Jakarta, CNN Indonesia --
Sejumlah calon kepala daerah yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus aktif mendekatkan diri ke Presiden Prabowo Subianto jelang pemungutan suara Pilkada 2024 yang tinggal tiga minggu lagi.
Salah satunya calon Gubernur DKI Jakarta Ridwan Kamil (RK). Pada Kamis (31/10), RK makan malam bersama Prabowo di salah satu rumah makan di Jakarta Pusat. Foto momen makan malam itu ia unggah di akun Instagram pribadinya @ridwankamil.
Di Jakarta, RK berpasangan dengan Suswono. Pasangan ini diusung koalisi besar yang di antaranya terdiri dari Gerindra, Partai Golkar, PKS, PAN, PKB Partai Demokrat, dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Partai-partai ini mendukung Prabowo dan Gibran Rakabuming Raka pada pIlpres 2024.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, di Pilgub Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak yang diusung KIM plus mengklaim visi-misi mereka paling selaras dengan pemerintahan Prabowo-Gibran.
Prabowo pun terlihat mulai turun gunung. Pada Minggu (3/11), Prabowo ke Bali bertemu dengan paslon Gubernur-Wakil Gubernur Bali Made Muliawan Arya alias De Gadjah dan Putu Agus Suradnyana (Mulia-Pas).
Ketua Umum Gerindra itu berharap De Gadjah dan Agus Suradnyana bisa menang Pilgub Bali 2024.
"Jadi saya berharap, saya berdoa, saya menganjurkan bahwa Saudara Made Muliawan Arya terpilih sebagai Gubernur Bali yang akan datang dibantu oleh wakilnya Bapak Putu Agus Suradnyana," kata Prabowo di Bali.
Pengamat politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo berpendapat sejumlah calon kepala daerah yang aktif mendekatkan diri ke Prabowo tentu mengharap efek popularitas presiden. Para paslon ingin meraih simpati publik lebih luas.
Ia melihat fenomena itu terjadi di daerah memiliki kompetisi cukup seimbang antara paslon KIM dan non-KIM. Berdasarkan survei beberapa lembaga, paslon KIM di antaranya bersaing ketat dengan paslon non-KIM di DKI Jakarta dan Jawa Tengah.
"Hal ini terjadi di daerah yang kompetisi cukup berimbang antara paslon KIM melawan paslon non-KIM. Oleh karena itu, adanya tuah politik tersebut yang dinanti untuk menambah kepercayaan diri dan juga minat pemilih," kata Wasisto saat dihubungi, Senin (4/11) malam.
Wasisto mengatakan sebenarnya sebagian besar karakter pemilih terbelah antara yang masih mengedepankan pendekatan tradisional lewat tuah politik dan pemilih rasional memilih lewat pertarungan gagasan.
Namun, kata dia, ada fenomena endorsement pada Pilpres 2024 yang memicu para paslon Pilkada 2024 melakukan hal yang sama.
"Karena dalam pilpres 2024 lalu, faktor endorsement ini signifikan secara simbolis dan di balik layar, sehingga hal itu juga yang memicu para paslon di Pilkada terpengaruh hal serupa," ujarnya.
Pentingnya kekuatan figur di pilkada
Terpisah, Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia (ASI) Ali Rif'an berpendapat dalam pilkada, kekuatan figur jauh lebih penting ketimbang kekuatan mesin partai. Maka, menurut dia, wajar jika calon kepala daerah berebut perhatian presiden.
"Wajar jika para calon kepala daerah merebut asosiasi dukungan presiden," kata Ali.
Ia menjelaskan setidaknya ada dua alasan yang mendasari kekuatan figur lebih penting. Pertama, dengan bertemu Prabowo, para calon kepala daerah berharap mendapatkan dukungan dari para pemilih prabowo atau mendapat efek ekor jas (coattail effect).
Kedua, dengan bertemu Prabowo, para calon kepala daerah ingin membangun persepsi publik bahwa dia merupakan calon yang direstui presiden.
"Sehingga hal ini bisa menguntungkan calon kepala daerah, apakah memudahkan mendapatkan sumber resources, ataupun dukungan elite yang sekarang saat ini berada di barisan Prabowo. Pasalnya, tampak juga makin ke sini, kekompakan KIM Plus juga tidak begitu terlihat kuat," ujarnya.
Sementara itu, ia menilai langkah Prabowo yang akhirnya turun gunung jelang Pilkada 2024 yaitu demi memastikan pemerintah pusat dan daerah berjalan seirama.
Menurut Ali, Prabowo ingin kerja-kerja pemerintahan berjalan dengan lancar, salah satunya untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen.
"Prabowo sepertinya kepemimpinannya adalah akomodatif, akomodasi semua kelompok. Termasuk dia ingin calon kepala daerah di barisan dia sehingga nanti kepala daerah bisa menjadi jembatan, deliver program biar netes sampai masyarakat," ucapnya.
(yoa/tsa)