Jakarta, CNN Indonesia --
Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad buka suara atas elektabilitas pasangan yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus Ridwan Kamil-Suswono yang kalah dari pasangan calon PDIP Pramono Anung-Rano Karno di Pilkada Jakarta 2024 berdasarkan survei Litbang Kompas.
Dasco juga berkomentar soal pasangan yang diusung KIM plus di Pilkada Jawa Tengah 2024 Ahmad Luthfi-Taj Yasin dikalahkan jagoan PDIP Andika Perkasa-Hendrar Priadi.
Dasco mengaku sebatas memberikan saran dan masukan kepada tim pemenangan RK-Suswono dan Luthfi-Yasin untuk mendongkrak elektabilitas mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya, itu kan masing masing diserahkan kepada tim pemenangan masing masing daerah. Tentunya evaluasi-evaluasi hasil-hasil dari lembaga survei sudah disampaikan," kata Dasco di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (5/11).
Dasco menjelaskan pihaknya telah memberikan masukan dan saran kepada tim pemenangan RK-Suswono dan Luthfi-Yasin. Hanya saja, kata dia, tindaklanjut atas saran dan masukan itu diserahkan sepenuhnya kepada tim pemenangan masing-masing paslon.
"Tentunya dengan masukan-masukan yang sudah disimpulkan dan disampaikan agar diambil langkah langkah yang strategis untuk itu," tutur dia.
PDIP buka suara
Politikus PDIP sekaligus juru bicara Pram-Rano, Chico Hakim berseloroh bahwa elektabilitas RK-Suswono dicurigai menurun seiring dengan tingkat keterkenalannya yang tinggi di masyarakat selama Pilgub Jakarta 2024.
Chico menduga tren elektabilitas RK itu berkebalikan dengan jagoannya, Pramono-Rano. Menurut Chico, meski popularitasnya masih di bawah RK, Pramono buktinya kini unggul dalam sejumlah hasil survei.
"Kalau RK ini semakin dikenal, jangan-jangan semakin menurun tingkat elektabilitasnya. Ini menarik," kata Chico saat dihubungi, Selasa (5/11).
Pernyataan itu disampaikan Chico, sekaligus merespons hasil Survei Litbang Kompas terbaru yang mencatat keunggulan Pramono-Rano dari dua pesaingnya di Pilgub Jakarta. Terutama RK-Suswono yang diusung KIM Plus.
Chico mengungkap data internal yang mencatat tingkat popularitas Pramono masih di bawah RK. Menurut dia, popularitas Pram masih sekitar 80 persen berbanding 95 persen yang dimiliki RK.
Meski begitu, kata dia, popularitas Pramono unggul dibanding RK. Artinya, dia meyakini elektabilitas Pramono masih bisa melesat jika tingkat popularitasnya semakin bertambah.
"Tapi kan lucunya belum sampai dikenal 80 persen orang, hasil surveinya udah begini. Ketika sebelum ini berada di bawah, masih 20 persen bahkan tingkat pengenalannya belum 50 persen. Jadi bagi mas Pram, semakin dikenal semakin disayang," katanya.
Ketua DPP PDIP, Yasonna Laoly mengaku senang dengan kenaikan elektabilitas Pramono-Rano. Apalagi, menurutnya, hasil survei Litbang Kompas selama ini dikenal kredibel.
Yasonna, menyindir lembaga survei sebelumnya yang sempat mengeluarkan hasil berbeda. Menurut dia, hal itu menunjukkan metodologi survei sangat penting.
"Maka apa yang ditunjukkan survei Litbang Kompas, saya kira kita dapat melihat tren Mas Pram dan Mas Rano, betul-betul mendapat respons yang sangat baik dari masyarakat Jakarta," katanya di kompleks parlemen.
Sebelumnya, elektabilitas RK-Suswono kalah dari paslon PDIP yakni Pramono Anung-Rano Karno di Pilkada Jakarta berdasarkan survei Litbang Kompas. RK-Suswono memiliki elektabilitas 34,6 persen, sementara Pramono-Rano merengkuh elektabilitas 38,3 persen.
Survei Litbang Kompas digelar melalui wawancara tatap muka. Sebanyak 800 responden dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di Provinsi Jakarta. Survei ini memiliki tingkat kepercayaan 95 persen, margin of error penelitian ± 3,46 persen. Survei ini dibiayai sepenuhnya oleh Harian Kompas.
Masih dalam survei yang sama, tercatat Andika Perkasa- Hendrar Prihadi yang diusung PDIP meraup elektabilitas 28,8 persen. Mereka unggul tipis dari Luthfi - Yasin yang diusung partai-partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus dengan elektabilitas 28,1 persen.
Survei Litbang Kompas dilakukan 15-20 Oktober 2024 dan melibatkan seribu orang itu juga menunjukkan angka responden belum menentukan pilihannya alias undecided voters masih tinggi hingga menyentuh 43,1 persen. Masih menurut Litbang Kompas, keseluruhan responden yang belum menentukan pilihannya itu, 42,9 persen beralasan masih menunggu masa kampanye usai atau debat pilkada.
Lalu, 11,6 persen masih menunggu saran dari orang yang dipercayai, 4,1 persen mengaku tak mengetahui latar belakang kandidat, dan 2,1 persen mengaku belum mengetahui visi dan misi paslon.
(mab/thr/DAL)