Ibu Siswa SMAK Dipaksa Sujud-Menggonggong Ungkap Kronologi Intimidasi

1 day ago 4

Surabaya, CNN Indonesia --

Ira Maria, ibu dari EN, siswa SMA Kristen (SMAK) Gloria 2 Surabaya yang jadi korban aksi intimidasi dari pria dewasa bernama Ivan Sugianto, mengaku terpukul. 

EN sebelumnya mengalami intimidasi karena diduga sudah menyebut rambut anak Ivan, yakni EL, seperti anjing ras pudel. Dia pun dipaksa Ivan untuk meminta maaf dengan bersujud dan menggonggong.

"Anak saya di depan orang banyak sujud dan menggonggong saya tidak bisa [menerima]," kata Ira saat ditemui di kediamannya, Kamis (14/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ira mengatakan, EN sama sekali tak bermaksud menghina EL. Ia menyebut anaknya itu hanya bercanda bersama teman-temannya.

"Bermula dari guyonan antara EN dan teman-teman, yang menyebutkan EL lucu rambutnya seperti pudel dan itu terjadi diantara guyonan diantara teman-temannya saja. Tidak ada saling ejek, atau EN mengatakan anjing secara langsung," ucapnya.

EN juga sudah meminta maaf kepada EL. Namun EL terus memaksa anaknya itu membuat pernyataan tertulis dan video permintaan maaf. Ira pun meminta anaknya itu untuk tak merespons.

"EL mengirim pesan pada EN bahwa ia harus membuat video dan juga menulis surat bermaterai permintaan maaf. Dan karena EN tidak tahu apa itu materai, apa itu dia menceritakan kronologis itu pada orang tuanya, pada saat itu saya melarang EN untuk merespons karena mereka ini adalah anak di bawah umur dan belum dewasa secara hukum," katanya.

Hingga pada akhirnya ayah EL, yakni Ivan Sugianto mendatangi SMAK Gloria 2 untuk mencari keberadaan EN, 21 Oktober 2024. Ia juga membawa sekelompok orang suruhannya. Ira bersama suaminya yang ada di lokasi kejadian, sebenarnya sudah berusaha berbicara baik-baik kepada Ivan serta orang-orang suruhannya. Namun hal itu percuma, situasi makin memanas.

"Papa EL (Ivan) lalu bilang mau diselesaikan di dalam atau di luar. Menekan dengan kata-kata seperti itu, akhirnya sempat keluar [pernyataan Ivan] dan mengusulkan kedua anak itu bertarung. Saat itu saya menolak penyelesaian dengan kekerasan dan memilih untuk baik-baik," ucapnya.

Lalu, Ivan dan orang-orang suruhannya makin membabi buta. Dia kemudian memaksa EN untuk meminta maaf dengan sujud dan menggonggong laiknya anjing.

"Saya ketakutan banyak orang, dan secara spontan saya menyuruh EN [menuruti paksaan Ivan] seperti dalam video, supaya masalah cepat selesai," katanya.

Pihak sekolah dan keamanan kemudian berusaha menengahi kedua pihak untuk mediasi di dalam gedung. Tapi sama saja, tidak ada kata sepakat. Ivan bahkan menekan keluarga Ira dengan mengatakan dirinya adalah rekanan dari aparat kepolisian. Ira lalu pingsan tak sadarkan diri.

"Hati saya terluka dan sakit saya hancur dan merasa gagal lalu saya pingsan dan dibawa ke rumah sakit," ucapnya.

Malam harinya, sepulang Ira dari rumah sakit, orang suruhan Ivan kembali menghubungi suaminya. Mereka meminta untuk bertemu, untuk membahas kesepakatan damai.

"Setelah selesai pulang dari RS, saya dihubungi Iban untuk bertemu, tapi kami menolak. Malam hari ada orang yang diminta Ivan untuk menjadi mediator, kalau kita tidak datang kesana mereka yang akan datang kesini," ujar dia.

"Kami pun mengalah untuk datang kesana di tempat yang mereka katakan. Pada saat kami disana, sudah ada Ivan dan beberapa orang yang menunggu kami, dan ada beberapa orang yang mengaku sebagai polisi. Suami saya diminta untuk membuat video permintaan maaf dan klarifikasi tidak ada masalah. Dan Ivan menulis surat perjanjian itu tanpa ada fotokopian," tambahnya.

Isi video dan surat itu, kata Ira, pihaknya diminta menyampaikan maaf karena EN sudah dianggap melakukan hal yang tidak menyenangkan pada anak Ivan, EL. Sementara Ivan hanya meminta maaf dan menulis perjanjian.

Awalnya, kata Ira, Ivan berjanji video permintaan maaf itu hanya jadi dokumentasi pribadi dan tak akan disebar. Namun video itu justru beredar di media sosial dengan dibubuhi narasi-narasi yang menurutnya tak sesuai dengan fakta.

"Tapi setelah itu video saya justru beredar, video suami saya bertemu mereka beredar. Dan pada saat itu Ivan mulai mengklarifikasi hal-hal yg tidak benar yang tidak sesuai kenyataan dan memutar balikkan fakta, dan seolah-olah mereka yang menjadi korban," ucapnya.

Setelah perdamaian itu, Ira hanya bisa diam dan memendam kekecewaan. Tapi sekarang, dia akan berbicara dan mengungkap apa yang terjadi pada anaknya.

"Selama ini saya berusaha untuk diam, karena saya pikir masalah ini bisa diselesaikan baik-baik. Ternyata selama semakin saya diam, fakta dan kebenaran di luar semakin tidak sesuai. Karwna itu beberapa pihak mendorong saya untuk mengungkap semua ini," ucapnya.

Kini, kata Ira, anaknya itu mengalami trauma dan ketakutan. Tak hanya itu EN juga diskrosing oleh SMAK Gloria 2 selama tiga hari.

"Sekarang [EN] mau apa-apa takut, bahkan ketika ditinggal pergi dia selalu mencari saya. Bahkan ketika saya minta buka pintu dia [minta] foto bahwa itu bener-bener papa mamanya," pungkasnya.

Sebelumnya, keributan di salah satu sekolah di Surabaya, Jawa Timur, belakangan viral di media sosial. Peristiwa itu disebut terjadi di SMA Kristen (SMAK) Gloria 2 Surabaya. Dalam video yang beredar seorang pria dewasa terlihat mengintimidasi salah seorang siswa atau anak di bawah umur. Dia bahkan menyuruh anak itu bersujud dan menggonggong.

(frd/DAL)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi