di Pilkada Banten 2024 berdasarkan hitung cepat dapat disebabkan oleh banyak faktor.

"Apakah karena optimalnya mesin politik yang mendukung yakni kekuatan di udara, kemudian kekuatan di darat Maupun kekuatan di lini kampanye lain yang bergerak secara konsisten dari awal sampai akhir pertarungan," tutur dia.

Akan tetapi, Agung menilai titik kunci Soni-Dimyati memenangkan Pilkada Banten 2024 berdasarkan hitung cepat adalah berhasil memaksimalkan ceruk pemilih yang potensial. Terlebih, kata dia, upaya itu dilakukan oleh Soni-Dimyati secara konsisten hingga jelang pencoblosan.

"Saya kira kemampuan Andra-Dimyati menggarap pemilih rasional dan non-rasional ini di masa-masa akhir yang membuat bacaan terhadap hasil survei menjadi anomali," tutur dia.

(mab/DAL)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi