Ulah Miftah Hina Tukang Es Teh, Apakah Layak Dicopot Prabowo?

1 month ago 19

Daftar Isi

Jakarta, CNN Indonesia --

Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama Miftah Maulana yang mengolok-olok pedagang kecil membuat publik mendesak agar Presiden Prabowo Subianto mengevaluasi atau mencopot tokoh yang mengklaim sebagai Gus atau pemuka agama tersebut.

Potongan video Miftah yang berkata kasar menghina penjual minuman yang menjajakan dagangannya di acara Magelang Bersholawat beberapa hari lalu viral. MIftah pun langsung ditegur oleh Seskab Mayor Teddy.

"Es tehmu ijek akeh ora (es tehmu masih banyak nggak)? Masih? Yo kono didol (ya sana dijual), goblok. Dol en ndisik, ngko lak rung payu yo wes, takdir (Jual dulu, nanti kalau masih belum laku, ya sudah, takdir)," kata Gus Miftah kepada pedagang es teh dalam video tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena viral dan ditegur, Miftah baru meminta maaf. Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi mengatakan Prabowo telah menegur Miftah. Hasan mengatakan Prabowo sangat menghormati dan menjunjung tinggi adab terhadap siapapun.

Prabowo, kata Hasan, juga pernah berpidato sangat menghormati rakyat kecil yang bekerja keras mencari rezeki halal.

Miftah tak pantas di kabinet Prabowo

Analis Komunikasi Politik dari Universitas Brawijaya, Anang Sujoko mengatakan posisi Miftah sebagai penceramah dan Utusan Khusus Presiden atau pejabat publik tak bisa dipisahkan.

Menurutnya, kegiatan retreat yang digagas Prabowo di awal pemerintahan seharusnya mampu membangun mental atau mindset sebagai pejabat publik bagi jajaran kabinet.

"Kasus Miftah ketika dalam berceramah kemudian melecehkan profesi seorang penjual es teh misalkan, itu sebetulnya mencerminkan bahwa sosok Miftah itu tidak memiliki integritas dalam berkomunikasi di ranah publik," kata Anang saat dihubungi, Kamis (5/12).

Ia berpendapat sejak awal, Miftah memang cenderung menggunakan kata-kata yang tidak etis untuk dikonsumsi publik dalam berceramah. Seharusnya, kata dia, seorang penceramah menggunakan bahasa yang lemah lembut dan menyandingkan dengan niat untuk edukasi.

Ia mengatakan tindakan Miftah terhadap pedagang kecil itu telah menunjukkan Miftah tidak pantas menyandang jabatan yang diberikan Prabowo.

"Tentu saja masyarakat akan berpikir, itulah kemudian Pemerintahan Prabowo dalam memilih seorang yang dikatakan utusan khusus semacam itu," katanya.

Miftah menodai Prabowo

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno mengatakan pejabat publik yang menyandang status pemuka agama seharusnya menjaga perkataan. Adi menyebut meski niatnya bercanda, tapi perkataan Miftah itu menyakitkan dan merendahkan martabat orang lemah.

Menurutnya, Miftah seharusnya belajar ke Gus Dur soal selera humor yang begitu banyak disukai publik.

Ia berkata bukan hanya jenaka dan menghibur, tapi humor Gus Dur sangat menggugah dan penuh edukasi mencerahkan. Gus Dur, kata dia, juga tak pernah merendahkan apalagi melecehkan orang lemah.

"Saya kira Prabowo harus mengevaluasi serius orang-orang sekitarnya yang suka blunder dan menodai kecemerlangan citra Prabowo sebagai presiden. Jangan sampai nila setitik rusak susu sebelanga," kata Adi.

Layak dicopot

Anang berpendapat Miftah layak dicopot atas tindakannya itu. Ia mengatakan Presiden Prabowo belakangan tengah gencar membuat kebijakan populis yang berpihak kepada masyarakat kecil.

Salah satunya, Anang menyinggung soal kenaikan gaji guru. Namun, kata dia, apa yang dilakukan Miftah itu kontraproduktif dengan apa yang dilakukan Prabowo.

"Tapi ternyata justru utusan khususnya ini tidak membela masyarakat kecil, tetapi justru kemudian adalah ya istilahnya satu meremehkan. Lebih dari meremehkan, kemudian memaki. Ini luar biasa. Ya kalau bilang layak dicopot, menurut saya layak," kata Anang.

Namun, ia pesimis Prabowo berani mengambil keputusan itu.

Anang berpendapat Miftah ditunjuk di jabatan itu bukan karena prestasi, integritas dan kredibilitas yang bersangkutan. Namun, karena andil di masa Pilpres.

"Oleh karena itu saya pesimis Presiden Prabowo itu berani kemudian mencopot, meskipun layak untuk dicopot," ujarnya.

Sementara itu, Pengamat politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Kunto Adi Wibowo berpendapat Presiden Prabowo seharusnya memberi teguran terbuka yang diketahui publik terhadap Miftah atas tindakannya.

"Jadi bukan tegurannya sifatnya pribadi karena kan ini urusan presiden dan utusan presiden, bukan urusan Pak Prabowo dan Miftah," kata Kunto.

Ia mengatakan sebagai utusan presiden, Miftah membawa marwah seorang presiden. Meski tidak merendahkan agama lain, Miftah telah merendahkan sesama manusia.

"Harusnya teguran Pak Prabowo itu secara publik harusnya keluar gitu. Untuk tegurannya apa, apa yang harus dilakukan Miftah dan Miftah harusnya berjanji untuk tidak melakukan itu lagi," ujarnya.

(yoa/DAL)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi