Review Film: Flow

2 days ago 5

Animasi kedua dari sutradara Gints Zilbalodis ini punya daya pikat yang terpancar dari segi cerita sampai suguhan animasinya.

share Bagikan

Jakarta, CNN Indonesia --

Jatuh cinta dengan Flow bukan hal yang sulit. Film animasi kedua dari sutradara asal Latvia bernama Gints Zilbalodis mempunyai daya pikat yang terpancar dari segi cerita sampai suguhan animasinya.

Flow yang sudah melanglang buana dari Cannes, Annecy, hingga Busan itu memang spesial. Film ini memadukan premis dan cerita unik dengan eksekusi visual yang menonjol dibanding karya animasi lainnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sentuhan animasi film ini menyita perhatian karena Zilbalodis menerapkan gaya animasi bernuansa lukisan alias painterly style. Hal itu membuat efek CGI yang ditampilkan tampak seperti goresan tangan manusia.

Metode ini mirip seperti Away, film pertama Zilbalodis yang rilis lima tahun lalu. Namun, kali ini, dia tampak ingin mempertegas kesan kasar dalam 'goresan' di visualnya.

Zilbalodis juga kembali membuat film animasi tanpa dialog untuk kali kedua. Keputusan ini cukup masuk akal mengingat karakter-karakter di Flow adalah hewan dari berbagai spesies.

Ia kemudian mengerahkan imajinasinya untuk menciptakan interaksi lewat 'bahasa' hewan. Dalam hal ini, sang sutradara cukup cermat dalam memilih hewan apa saja yang dijadikan karakter utama.

Film Flow (2024). (Dream Well Studio via IMDb)Review Film Flow: animasi kedua dari sutradara Gints Zilbalodis ini punya daya pikat yang terpancar dari segi cerita sampai suguhan animasinya. (Dream Well Studio via IMDb)

Cerita lantas berpusat kepada seekor kucing hitam yang berjuang agar tetap selamat dari bencana banjir. Ia membentuk kelompok dengan seekor kapibara, lemur, burung sekretaris, serta anjing golden retriever.

Uniknya, Zilbalodis berhasil menerjemahkan karakteristik dan perilaku setiap hewan itu sehingga menjadi padu saat mereka bersatu. Interaksi mereka sesekali membuat tertawa, heran, hingga terharu.

Gerak-gerik setiap hewan dalam film itu juga mudah diterjemahkan penonton karena diadopsi dari perilaku alami mereka di dunia nyata.

Si kucing hitam, misalnya, memperlihatkan sifat yang persis seperti kucing sungguhan karena doyan memanjat, bersikap teritorial, hingga begitu antusias ketika ada pantulan sinar bulat yang bergerak.

Hal serupa juga muncul pada hewan lainnya, seperti sang golden retriever yang setia, lemur yang suka mengoleksi barang, hingga kapibara yang santai menghadapi segala situasi.

Gaya penuturan yang nihil dialog itu dapat menghadirkan berbagai kesan bagi penonton. Flow bakal penuh kehangatan jika penonton sanggup meresapi 'bahasa' karakter.

[Gambas:Video CNN]

Tak bisa dipungkiri juga bahwa gaya semacam ini rawan membuat bosan, baik bagi penonton dewasa maupun anak-anak.

Namun, penonton juga dapat melihat hal lain yang lebih dalam jika menyaksikan Flow dari perspektif berbeda. Hal ini terjadi karena Zilbalodis menawarkan cerita dengan makna berlapis lewat Flow.

Film animasi itu bisa dilihat sebagai wujud imajinasi sang sutradara soal keadaan Bumi setelah manusia punah, atau betapa alam dan penciptanya memiliki kuasa yang besar dalam kehidupan di planet ini.

Flow juga berbicara tentang ketakutan. Sudut pandang ini bahkan dikonfirmasi sendiri oleh Gints Zilbalodis yang mengatakan bahwa film keduanya menyoroti perjalanan kucing hitam menghadapi ketakutannya terhadap banyak hal, mulai dari air hingga hewan-hewan lain.

Ketakutan itu dimanifestasi melalui banjir yang melanda Bumi dan mengancam para hewan. Pada awal cerita, airnya tampak mengerikan, tetapi perlahan menjadi lebih tenang sejak hewan-hewan di atas kapal bekerja sama.

Film Flow (2024). (Dream Well Studio via IMDb)Review Film Flow (2024): Zilbalodis berhasil menerjemahkan karakteristik dan perilaku setiap hewan itu sehingga menjadi padu saat mereka bersatu. Interaksi mereka sesekali membuat tertawa, heran, hingga terharu. (Dream Well Studio via IMDb)

Perubahan nuansa itu pun diperjelas dengan dukungan scoring musik. Alunan musik latar yang juga digubah oleh Zilbalodis semakin melengkapi keindahan Flow.

Berbagai elemen yang saling menyatu itu berhasil membawa Flow menjadi salah satu tontonan animasi elite tahun ini. Kerja keras Gints Zilbalodis mengerjakan film ini selama 5,5 tahun bagi saya juga terbayar lunas.

Satu tiket nominasi film animasi terbaik di Piala Oscar 2025 seharusnya aman digenggam. Film itu bahkan cukup layak untuk bersaing dengan karya live action lainnya di kategori Best International Film sebagai perwakilan Latvia.

[Gambas:Youtube]

(end)

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi