Upaya Pemkot Solo Tekan Stunting: Sultanikah Capingan dan Gizi Balita

1 week ago 5

Jakarta, CNN Indonesia --

Pemerintah Kota (Pemkot) Solo terus mengadakan berbagai terobosan untuk menurunkan angka stunting. Beragam program dan inisiatif pun digulirkan demi mengatasi masalah kurang gizi yang dapat menghambat upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Plt. Wali Kota Teguh Prakosa menyatakan, stunting yang umumnya ditandai dengan tinggi anak yang tak sesuai usia, harus dicegah sedini mungkin. Menurutnya, hal itu bisa dilakukan melalui kerja sama seluruh pihak.

"Persoalan stunting persoalan masa depan anak yang sehat, bebas stunting. Pemkot Solo sangat serius menurunkan angka stunting," kata Teguh.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemkot Solo pun bergerak di berbagai sisi, menggunakan pendekatan holistik yang menghubungkan tubuh, pikiran, emosi, serta lingkungan sosial dan spiritual. Pendekatan itu termasuk penerapan Perda Kawasan Tanpa Rokok (KTS) untuk mengurangi paparan asap rokok pada anak, hingga konsultasi pranikah yang diberi nama Sultanikah Capingan.

Melalui Sultanikah Capingan, Pemkot Solo mempersiapkan calon pengantin dalam membangun keluarga dengan menanamkan nilai-nilai terkait fungsi keluarga, serta strategi membangun keluarga yang berencana. Dari sana, diharapkan stunting dapat dilakukan sejak dari hulu.

Nantinya, pasangan calon pengantin akan mendapatkan pengetahuan untuk mempersiapkan kehidupan berkeluarga dan ketahanan keluarga, mengikuti konseling dengan penyuluh Keluarga Berencana (KB), hingga buku saku Sultanikah Capingan dan pendampingan bagi pasangan yang berisiko stunting sampai anak berusia dua tahun.

Seluruh pengetahuan dan pendampingan itu diberikan gratis, tanpa dipungut biaya. Calon pengantin diharapkan dapat mengatasi masalah yang kerap terjadi dalam pernikahan, seperti komunikasi yang buruk, konflik keuangan, maupun perbedaan nilai dan tujuan.

Teguh menilai, diperlukan pendekatan yang komprehensif untuk menghindari stunting sejak dini, termasuk pendekatan ekonomi dan pola asuh, hingga pemanfaatan sumber daya alam di sekitar.

"Kita harus mengintervensi semua penyebab risiko stunting. Bersama-sama, kita harus memberikan edukasi kepada para remaja, calon pengantin, ibu hamil dan seluruh keluarga," katanya.

Lebih jauh, ketika nanti pasangan telah menikah dan istri mengandung, maka calon ibu sebaiknya memiliki pengetahuan tentang gizi. Bukan semata gizi bagi bayi, tetapi juga untuk calon ibu itu sendiri.

Stunting disebabkan oleh hal-hal yang saling terkoneksi, seperti kurang pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, kurang akses ke bahan makanan bergizi yang membuat calon ibu menderita anemia, serta kurang akses mendapatkan air bersih dan sanitasi.

Dalam hal ini, intervensi gizi dilakukan secara spesifik, mulai asupan gizi dan nutrisi bagi calon ibu, hingga pada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Pemkot Solo sendiri menyasar kelompok remaja, calon pengantin, ibu hamil dan ibu menyusui, serta bayi di bawah lima tahun (balita), antara lain dengan pemberian tablet tambah darah (TTD) kepada remaja putri.

Sementara bagi balita, ada baby cafe atau kafe bayi Bintangku yang merupakan inisiatif dari Forum Kesehatan Kelurahan Mojosongo. Di Bintangku, disediakan MPASI (Makanan Pendamping ASI) berstandar WHO dengan kandungan karbohodrat, sayuran, serta protein hewani dan nabati.

Lalu, ada pula spa bayi atau baby spa, yang disediakan gratis bagi bayi berisiko stunting di beberapa kelurahan. Pada program ini, bayi akan menerima pijat dan terapi berenang yang diyakini memiliki benefit bagi kesehatan fisik dan nafsu makan.

Bagi ibu, baby cafe Bintangku juga menyediakan konsultasi kesehatan gratis yang diberikan oleh Puskesmas setempat. Adapun ibu hamil dan ibu menyusui di Solo dapat mengikuti KP-ASI atau Kelompok Pendukung Ibu Menyusui yang mengadakan diskusi dengan pendampingan agar ibu dapat memberi ASI eksklusif dan MPASI sesuai standar.

Kemudian, Pemkot Solo juga menginisiasi Dapur Sehat (DASHAT) yang memberikan makanan bergizi selama tiga sampai empat bulan kepada ibu hamil dan bayi di bawah usia dua tahun. Saat ini, DASHAT telah mendapatkan dana hibah dari Uni Emirat Arab, dengan pelaksanaan di sejumlah wilayah seperti Kelurahan Sumber, Banjarsari.

Teguh menegaskan, pengentasan stunting membutuhkan peran banyak pihak. Dirinya mendorong agar seluruh lapisan masyarakat terlibat dalam upaya menyelamatkan generasi penerus bangsa ini.

"Dalam percepatan penurunan stunting diperlukan komitmen semua, baik masyarakat, pemerintah, akademisi, pengusaha, tokoh agama dan banyak lagi. Peran kita sangat diharapkan dalam penurunan stunting di Kota Surakarta. Mari kita wujudkan Kota Surakarta bebas stunting di tahun 2024," ujar Teguh.

(rea/rir)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi